Luka Berbalut Cinta

Waktu terus berlalu,

Alex terlihat kian dingin dan datar, saat ini pemuda itu nampak berada di dalam mobilnya yang ia parkir di seberang jalan.

Di depan sana tepatnya di seberang jalan di mana saat ini Alex berada nampak sebuan rumah sederhana namun nampak indah dan rapi juga hangat.

Sudah beberapa kali Alex berada di sini, tepatnya di depan rumah Zalina.

Namun tak sekalipun ia melihat keberadaan Zalina.

Alex tahu rumah Zalina sejak beberapa bulan yang lalu dari Clara dan Fisa yang tidak sengaja bertemu dengannya di aula kampus karena dua orang teman Zalina itu nyatanya juga berkuliah di tempat yang sama dengannya.

Dan sejak itu, Alex sering berada di sini.

Entah apa yang sebenarnya ia cari dan inginkan, padahal pertunangannya dengan Zoya akan segera di lakukan beberapa bulan lagi usai ujian semester kedua nanti.

Tapi ia masih berharap bisa bertemu atau setidaknya melihat Zalina.

Hari menjelang sore, matahari hampir saja tenggelam ke peraduannya.

Mata Alex masih setia menatap ke arah rumah di seberang sana,

Hingga beberapa menit kemudian kening Alex mengerut dan matanya menyipit ketika melihat tiga orang nampak ke luar dalam rumah.

Alex mengenal salah satu dari ketiga orang itu.

" Carlo...." desis Alex pelan.

Carlo terlihat pamit dan di antar dua orang paruh baya yang Alex yakini adalah ke dua orang tua Zalina.

Kedua orang tua Zalina nampak mengantar Carlo mulai dari pintu rumah di sana hingga ke depan pintu pagar.

Sementara Carlo terlihat tersenyum ramah, mereka seperti sudah saling mengenal.

Mata Alex terus memindai pemandangan di sana, tapi ia tetap tak menemukan sosok yang ia cari selama ini.

Zalina tidak terlihat sama sekali.

( apa...Zalina melahirkan anaknya....) bisik Alex di dalam hati.

Alex mencoba menghitung perpisahannya dengan Zalina.

Dan sejak kejadian ia yang merenggut ke sucian gadis itu ini sudah hampir sepuluh bulan.

Wajah Alex kian panik.

Ketika ia melihat Carlo berlalu dengan motornya, Alex segera mengejarnya.

Dan sampai di jalan yang agak sepi, Alex mengencangkan mobilnya dan langsung memotong laju motor Carlo.

Beruntung Carlo cukup terampil mengendarai motornya hingga ia bisa mengerem laju motornya tepat waktu.

Alex segera turun dari mobil dan langsung melangkah lebar menghampiri Carlo.

Sementara Carlo sedikit terkejut melihat siapa yang telah menghalangi jalannya dengan cara berbahaya seperti itu.

" Alex...kau di sini ?! Bukannya kau berada di Luar Negeri ?!

dan...apa yang kau lakukan ini ?! Kenapa kau menghalangi motorku ?! " tanya Carlo ketika Alex telah berada dekat dengannya.

Tepatnya saat ini Alex berdiri di sisinya.

" Di mana Zalina ?! " bukannya menjawab pertanyaan Carlo, Alex justru menanyakan tentang Zalina.

Carlo menatap Alex dengan raut wajah tidak suka.

" ada urusan apa kau mencari Zalina ?! " tanya Carlo balik tanpa menjawab pertanyaan Alex.

" itu bukan urusanmu....katakan saja di mana Zalina ?!

kuliah di mana dia ?! " tanya Alex lagi seperti mengintimidasi Carlo.

" untuk apa kau masih mencari Zalina ?! kalian sudah putus "

" jangan sok tahu Carlo....aku tentu masih ada urusan yang harus aku selesaikan dengannya " jawab Alex ketus.

" urusan apa ?! Belum puas kau menyakitinya ?! Kau ingin menyakitinya lagi ?! "

" jangan ikut campur urusanku dan Zalina Carlo....

katakan saja di mana dia ?! "

" aku tidak tahu...dan kalaupun aku tahu aku tidak akan memberitahumu " jawab Carlo dan sukses menyulut kemarahan Alex.

Alex merangsek maju dan memegang kerah baju yang di pakai Carlo.

Tak mau diam, Carlo lo pun melakukan hal yang sama kepada Alex.

" brengsek kau...." umpat Alex sambil menarik kerah baju Carlo yang ia pegang kemudian ia menyeret Carlo dari motornya hingga terpaksa Carlo mengikuti Alex, akibatnya...

Brugh....

Motor sport Carlo roboh ke aspal jalan.

Bugh....

Alex menghantam wajah Carlo dengan genggaman tangannya dengan telak, kakinya pun menandang perut Carlo dengan tak kalah kuat.

Carlo yang tak siap menerima serangan dari Alex yang tiba tiba itu terkejut dan akhirnya terjungkal ke aspal jalan.

Baru saja ia akan bangkit dan ingin membalas Alex, Alex telah lebih dulu kembali menendang perutnya.

Bugh...

Bugh....

Bugh....

Allex kembali menendang perut Carlo beberapa kali hingga tubuh Carlo sedikit terlempar ke belakang karena tendangannya.

Seolah ia ingin menumpahkan segala rasa yang selama ini ia pendam.

Selama dua bulan ini,

jujur....Ia tak suka melihat kedekatan Zalina dengan Carlo tapi ia tahu ia tak bisa berbuat apa apa.

Hubungannya dengan Zalina telah berakhir karena gadis itu yang telah mengakhiri hubungan mereka.

Sementara itu, semakin hari ia semakin merasa muak melihat kebersamaan Carlo dan Zalina.

di tambah tadi...

Carlo terlihat begitu akrab dengan dua orang yang ia yakin adalah kedua orang tua Zalina.

Dan lagi....

Carlo tak mau memberi tahunya tentang keberadaan Zalina saat ini.

Darah segar segera mengalir dari sudut bibir Carlo.

Alex melangkah mendekati Carlo kemudian ia berjongkok dan kembali mencengkeram kerah baju Carlo.

" aku bisa membuatmu terlihat lebih buruk dari ini Carlo...

jadi jangan jadi sok pahlawan di hadapanku, katakan di mana Zalina ?! " sentak Alex kepada Carlo.

Carlo mendesis dan menatap Alex remeh...

" kau tahu....?!

Kau itu sangat menjijikkan Alex....

kau pecundang...entah apa yang sudah kau laukan kepada Zalina...dan jika kau berani datang dan tanyakan sendiri di mana keberadaan Zalina kepada kedua orang tuanya.

Karena aku...aku tidak akan pernah sudi memberi tahumu tentang di mana keberadaan Zalina sekarang "

Bugh....

Sekali lagi Alex menghantam perut Carlo dengan tangannya yang sudah mengepal sejak tadi.

" brengsek...tahu apa kau tentang ku dan Zalina...!!! " sentak Alex masih dengan mencengkeram kerah baju Carlo.

Bugh...

Lagi..Alex menghantam wajah Carlo dengan bogem mentahnya, Ia tak perduli meski wajah Carlo telah babak belur.

Sementara itu,

Ketika Alex tanpa alasan yang jelas menghajar Carlo hingga babak belur dan tak berdaya.

Di tempat lain,

Seorang gadis cantik dengan rambutnya yang panjang terurai nampak sedang berdiri tegak di tengah kebun bunga kecil yang ada di lingkungan sebuah rumah bergaya jawa.

Dia adalah Zalina...

Gadis itu nampak tengah menatap seekor kumbang yang terbang ke sana kemari setelah tadi ia melihat kumbang itu hinggap pada sebuah bunga yang sedang mekar.

Zalina menarik nafas panjang dan meraup wajahnya sendiri, ia paham apa yang di lakukan kumbang itu pada bunga bunga itu.

Dan hal itu membuatnya teringat akan perbuatan Alex kepadanya.

Ibaratnya...

Alex adalah kumbang dan ia adalah bunga yang sedang mekar itu.

Setelah menyesap madunya, Alex beralih ke pada Zoya.

Dan begitu juga kumbang itu.

" cantik...ayo masuk....mendungnya gelap sekali...." panggil seorang wanita tua dari ambang pintu membuyarkan lamunan Zalina.

" iya Nek...aku segera masuk...sebentar lagi..."