NovelToon NovelToon
Saat Nafkah Tak Lagi Cukup

Saat Nafkah Tak Lagi Cukup

Status: sedang berlangsung
Genre:Suami Tak Berguna / Selingkuh / Ibu Pengganti / Cinta Terlarang / Duda / Berondong
Popularitas:16.6k
Nilai: 5
Nama Author: Susanti 31

Naren kehilangan pekerjaannya dan terpaksa kerja serabutan demi menghidupi istri serta tiga anaknya.

Namun pengorbanannya tidak cukup untuk menahan hati Nadira, sang istri, yang lelah hidup dalam kekurangan dan akhirnya mencari kenyamanan di pelukan pria lain.

Di tengah getirnya hidup, Naren berjuang menahan amarah dan mempertahankan keluarganya yang perlahan hancur.

Mampukah Naren tetap mempertahankan keluarga kecilnya di tengah peliknya kehidupan? Menurunkan Ego dan memaafkan istrinya demi sang buah hati?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Susanti 31, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Butuh istirahat

Jarum jam menunjukkan angka sembilan malam, anak-anak mengemaskan Naren telah tidur di kamar masing-masing. Namun, istrinya yang pergi sejak siang belum datang. Naren sudah menghubunginya berulang kali, tapi tidak satu pun panggilannya di jawab.

Pria itu duduk tidak tenang di balkon kamarnya. Ia khawatir terjadi sesuatu pada Nadira. Namun, ia tidak tahu harus mencari kemana istrinya.

Naren bernapas lega melihat Nadira baru saja turun dari mobil. Akan tetapi sebuah pertanyaan muncul di kepalanya? Kenapa Nadira pulang tanpa membawa mobil dan di antar oleh pria?

Tanpa membuang waktu lama, Naren menghampiri istrinya di pintu gerbang. Tersenyum menyambut wanita yang berusaha ia bahagiakan setengah mati.

"Sayang, apa terjadi sesuatu padamu? Kamu baik-baik saja?" tanya Naren.

"Kenapa sih mas berlebihan banget? Orang cuma kerja juga," jawab Nadira berjalan lebih dulu dari Naren memasuki rumah.

"Bukan berlebihan, hanya saja ini sudah malam. Banyak kejahatan terjadi akhir-akhir ini." Naren mengikuti langkah istrinya sampai di kamar. "Kenapa bisa di antar sama orang lain? Mobil kamu kemana?"

"Di Agensi, kepala aku pusing jadi nggak bisa menyetir sendiri. Alhasil bosku yang mengantar pulang." Melempar tasnya ke tempat tidur.

"Mau mas antar jemput?"

"Nggak usah. Mas kok cerewet banget sih? Aku tuh lelah kepala aku rasanya mau pecah," ucap Nadira dengan nada mengerutu.

"Kamu sudah makan malam?"

"Sudah."

Naren mengangguk mengerti dan meninggalkan kamar utama. Pria itu duduk di depan tv ditemani oleh laptop di pangkuannya.

"Mas?"

Naren menoleh ke sumber suara, ternyata istrinya menyusul setelah berganti baju. Ia menutup laptopnya ketika sang istri duduk di sampingnya.

"Kenapa Sayang?"

"Mas belum dapat pekerjaan juga?"

"Belum, sekarang susah banget dapat pekerjaan. Apalagi dengan posisi yang sama. Mungkin karena alasan mas berhenti kerja nggak baik."

"Mas benaran nggak korupsi? Nggak selingkuh?"

"Nadira?" Naren menatap istrinya, mengenggam kedua tangan wanita itu. "Mas berani bersumpah nggak melakukan dua hal itu. Mas juga nggak mengerti kenapa semuanya bisa terjadi. Tapi jangan khwatirkan apapun, jalani hidupmu seperti biasa biar kebutuhan rumah dan anak-anak mas yang memikirkan. Kalau kamu bekerja untuk membantu keuangan keluarga nggak usah bekerja Sayang. Tapi jika itu untuk menyenangkan hatimu maka lakukan."

"Bagaimana kalau mas nggak dapat pekerjaan secepatnya? Aku ngasih mas waktu 1 bulan, bisa?"

"Insyah Allah." Naren tersenyum. Pria itu mengecup kening istrinya. "Tidurlah, kamu pasti lelah."

"Iya."

Sepeninggalan Nadira, Naren kembali berselancar di media sosial. Bahkan tanpa malu bertanya pada teman-temannya tentang lowongan yang mungkin sesuai bidangnya.

Jarum jam sudah menunjukkan angka tiga dini hari, tetapi Naren tidak kunjung menyudahi aktivitasnya. Hingga di mana ia terlelap dengan posisi duduk.

"Ayah bangun!" teriak Darian tepat di telingan Naren, membuat pria itu terkejut.

Ia memandang sekitar dan ternyata sudah pagi. Ia memegangi kepalanya yang terasa pusing, mungkin karena kurangnya jam tidur.

"Ayah, adek Seren menangis tapi ibu belum bangun," ujar Naresa.

"Ayah ke sana sekarang, Nak. Naresa sama adek Darian mandi ya biar nggak telat sekolahnya."

"Iya ayah," sahut Naresa dan Darian.

Naren pun bergegas ke kamar untuk mengambil Seren. Ternyata pempres balita satu tahun itu sudah penuh, sehingga merasa tidak nyaman.

"Aduh-aduh putri cantik ayah jadi nggak nyaman nih. Ayah sih malah ketiduran," ujar Naren yang dengan telaten mengurus Seren. Sudah kepalang, pria itu sekalian memandikan putrinya agar lebih segar dan siap bermain.

Seren tertawa lepas mendengar suara bersin ayahnya. Tawanya semakin menjadi kala bersin Naren terdengar secara berturut-turut.

"Ayah sakit?" tanya Naresa.

"Nggak Sayang."

"Tapi ayah bersin-bersin terus. Ayah harus minum obat. Mau Naresa ambilkan?" tanya si sulung. "Tapi sebelum minum obat ayah makan dulu. Naresa panggil ibu."

"Nggak usah, biar ayah yang masak sarapan untuk kalian. Ibu lelah, semalam pulang telat."

Naren menurunkan Seren dari gendongannya membiarkannya bermain sedangkan ia mulai menyiapkan sarapan untuk buah hatinya. Seperti biasa, Naren baru membangunkan Nadira jika sarapan sudah ada di atas meja.

"Ibu kok nggak pernah bantu ayah?" tanya Naresa.

"Kan sekarang ayah nggak kerja jadi banyak waktu mengurus kalian," jawab Nadira.

"Ibu, ayah sakit." Kali ini Darian ikut bicara.

"Mas sakit?"

"Nggak Sayang."

"Kalau mas nggak sakit nggak usah manja-manja gitu di depan anak-anak. Mas mau mereka benci sama aku? Kan mas sendiri janji mau urus anak-anak selama nggak kerja," gerutu Nadira.

...

Semakin teriak matahari, semakin pusing pula kepala Naren, bahkan suhu tubuhnya mulai naik dan badannya merasa pegal. Alhasil pria itu memilih untuk pulang dan istirahat sejenak.

Namun, sepertinya keputusan untuk pulang ke rumah tidak begitu baik sebab kedatangannya disambut dengan tatapan tidak suka oleh sang istri.

"Mas kok jam segini sudah pulang? Gimana mau dapat pekerjaan kalau malas-malasan," omel Nadira.

"Mas nggak enak badan Sayang, nanti mas keluar lagi kalau sudah enakan."

"Terserah mas lah."

Nadira berlalu tanpa mempertanyakan kondisi suaminya. Tidak lama wanita itu muncul lagi dengan penampilan lebih rapi dari biasanya.

"Sekalian saja mas menemani Seren di rumah dan jemput anak-anak di sekolah. Aku ada pemotreran."

"Iya hati-hati."

Naren menyandarkan tubuhnya pada sofa sambil memejamkan mata, sesekali ia mengawasi pergerakan Seren. Memastikan putrinya tidak dalam bahaya.

Merasa tidak bisa menjemput anak-anaknya di sekolah, Naren dengan terpaksa menghubungi ibunya agar menjemput mereka.

Sedangkan Nadira sendiri baru tiba di Agensy Rafka. Wanita itu memang ada pemotretan tapi sebenarnya bisa ditunda kalau saja meminta izin bahwa suaminya tidak enak badan.

"Cepat banget datangnya, pemotrerannya dua jam lagi loh," celetuk Rafka. "Berasa banget nggak betahnya di rumah. Padahalkan pasti nggak kesepian soalnya punya tiga anak."

"Iya sih nggak kesepian, tapi bikin kesal," gumam Nadira.

Rafka mengerutkan keningnya. "Kesal gimana?"

"Aku tuh kesal sama suami aku. Udah tau punya tiga anak, kebutuhan banyak. Eh malah nggak hati-hati sampai dipecat. Mana sampai sekarang belum kerja lagi."

"Loh jadi ini alasan kamu mau jadi model?"

"Salah satunya. Tapi jangan bilang siapa-siapa kalau suami aku nggak kerja."

"Santai saja kali, kayak siapa saja. Bahkan kalau kamu butuh dana darurat buat kebutuhan keluarga kamu, nggak usah sungkan ngomong ke aku."

"Terimakasih tawarannya tapi suamiku kayaknya masih mampu."

"Syukurlah." Rafka tidak bicara lagi, ia mengetuk-ngetuk meja dengan jarinya sembari memperhatikan Nadira diam-diam.

Sedangkan yang diperhatikan tampak fokus pada benda pipihnya. Rafka senyum miring membayangkan kalau saja Nadira menjadi kekasihnya.

.

.

.

.

.

Kebangetan sih kalau Nadira main belakang. Orang suaminya ijo dan ganteng banget

1
Nena Anwar
kata2 Shanaya bijak banget ya dewasa banget pemikirannya,,,semoga Ayahnya Naren pulang dengan selamat dan baik2 saja
Nena Anwar
sadar diri aja Nadira kamu yg mengkhianati pernikahan tapi kamu sendiri yg sakit hati aneh 🤔 lah baru liat Naren makan bareng Shanaya doang kamu udah cemburu bagaimana dengan perasaan Naren saat kamu dicumbu mesra oleh Rafka dikantor Rafka
Dini Anggraini
Betul ibu dan ayahnya naren selama ini saat naren terpuruk kan beliau yang masih setia dan menjaga cucu2nya sampai naren dapat kerjaan dan sekarang biarkan naren ayahnya dan semoga ayahnya naren pulang selamat ya bunda karena sekarang penipu lebih galak daripada orang yang meminjami. 🙏🙏😍😍😍
Ikaaa1605
Kegantung lagi dehhhhh
Bucinnya Nunu ☆•,•☆: biar kering, soalnya lagi musim hujan
total 1 replies
Sunaryati
suka
Sunaryati
Nah gitu Nak Naren, masa langsung disergap pelukan tidak menghindar ,masa seorang ibu kok begitu menyerahkan semua anaknya ke suami, biasanya mati- matian agar dapat gak asuh anak, lha Nadira tak pernah nengok
Sunaryati
Benar tadinya emak mau ngasih nilai 5 ⭐ , eeee kok malah dipeluk mantan istri tak menghindar, jadi emak urungkan lihat reaksi Naren. berikutnya, jika luluh tak jadi. Dari model jadi pelayan restoran.
Bucinnya Nunu ☆•,•☆: waduh
total 1 replies
Sunaryati
Naren dan Nadira sudah resmi cerai, mudah- mudahan dapat jodoh yang menerima Nak Naren apa adanya dan menyayangi ketiga anaknya.
Sunaryati
Emak tidak setuju, enak saja sudah menginjak- injak harga diri suami, tidak peduli anak, masa diberi kesempatan. Ingat sebelum kembali ke rumah orang tuanya Naren yang mengerjakan pekerjaan rumah tangga sendiri masih menyiapkan kebutuhan anak- anaknya. Sedangkan Nadira hanya bermain ponsel. Dan menghina Naren karena jadi drive on line. Jika balikan emak berhenti mengikuti kisahnya.
Sunaryati
Naren selamat dan tolong beri kompensasi untuk menghidupi keluarganya. Untuk Nadira, kau wanita tidak tahu malu, menjilat ludah sendiri. Kau yang membuang suami dan anak- anakmu, demi hidup enak bahkan telah memberikan tubuhmu pada lelaki itu. Pastinya Naren akan jijik jika mengingatnya. Lebih baik kau cari mangsa baru, atau jual diri
Sunaryati
Benar Naren tegaskan pada dirimu, untuk apa kembali pada wanita yang sudah berbagi peluh dengan pria lain. Apalagi tidak mau berjuang bersama dalam menghadapi kesulitan ekonomi
sryharty
ren nareeen mau kamu sama barang yg udah di nyek2 sama orang
Maria Kibtiyah
naren mending balik lg sama nadhira
Maria Kibtiyah: kasian anak2nya dia juga dah berubah pasti
total 2 replies
Ikaaa1605
Hadeeeh ini naren yg kebangetan atau othor nya huhuhuhuhu pokonyaa ngk setuju klo naren sampai balikan sma nadira🤣
iis nuriyah: jangan atu aku orng yg kesekian yg gak setuju naren balik lgi sma c,ndroooo ya outhor awas ajj😁😁😁tuh c,naren jngn di kasih luluh di peluk2 meneng bae SM c,ndrooo🤭🤭🤭
total 2 replies
Was pray
yang kebangeten Naren atau othornya? kalau Naren luluh ?
Was pray: othor ikut Naren atau Naren yg ikut alur ceritanya othor?
total 2 replies
Yulia Dhanty
gm sich naren kmu tuch dk tegas bgt lgsng luluh liat nadira nangis???
udah kmu sm shanaya aja aku dukung pake bgtttt😄
Dew666
👩‍❤️‍👩👩‍❤️‍👩👩‍❤️‍👩👩‍❤️‍👩
Ninik
Naren aku akan membencimu kalau kamu sampai balikan sama Nadira
sryharty
shanaya oke Leone pun oke
tapi jangan Leona deh orang tuanya konglomerat takut Nanti Naren nya juga minder
dan takutnya orang tua Leona ga mau menerima anak2 Naren
jadi sama shanaya aja
semoga Naya juga sayang anak2 Naren
Nena Anwar
aku s7 sama Shanaya thor 😁
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!