NovelToon NovelToon
Beauty And The Beast

Beauty And The Beast

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Action / Romantis / Balas Dendam / Nikah Kontrak
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Ceriwis07

Saga, sang CEO dengan aura sedingin es, tersembunyi di balik tembok kekuasaan dan ketidakpedulian. Wajahnya yang tegas dihiasi brewok lebat, sementara rambut panjangnya mencerminkan jiwa yang liar dan tak terkekang.

Di sisi lain, Nirmala, seorang yatim piatu yang berjuang dengan membuka toko bunga di tengah hiruk pikuk kota, memancarkan kehangatan dan kelembutan.

Namun, bukan pencarian cinta yang mempertemukan mereka, melainkan takdir yang penuh misteri.

Akankah takdir merajut jalinan asmara di antara dua dunia yang berbeda ini? Mampukah cinta bersemi dan menetap, atau hanya sekadar singgah dalam perjalanan hidup mereka?

Ikuti kisah mereka yang penuh liku dan kejutan di sini!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ceriwis07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Beauty and The Beast 4

Di dapur, para pelayan ketakutan ketika melihat tuannya berjalan ke dapur. Tidak biasanya Saga ke dapur, maka ini pasti ada kesalahan.

Marissa melihat itu, dengan ragu ia berjalan mendekati Saga dengan tatapan menunduk. "Ada yang bisa saya bantu, Tuan?" tanya Marissa. "Apa masih ada itu, acay?" ucap Saga.

Mendengar itu, Marissa hampir saja tertawa jika ia tidak ingat dengan siapa ia berbicara. "Ada, Tuan. Sebentar, saya ambilkan. Tuan bisa menunggu di meja makan," ucap Marissa.

Saga membalikkan tubuhnya, ia duduk di kursi menunggu pesanannya datang. Tak lama, Marissa datang dengan nampan berisikan piring yang sudah diisi capcay dan nasi putih, sendok, garpu, dan segelas air putih.

Saga dengan cepat melahap makanan itu. Ia tak sadar jika sepasang mata tengah memerhatikannya.

Dor...

Brakk...

Suara gebrakan meja dan suara seorang wanita mengejutkannya hingga Saga tersedak.

Uhuk.... Uhuk...

Wanita itu dengan sigap memberikan segelas air putih kepada Saga, yang langsung meneguknya hingga setengah tandas.

"Kamu...!" Saga berseru, matanya memelototi Nirmala. Ya, Nirmala-lah yang membuat sang singa jantan terkejut hingga tersedak.

Atmosfer di sekitar mereka mulai berubah tegang. Nirmala hanya menyunggingkan senyum kikuk, "Oma.... tolong, raja rimba marah..." ucapnya seraya berlarian menjauh.

Baru saja Saga menghela napas lega karena si pengganggu telah pergi, kini ia kembali dikejutkan dengan panggilan untuk dirinya. "Hah? Apa tadi? Raja rimba?" gumam Saga, keningnya berkerut seperti jalanan yang belum diaspal.

Saga hanya menggeleng pelan, lalu melanjutkan sarapan paginya dengan capcay buatan Nirmala. Tak lama kemudian, Ace tiba. Saga yang baru saja selesai makan langsung bangkit dan keluar dari mansion.

Sudah tiga hari Nirmala berada di mansion mewah ini. Ia mulai khawatir tentang nasib bunga-bunganya di kios. Akhirnya, ia memutuskan untuk kembali merayu Oma agar diizinkan pulang.

Meskipun agak alot, Oma akhirnya mengizinkannya pulang dengan syarat jika Oma memintanya datang ke mansion, ia tidak boleh menolak. Nirmala langsung mengangguk setuju, merasa lega karena bisa kembali ke tempat asalnya.

Nirmala diantar oleh Oma. Hampir satu jam perjalanan, mereka pun tiba di kios bunga milik Nirmala. Nirmala mengajak Oma untuk mampir, tetapi Oma menolak dengan halus karena sedang terburu-buru.

Nirmala hanya mengangguk sambil tersenyum. Oma juga membawakan paper bag yang cukup besar, katanya itu hadiah untuknya.

Nirmala membuka pintu kios, dan betapa terkejutnya ia mendapati bunga dan barang-barang di kiosnya sudah berantakan seperti diterjang angin beliung.

Bukannya mengamuk, menangis, atau meraung, Nirmala malah meraih kursi reyot yang tergeletak di antara reruntuhan pot-pot pecah. Debu tebal langsung beterbangan di sekitarnya. Ia mendudukkan diri, termenung sejenak, indranya menangkap aroma kematian bunga dan pengapnya penyesalan yang menyesakkan dada. Perlahan, Nirmala menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan badai yang bergemuruh di benaknya.

Cukup lama ia terdiam di kursi itu, larut dalam lamunan hingga akhirnya ia memutuskan untuk keluar dari kios bunga, mencari sesuap nasi untuk mengisi perut yang keroncongan.

Namun, ia baru ingat motor Ninja kesayangannya masih terparkir manis di mansion. Alhasil, Nirmala memutuskan untuk mencari tempat makan terdekat dari kios yang porak-poranda ini.

Nirmala memutuskan untuk makan di warung kecil, ia memesan nasi ayam penyet juga es jeruk, tak berselang lama pesanannya pun datang.

"Itu pemilik kiosnya udah dateng, Bu?" tanya seorang pemuda yang baru saja tiba di warung makan tempat Nirmala tengah menyantap makanannya.

"Kayaknya sih belum, Mas. Aduh, kasihan banget itu nanti kalau pemilik kiosnya dateng. Soalnya, kan, kemarin ada orang yang masuk, terus ngacak-ngacak isinya di dalem kios," jawab ibu warung, prihatin.

Mendengar percakapan kedua orang itu, Nirmala langsung tersedak ludahnya sendiri. Uhuk! uhuk!

Ibu pemilik warung dan pemuda itu saling pandang, lalu si ibu menoleh ke arah Nirmala. "Mbak... Mbaknya yang punya kios bunga itu, ya?" tanyanya hati-hati.

Nirmala hanya mengangguk pelan, kepalanya terasa berat.

"Yang sabar ya, Mbak," ucap ibu pemilik warung dengan nada iba.

"Maaf, Bu, kalau boleh tahu, siapa ya yang ngacak-ngacak kios bunga saya?" tanya Nirmala pada ibu pemilik warung, suaranya pelan namun penuh harap.

Sang pemilik warung dan pemuda itu kembali saling pandang. Si pemuda mengangguk, seolah memberi izin, dan si ibu pemilik warung mulai bercerita. Katanya, seminggu yang lalu ada seorang pria yang masuk melalui pintu belakang kios milik Nirmala, lalu mengacak-ngacak seluruh isinya. Terdengar suara beberapa bantingan yang cukup keras. Setelahnya, pria tersebut pergi begitu saja melalui pintu belakang yang sama. Sayangnya, Nirmala belum sempat mengecek pintu belakang saat pertama kali masuk ke kios tadi.

Nirmala menepuk keningnya pelan. "Aduh, kenapa aku bisa seceroboh ini sih sekarang?" gerutunya dalam hati, menyalahkan diri sendiri atas kelalaiannya.

Setelah selesai makan, Nirmala berpamitan dengan ibu pemilik warung. "Semangat ya, Mbak! Yang sabar. Kalau butuh apa-apa, jangan sungkan minta tolong saya," ujar ibu pemilik warung dengan tulus. Nirmala mengangguk, "Terima kasih banyak ya, Bu."

Dengan langkah berat, Nirmala kembali ke kiosnya. Ia mulai menyusun satu per satu barang-barangnya yang berserakan di dalam kios, mencoba mengembalikan sedikit demi sedikit tatanan yang telah hancur.

Tanpa disadari oleh Nirmala, ada sepasang mata yang terus memperhatikannya dari dalam sebuah mobil SUV berwarna merah yang terparkir tak jauh dari kiosnya.

Tiba-tiba, orang di dalam mobil SUV merah itu mengetikkan sesuatu di ponselnya. Tidak lama kemudian, sekitar sepuluh menit berlalu, kios bunga milik Nirmala didatangi oleh banyak pria yang mengenakan pakaian serba hitam. Nirmala terkejut bukan main. Ia berteriak ketakutan, berusaha menghindar dan menjauh dari mereka. Ia mengira para pria itu datang untuk kembali menghancurkan kiosnya.

"Jangan! Jangan mendekat! Pergi kalian! Apa mau kalian?!" teriak Nirmala histeris, tubuhnya gemetar hebat saat melihat rombongan pria berpakaian hitam itu mendekat ke arah kiosnya.

Namun, alangkah terkejutnya Nirmala ketika melihat mereka semua justru mulai membantunya membersihkan kios. Ia tertegun, bingung dan penasaran. Siapa sebenarnya yang telah membantunya? Siapa yang mengirimkan orang-orang ini?

Dari seberang jalan, tiba-tiba Nirmala mendengar suara mesin mobil dinyalakan. Refleks, ia langsung menoleh ke arah sumber suara. Matanya membulat saat melihat mobil SUV merah yang tadi pagi mengantarnya kembali ke kios. Ya, ternyata Nyonya Griffin-lah yang telah membantunya. Sebuah rasa lega dan haru memenuhi hatinya.

"Terima kasih, Oma," lirih Nirmala, kata-kata itu nyaris tak terdengar, hanya terucap dalam hatinya yang penuh rasa syukur.

Setelah dirasa cukup, para pria berpakaian hitam itu langsung pergi begitu saja dengan cepat, setelah sebelumnya menundukkan badan sebagai tanda hormat kepada Nirmala. Nirmala pun tak henti-hentinya mengucapkan rasa terima kasihnya kepada mereka semua.

"Mbak, Mbak enggak apa-apa? Aduh, maaf ya, Mbak, saya baru bisa ke sini. Warung saya lagi rame banget," ucap ibu pemilik warung dengan nada khawatir, berlari terengah-engah menghampiri Nirmala. Nafasnya tersengal-sengal karena berlari sekuat tenaga.

Nirmala tersenyum lembut. Ia menarik pelan tangan ibu pemilik warung, mengajaknya duduk di kursi yang ada di dekat kiosnya. Dengan sigap, Nirmala mengambil sebotol air mineral dingin dan menyodorkannya kepada ibu pemilik warung, mempersilakannya untuk minum.

"Saya enggak apa-apa kok, Bu. Itu semua tadi orang-orang baik," ucap Nirmala pada ibu pemilik warung, berusaha menenangkan. Ibu pemilik warung tampak lega mendengar penjelasan Nirmala.

Setelah cukup lama bercakap-cakap, ibu pemilik warung berpamitan pada Nirmala. Sedangkan Nirmala sendiri kembali menutup pintu kiosnya, mengunci dari dalam, lalu masuk. Ia menyempatkan diri untuk mengecek pintu belakang kiosnya.

Benar saja, pintu tersebut jebol dan lepas dari engselnya. Nirmala kembali menepuk jidatnya, merasa kesal, tapi ia berusaha menahan diri dan tidak ingin marah.

Ia meninggalkan pintu itu begitu saja, lalu naik ke lantai atas, menuju kamarnya. Ia membersihkan diri, mengganti pakaian, lalu memutuskan untuk tidur, mencoba melupakan kejadian hari ini.

Sepertinya tidur adalah pilihan Yang terbaik agar kita para wanita tidak terus terusan mengomel benar?

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!