NovelToon NovelToon
After The Fall

After The Fall

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa Fantasi
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: ARQ ween004

Viora Zealodie Walker, seorang gadis cantik yang memiliki kehidupan nyaris sempurna tanpa celah, namun seseorang berhasil menghancurkan segalanya dan membuat dirinya trauma hingga dia bertekad untuk mengubur sikap lemah, lugu, dan polosnya yang dulu menjadi sosok kuat, mandiri dan sifat dingin yang mendominasi.

Bahkan dia pindah sekolah ke tempat di mana ia mulai bangkit dari semua keterpurukan nya dan bertemu dengan seseorang yang diam-diam akan mencoba merobohkan tembok pertahanan nya yang beku.

Sosok dari masa lalu yang dia sendiri tidak pernah menyadari, sosok yang diam-diam memperhatikan dan peduli pada setiap gerak dan tindakan yang di ambilnya.

Agler Emilio Kendrick ketua geng motor besar yang ada di jakarta selatan sana... Black venom.

Dia adalah bad boy, yang memiliki sikap arogan.

Dan dia adalah sosok itu...

Akankah Agler berhasil mencairkan hati beku Viora dan merobohkan dinding pertahanan nya, atau cintanya tak kunjung mendapat balasan dan bertepuk sebelah tangan??

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ARQ ween004, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

sakit

Sore itu, sekitar pukul lima lewat tiga puluh tujuh menit, sekolah Satropa Academy mulai sepi. Sebagian besar murid sudah pulang, meninggalkan lorong dan halaman yang biasanya riuh kini hanya diisi suara angin dan dedaunan yang bergesekan. Lampu-lampu koridor mulai dinyalakan, memberi cahaya hangat di sela-sela bayangan panjang gedung sekolah.

Viora berdiri di depan gerbang utama, menunggu jemputan Rafka. Ia menatap jalanan yang sepi, sedikit gelisah, meski mencoba bersabar. Sudah lebih dari setengah jam ia menunggu, tapi Rafka belum juga muncul.

Tiba-tiba, suara gledek menyambar dari langit yang mendung, membuat Viora refleks menutup telinganya rapat-rapat. Beberapa detik kemudian, hujan deras turun, menimpa lantai halaman sekolah dan atap bangunan dengan derasnya. Air menetes dari daun pohon yang menjulang tinggi di sekitar gerbang, sementara percikan air dari genangan kecil menghantam sepatu Viora.

"Huh... Kak Rafka mana sih??" Ujarnya gelisah sambil sesekali melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.

Satu menit... Dua menit... masih belum ada tanda-tanda kedatangan Rafka yang akan menjemput nya.

Hujan masih turun deras, disertai gemuruh petir yang sesekali menyambar langit. Viora menggenggam tasnya erat, tubuhnya sedikit gemetar. Angin membawa udara dingin dan aroma tanah basah, membuatnya semakin merasakan ketakutan.

Jam sudah menunjukkan pukul tujuh kurang dua menit sekarang, tapi Rafka tetap belum muncul. Setiap detik yang berlalu terasa semakin panjang. Kepalanya mulai terasa berat, dan tubuhnya yang sudah lelah setelah seharian di sekolah mulai menyerah. Dengan pandangan setengah kabur, Viora merasakan tubuhnya kehilangan keseimbangan…

…dan perlahan ia pingsan, jatuh terduduk di gerbang sekolah, diselimuti suara hujan dan gemuruh petir.

°°°

Viora terbangun dengan pandangan yang masih kabur. Perlahan, ia menyadari dirinya berada di atas kasur kamar miliknya. Selimut hangat menyelimuti tubuhnya, menggantikan dinginnya hujan sore tadi.

Di sampingnya, Claretta, ibunya, menatap putrinya dengan ekspresi khawatir. “Sayang, kamu udah sadar? Gimana rasanya? Ada yang sakit?” ujar Claretta terlihat sedikit lega melihat putri nya bangun.

“Kok aku bisa di sini? Siapa yang bawa aku pulang tadi?” Viora balik bertanya, sambil mengambil posisi duduk dan meringis saat merasakan denyut di kepalanya.

“Sayang, hati-hati! Kamu demam,” Tegur Claretta, sambil membantu putrinya itu untuk duduk. “Tadi kakakmu, Elva, yang bawain kamu pulang. Katanya kamu pingsan di depan gerbang sekolah.”

Viora hanya menghela napas panjang, menahan kecewa saat menyadari bahwa Rafka, seperti biasa, kembali melupakan janjinya.

Setelah memastikan putrinya sudah nyaman di kasur, Claretta memutuskan untuk keluar sebentar dari kamar. “Mama pergi ambilkan bubur dulu, ya. Biar kamu makan sebelum minum obat demam,” katanya sambil tersenyum lembut.

Viora mengangguk, dan Claretta segera beranjak keluar dari sana.

Sepeninggal Claretta, Viora meraih handphonenya yang tergeletak di atas nakas samping ranjang. Ia menyalakan layar, membuka room chat-nya dengan Rafka, dan menatap pesan terakhir yang tak kunjung dibalas.

> My ice boy

Me | Kak, nanti kamu bisa jemput aku nggak? Hari ini aku bakal pulang terlambat.

> My ice boy | Oke…

Me | Makasih… love u my ice boy.

Hanya ada pesan terakhir di sana yang belum direspons sama sekali oleh Rafka. Viora menelan rasa kecewa, dada sesak, dan untuk sesaat ia tidak berniat mengirim pesan lagi.

Namun setelah beberapa detik terdiam, hatinya yang terluka memaksa tangannya mengetik:

Me | Aku mau putus!

Dengan menahan sesak, Viora mengetikan pesan singkat itu dan mengirimkan nya. Air mata perlahan jatuh tanpa bisa ia tahan. Tanpa sadar, ia tersenyum getir, lagi-lagi air mata jatuh untuk pria sedingin Rafka.

Beberapa detik berlalu setelah pesan itu terkirim, tidak ada balasan. Namun beberapa menit kemudian, terdengar suara pelayan dari balik pintu kamarnya.

“Non Vio... Den Rafka ada di bawah, beliau meminta nona untuk menemui nya.”

Viora tersentak, menahan nafas sejenak. Sebelum akhirnya, "Suruh dia pulang!" Gumamnya pelan pada pelayan.

"Tapi non__

"Mbak, tolong yah! Aku lagi gak ingin di ganggu siapa pun termasuk dia." Potong Viora cepat nadanya terdengar seperti permohonan.

"Baik non, kalau begitu saya permisi!?" Dan ini... Bubur dari ibu, saya taruh di sini yah?" Mbak Lila meletakkan semangkuk bubur panas itu di atas nakas lalu melangkah pergi meninggalkan Viora yang hanya mengangguk dan mulai membaringkan tubuhnya kembali sambil meraih boneka lotso kesayangan nya.

Tak lama kemudian, langkah kaki berat terdengar di lorong, disusul ketukan pelan di pintu kamar. Sebelum langkah kakinya terdengar memasuki kamar dan semakin dekat ke arah ranjang nya.

Wangi parfum yang sangat familiar masuk ke dalam indra penciuman nya, bahkan tanpa melihat Viora sudah bisa menebak siapa gerangan yang datang ke kamarnya.

~Rafka~

Namun untuk kali ini dia memilih untuk bergeming ___ dengan pura-pura tidur dengan posisi punggung yang membelakangi nya.

“Kamu marah?” suara Rafka terdengar dingin dan datar, intonasi khasnya. “Maaf aku nggak sempat jemput kamu tadi. Banyak rapat dan pertemuan.”

( Selalu, alasan yang sama saat ia mengingkari janjinya. )

Viora tetap bergeming, menahan napas, mencoba tidak menanggapi.

“Makan! Aku udah minta maaf,” tambah Rafka, suaranya tetap datar, tapi ada nada sedikit menekan.

Viora tetap diam, menunggu reaksi selanjutnya dari Rafka, dada sesak, hati campur aduk antara sakit, kecewa, dan rasa ingin marah yang sulit ia lepaskan.

“Viora, jangan keras kepala!” suara Rafka meninggi sedikit, meski tetap terdengar datar. “Aku udah minta maaf, berhentilah bersikap kekanak-kanakan dan manja berlebihan. Kamu tahu, aku sibuk akhir-akhir ini.”

Perkataan itu menusuk. Perlahan, Viora membalikkan badan dan mengubah posisi nya menjadi duduk, wajahnya kini menghadap Rafka yang berdiri di samping ranjang. Matanya merah, penuh linangan air mata yang mengalir tanpa bisa ia tahan.

“Manja? Keras kepala? Mengerti?” suaranya pecah, bergetar. “Apa harus aku terus yang mengerti keadaan kamu, sedangkan kamu nggak pernah ngertiin posisi aku.”

Rafka terdiam, tatapannya tetap dingin. Meunggu Viora melanjutkan kalimatnya.

“Kak… aku udah cukup sabar,” lanjut Viora, kali ini suaranya makin lirih tapi tegas. “Aku nggak banyak nuntut. Tapi apa salah aku meminta sedikit perhatian dari kamu… sebagai pacar aku?”

Ia mengusap air matanya cepat, meski percuma karena air itu kembali jatuh. “Aku juga capek, Raf… kamu sadar nggak sih? Dalam hubungan ini cuma aku yang selalu ngertiin posisi kamu. Sedangkan kamu?”

Rafka hanya menatap, rahangnya mengeras, tapi bibirnya tak bergerak.

“Bahkan janji-janji kecil pun selalu kamu lupakan,” Viora menarik napas berat, suaranya pecah di ujung kalimat. “Alasannya selalu sama: kesibukan, urusan kamu. Tanpa kamu tahu… ada aku yang menunggu setiap kali kamu menjanjikan sesuatu.”

Ruangan itu mendadak terasa sunyi. Hanya terdengar suara hujan yang masih menetes pelan di luar jendela. Viora menunduk, kedua tangannya mengepal di atas selimut, dadanya naik turun karena emosi yang tertahan.

Setelah cukup lama terdiam, akhirnya suara Rafka pecah. “Viora, jangan memperkeruh suasana. Aku minta maaf." Rafka menarik kursi ke dekat ranjang lalu mendudukinya. "Makan, aku suapin yah?!" Nada suaranya sedikit memembut, Ia menyendok bubur, lalu bersiap menyuapkan ke mulut Viora.

Namun—

“Prang!”

Viora menepis mangkuk itu dengan cepat, dan semangkuk bubur tumpah berserakan di lantai kamar.

“Viora!” Rafka menatapnya dengan mata tak percaya, suara dan tubuhnya tegang.

Rafka mengeraskan rahangnya, mencoba menahan amarah yang sudah mendidih di dadanya. Napasnya berat, matanya menatap Viora seakan menahan ledakan yang hampir keluar. Tanpa berkata lagi, ia bangkit dari kursi.

"Baiklah kalau itu yang kamu mau. Aku pulang!"

Tanpa menoleh lagi, Rafka melangkah ke pintu kamar, menekan gagang pintu dengan tegas, dan menutupnya di belakangnya.

Viora terbaring di kasurnya, menatap langit-langit kamar dengan dada sesak. Hatinya hancur, meski masih ada setitik harapan bahwa Rafka akan berubah, kenyataannya ia pergi tanpa satu bujukan pun, meninggalkan Viora dengan perasaan kecewa yang semakin dalam.

***

1
Mar lina
pasti Agler
yg menatap nya secara dlm...
lanjut thor ceritanya
Mar lina
siapa ya
sosok misterius itu???
Mar lina
bener Rafka ada main sama sahabat Viola
lanjut thor
Yunita Aristya
kok aku merasa friska ada main sama rafka🤭
ARQ ween004
Aku update tiap hari jam delapan ya! makasih yang udah mampir 🫶 tinggalkan jejak kalian di kolom komentar sini ya! biar aku tambah semangat nulisnya, hhe...

love u sekebon buat para readers ku🫶🫶
Madie 66
Aku jadi bisa melupakan masalah sehari-hari setelah baca cerita ini, terima kasih author!
ARQ ween004: makasih kembali, makasih udah baca cerita ku dan aku juga senang kalau kalian suka🫶🫶
total 1 replies
Carlos Vazquez Hernandez
Dapat pelajaran berharga. 🧐
Kelestine Santoso
Menguras air mata
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!