Kisah gadis ekstrover bertemu dengan dokter introvert..
Awal pertemuan mereka, sang gadis tidak sengaja melukai dokter itu. Namun siapa sangka, dari insiden itu keduanya semakin dekat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss_Fey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4
*******
Ketika sedang asyik menikmati suasana lingkungan sekitar yang ia lewati.
Tiba tiba Suina melihat seekor kucing yang mengejarnya tempo hari.
" Eh kamu lagi. " Gumam Suina yang ingin mendekati kucing itu lagi.
Melihat Suina menghampirinya, kucing itu langsung ingin menakarnya sama seperti dulu.
" Ih! Ya ampun, kenapa sih kamu masih galak?" tanya Suina pada kucing liar itu, masih dengan nada heran.
Kucing itu, seolah mengerti, langsung mengejar Suina karena kaget
"Aaa! Ih! Kok kamu ngejar aku lagi sih? " Teriak Suina sambil berlari.
Tiba-tiba kakinya tersandung di batu yang cukup besar, karena berlari tidak terlalu memperhatikan jalan.
"Aduh, sakit banget!" jerit Suina, sambil meraba dengkulnya yang lecet setelah jatuh dengan cukup keras.
Ia cepat-cepat duduk, mengelilingi pandangannya, khawatir ada yang melihat kejadian memalukannya itu.
"Yah, kenapa sih harus jatuh di sini..." gumamnya lirih sambil membersihkan tangannya.
Tiba-tiba, sebuah suara lembut menyapanya
"Kamu nggak apa-apa?" Tanya pria itu.
Suina langsung mendongak keatas, karena terkejut mendengar suara seseorang yang menyapanya.
"Eh, dokter!" serunya, dengan mata berbinar melihat pria di depannya itu.
"Nggak apa-apa kok, dok. Cuma luka kecil aja." Lanjut Suina, berusaha bangkit dan berdiri, menunjukkan bahwa dia baik-baik saja.
" Lututmu terluka. " Ucap Edo.
" Ah ini, cuma luka kecil kok. Nggak apa apa. " Jawab Suina yang tidak terlalu mempermasalahkan.
" Dokter tinggal di lingkungan sini ya? " Tanya Suina penasaran.
" Em! " Jawab Edo mengangguk.
" Oh.. berarti kita tenggaan dong. Aku tinggal di ujung sana. " Ucap Suina sambil menunjuk kearah rumahnya.
" Ikut saya sebentar. " Ajak Edo tiba tiba.
" Hah?! " Ucap Suina kaget.
" Saya hanya ingin mengobati lukamu saja. " Jawab Edo sebelum gadis salah faham.
" Nggak apa apa kok dok, ini cuma luka kecil kok. " Ucap yang merasa tidak enak.
" Karena luka kecil harus segera di obati, biar nggak infeksi. " jawab Edo.
Namun Suina tetap saja merasa tidak enak, jika harus masuk kerumah pria itu.
" Kamu tenang aja, saya nggak bakalan kurangajar. " ucap Edo meyakinkannya.
" Ayo, ini rumah saya. " ajak Edo, karena mereka tepat berdiri di depan gerbang rumah pria itu.
Dengan langka ragu, Suina pun mengikuti Edo masuk kedalam rumahnya.
"Silakan duduk." Edo menunjuk kursi teras dengan hangat.
"Terima kasih, dok." Suina menjawab sambil tersipu dan duduk perlahan.
Edo berjalan masuk ke rumah sambil berbicara.
"Bentar ya, saya ambil obatnya dulu."
Suina diam sejenak sendirian, sambil memperlihatkan sekitar rumah pria itu.
"Wah, bersihnya...," gumamnya penuh kagum.
Tak lama kemudian, Edo kembali sambil duduk di samping Suina.
Ia memeriksa keadaan sikut dan dengkul gadis, kemudian Edo membuka kotak obat dan bertanya.
" Kamu kenapa bisa jatuh?" Tanya Edo penasaran.
"Di... dikejar kucing," jawab Suina agak malu.
"Kok bisa sampai dikejar?" Tanya Edo terkejut mendengarnya.
Suina menghela napas sejenak sebelum menjelaskan.
"Tadi aku coba ngelus dia. Eh, ternyata kucing liar, makanya galak." Jawab Suina.
Edo pun langsung tersenyum mendengarnya.
Ia pun mulai membersihkan luka di lutut dan sikut Suina.
" Lukanya nggak terlalu parah, cuma jangan sampai kena debu dulu. " ucap Edo.
" Em! " jawab Suina sambil memperhatikan lukanya yang tengah di obati.
" Mm.. dokter sendiri gimana? keningnya udah nggak apa apa kan? " tanya Suina penasaran.
" Oh itu, nggak apa apa kok. cuma luka kecil aja. " jawab Edo.
" Sekali lagi aku minta maaf dok, aku benar benar nggak sengaja. " ucap Suina lagi.
" Nggak apa apa, itu udah berlalu. " jawab Edo yang tidak pernah mempermasalahkannya.
"Udah selesai." Ucap Edo sambil mengemas kotak obatnya kembali ke tempatnya.
Suasana sejuk saat itu terasa begitu menenangkan.
"Terima kasih banyak, Dok!" ujar Suina, sambil memberikan senyuman lega.
"Tunggu sebentar, saya akan antar kamu pulang." Ucap Edo karena tidak ingin Suina pulang sendirian di malam yang sudah larut.
"Eh, nggak usah repot-repot, Dok. Saya bisa pulang sendiri kok," tolak Suina sopan, merasa tidak enak hati.
"Loh, udah malam gini, bahaya lho jalan sendirian. Tunggu sebentar, saya ambil kunci mobil dulu." Ucap Edo tidak memberikan kesempatan pada Suina untuk menolak kemudian bergegas masuk ke dalam.
"Tapi, Dok..." Suina masih mencoba menolak, namun suaranya teredam oleh langkah Edo yang telah menghilang ke dalam.
Keduanya pun dalam perjalanan menuju rumahnya Suina.
Setelah beberapa menit, mereka pun sampai.
" Rumah aku yang ini dok. " ucap Suina.
Edo pun menghentikan mobilnya tepat di depan pagar rumah gadis itu.
Dengan cepat Suina turun.
"Terima kasih banyak ya, Dok! Udah ngobatin luka aku dan bahkan nganterin aku pulang segala." Suina mengucapkan terima kasih dengan mata berbinar.
" Sama sama. Ingat ya, jaga luka itu baik-baik. Jangan biarkan kena debu." Jawab Edo sambil memperingatkan dengan nada lembut.
"Siap, Dok! aku masuk dulu. Sekali lagi, terima kasih banyak." Jawab Suina tersenyum lebar.
" Em!" Jawab Edo mengangguk dan memberikan senyum kecil sebagai respon.
Suina pun masuk kedalam, sambil melambaikan tanganya.
Setelah melihat gadis itu masuk, Edo pun langsung kembali kerumahnya.
Di dalam, Riri langsung menghampirinya. karena melihat Suina pulang di antarkan seseorang.
"Eh! Siapa itu yang nganterin kamu pulang tadi?" tanya Riri, mengernyitkan dahi.
"Nganterin siapa? Aku ga paham," Suina balas bingung.
"Itu, yang tadi nganterin kamu sampai depan rumah," Riri menyodorkan dagunya ke arah jalan.
"Oh, itu... Ah, iya, tadi aku lupa nanya namanya," jawab Suina sambil menggaruk kepala.
"Hah? Masa iya sampai diantar pulang tapi nggak tahu namanya siapa?" Riri tampak takjub.
"Iya, kan tadi aku jatuh, terus dia nolongin aku sampai rumah," jelas Suina.
"Ohh, jatuh yaa... Tapi orangnya cakep banget sih. Jangan-jangan karena dia cakep, kamu sampai lupa nanya namanya, ya?" Riri menyikut lengan Suina sambil tersenyum nakal.
"Ih, enggak gitu ya Ri! Aku udah beberapa kali ketemu dia, bahkan pernah gak sengaja bikin dia luka waktu pertama kali ketemu," Suina menerangkan.
Riri tertawa terbahak-bahak mendengar penjelasan sahabatnya itu
"Mungkin itu kekuatan cinta, makanya kamu sampai cederain dia waktu pertama kali ketemu. Kan biar bisa menarik perhatiannya gitu!" Goda Riri.
"Bisa aja kamu," jawab Suina tertawa kecil dan menggelengkan kepala sebelum berlalu masuk ke kamarnya.
***
Keesokan harinya, ketika jarum jam menunjukkan pukul 9 malam, Suina sedang dalam perjalanan pulang dari toko sembako milik kakeknya.
Ia sengaja memilih datang pada waktu yang lebih malam dari biasanya.
Suina tahu bahwa kakeknya tidak akan berada di toko pada jam tersebut, sehingga ia bisa mendapatkan kesempatan untuk mengobrol bersama neneknya, walau hanya sebentar.
"Ah, akhirnya bisa ngobrol dengan nenek lagi setelah sekian lama," gumam Suina dalam hati.
Perasaan rindu yang lama terpendam kini mulai terobati.
Namun, di balik rasa bahagia itu, ada perasaan was-was yang mengganjal di hatinya.
"Semoga saja kakek nggak tau aku sengaja datang malam-malam. Aku takut kakek akan marah sama nenek karena membiarkan aku datang diam diam." Gumam Suina cemas.
Di tengah kebimbangan dan kebahagiaan yang berkecamuk, ia semakin yakin untuk meluluhkan hati sang kakek bagaimana pun caranya.
"Suina!" teriak Edo sambil segera menginjak rem keras, membuat mobilnya berhenti tak jauh dari tempat Suina berdiri.
"Eh, Dok!" Suina menoleh dan tersenyum lebar.
"Kamu ngapain sih jalan sendirian jam segini?" tanya Edo heran, matanya tidak berhenti memperhatikan Suina sambil keluar dari mobil.
"Oh, itu... abis belanja di toko sembako, Dok." jawab Suina sambil mengangkat tas belanjaannya.
"Mau bareng aja? Saya anterin kamu pulang," tawar Edo dengan.
"Em! Serius nih?" Suina tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya dan dengan cepat masuk ke dalam mobil Edo, pintu ditutup dengan suara ‘klak’ yang mantap.
Edo pun tersenyum melihatnya.
Beberapa menit kemudian, mereka pun tiba.
"Terima kasih banyak, Dok." Suina tersenyum lebar saat turun dari kursi pemeriksaan.
"Ingat, jangan sering-sering jalan sendiri malam-malam begini, apalagi di tempat yang sepi. Bahaya." Ucap Edo mengingatkan dengan nada khawatir.
"Iya, Pak Dokter. Nggak bakal lagi deh!" Jawab Suina mengangguk sambil tersenyum.
"Makasih banyak ya, Dok. Bye bye!" Ucapnya lagi sambil melangkah masuk kedalam rumah.
Edo pun ikut tersenyum melihat gadis itu.
Setelah memastikan Suina masuk kedalam rumahnya, barulah pria itu pulang menuju rumahnya sendiri.
***
Keesokan harinya di kampus, Cindi baru tiba untuk memulai harinya sebagai dosen.
Sesampainya di meja kerjanya, ia melihat ada sebuah buket mawar berukukar cukup besar.
Karena penasaran, Cindi pun langsung mengambil dan membaca kartu yang ada di dalam buket tersebut.
" Dr. Edo! " gumam Cindi sambil tersenyum senang.
Tiba tiba salah satu rekan kerjanya menghampirinya, karena penasan dari siapa bunga itu.
" Wah.. prof, bunganya cantik sekali. " ucapnya memuji.
" Dari siapa prof? apa dari penggemar rahasia profesor? " tanya rekan kerjanya itu penasaran.
" Nggak, yang pasti... dari seseorang yang spesial. " jawab Cindi tersenyum senang.
" Wah.. selamat nih, kalau benar prof sudah punya seseorang yang spesial. " ucap rekan kerjanya itu yang ikut senang.
" Kamu suka bunganya? " tanya Cindi meminta pendapat rekanya itu.
" Tentu saja prof, siapa yang nggak suka di kasih bunga seperti ini, apa lagi mawar. bunga yang paling banyak di sukai wanita. " jawabnya.
" Tapi jangan berikan kesaya ya prof, walaupun saya juga mau menerimanya. " lanjutnya lagi tertawa.
" Nggak akan, kebetulan saya juga suka. " jawab Cindi yang terus menatap bunga itu sambil tersenyum.
Kemudian ia mengambil ponselnya, dan mengabadikan bunga cantik itu sebagai kenang kenangan.
Di rumah sakit, Edo tengah menikmati makan siangnya bersama rekan rekan kerjanya.
Mereka terlihat tampak serius menikmati makanan masing masing.
Tiba tiba ponsel Edo berdering.
Iyan yang duduk di sebelahnya pun langsung melihat isi chat yang masuk kedalam ponselnya itu.
" Terima kasih atas bunganya? sampai ketemu sore nanti? " ucap Iyan kaget.
Namun sikap Edo hanya biasa saja, dan terus menikmati makanannya.
"Eh, kamu ngirim bunga ke gadis itu?" Tanya Iyan mengerutkan kening, penasaran.
"Nggak," jawab Edo singkat, seraya mengibas-ngibaskan tangannya.
"Terus, kenapa gadis ini ngucapin makasih segala? Sampe janjian ketemu sore ini lagi?" Tanya Iyan yang tampak makin bingung.
"Bukan aku yang ngirim, tapi ayahku." Jawab Edo menjelaskan sembari menghela nafas.
"Lah, emang bokapmu nggak tau kalo kamu alergi bunga? Bukannya serbuk sarinya bisa bikin kamu bersin-bersin?" Tanya Iyan semakin heran.
" Aku rasa nggak, deh. Ayahku lebih peduli sama nilai sekolah sama karier aku daripada hal lain," sahut Edo dengan nada kesal.
"Gila, ya, cara mikir bokapmu. Kok bisa-bisanya gitu..." Ucap Iyan tergelak kecil, terheran-heran dengan kondisi temannya itu.
Edo hanya tersenyum mendengarnya.
" Terus gimana dengan pesan ini? apa kamu akan menemuinya? " tanya Iyan penasaran.
" Balas aja, bilang 'Tentu'. " jawab Edo.
" Baiklah. " jawab Edo yang mulai mengotak atik ponsel Edo.
" Aku sudah selesai. " ucap Edo sambil meneguk segelas air.
Dengan cepat Iyan pun langsung menghabiskan makanannya.
Sore menjelang, Edo sudah berada di salah satu Caffe menunggu kedatangan Cindi.
Pria itu tampak serius sambil sesekali melihat jam tanganya.
Sudah sejam ia menunggu kedatangan gadis itu, namun Cindi tak juga datang.
Setelah beberapa menit, Cindi pun datang bersama seorang temannya.
" Selamat siang mbak, ada yang bisa kamu bantu? " tanya resepsionis itu dengan ramah.
" Iya, pesanan meja atas nama Dr.Edo. " jawab Cindi.
" Orangnya sudah datang kan? " lanjutnya lagi sambil bertanya.
" Iya mbak. " jawab petugas itu.
Cindi pun langsung tersenyum mendengarnya.
" Tapi Dr.Edo sudah pergi beberapa menit yang lalu mbak. " lanjut petugas itu.
Cindi pun kaget mendengarnya.
" Tapi beliau sudah menitip pesan, untuk memberitahu mbak agar menikmati makanannya. kami sudah menyiapkannya di meja sebelah sana, semuanya sudah di bayar oleh Dr.Edo. " ucap petugas itu lagi.
" Lah.. terus gimana Cin, orangnya sudah pergi. " tanya temannya itu bingung.
" Apa perlu saya antar kemejanya mbak? " tanya pelayan itu dengan sopan.
" Tentu, tapi tolong batalkan semua pembayarannya. Saya akan membayarnya semua makanan itu sendiri. " jawab Cindi sambil tersenyum namun menahan kesal.
" Baik, silahkan mbak. " ucap pelayan itu membawa mereka menuju meja yang sudah di pesan Edo.
Sementara itu Edo sedang berada di salah satu toko buku.
Pria itu tengah mencari beberapa buku yang ia butuhkan.
Ketika sedang asyik melihat lihat, tiba tiba Suina melihatnya dari balik dinding kaca.
" Seperti kenal. " gumam Suina sambil memperhatikan pria itu.
Ia pun mendekat kedinding kaca itu, kemudian mengetuknya.
TOK! TOK TOK!
Perhatian Edo langsung teralih kearah sumber suara itu.
Terlihat Suina sedang tersenyum manis melihatnya, sambil menempelkan keningnya kedinding kaca itu.
Edo yang melihat tingkah gadis itu, hanya bisa terheran heran.
Dengan cepat Suina masuk kedalam untuk menghampirinya.
" Dokter sedang cari buku, ya? " tanya Suina sambil tersenyum.
" Nggak, saya sedang beli kue. " jawab Edo datar.
" Hah? di sini jual kue? di mana? aku pengen beli juga? " tanya Suina sambil memperhatikan area sekitar, mencari penjual kue yang di maksud pria itu.
" Saya cuma bercanda. " ucap Edo.
" Hah? " jawab Suina bingung.
" Kamu ngapain nempelin kening kedinding kaca seperti tadi? itu kan kotor. " tanya Edo heran.
Suina pun langsung tersenyum mendengarnya.
" Baiklah pak dokter, saya tidak akan melakukannya lagi. " jawab Suina terkekeh.
Edo pun langsung terpaku melihat senyum manis gadis itu, kemudian dengan cepat ia mengalihkan pandanganya kebuku yang di pegangnya.
Suina pun mulai ikut melihat lihat beberapa buku, karena penasaran ia pun menuju salah satu rak yang penuh dengan berbagai jenis buku.
" Huuff.. " gumam Edo yang langsung menghela nafas panjang kemudian tersenyum.
Ia benar benar selalu di buat terkejut dengan semua tingkah gadis itu.
Tiba tiba Suina menghampirinya lagi, sambil menunjukan salah satu buku resep makanan.
" Dokter bisa masak nggak? " tanya Suina.
" Maaf, sepertinya kita tidak sedekat itu. jadi.. " ucap Edo.
" Oh iya, dokter benar. kita tidak sedekat itu. " jawab Suina.
" Kalau gitu, gimana kalau kita saling mengenal satu sama lain mulai sekarang. kita kan tetangga, jadi nggak apa apa dong saling kenal. " lanjut Suina.
Edo pun hanya bisa terkejut diam mendengar penuturan gadis itu.
" Sebentar. " ucap Suina sambil meletakan buku yang ia pegang, kemudian membersihkan tanganya dengan cairan anti septik yang selalu berada di dalam tasnya.
" Perkenalkan dok, namaku Suina Putri. dokter bisa panggil aku Suina ataupun Putri, senyamannya dokter aja. " ucap Suina memperkenalkan dirinya lagi, sambil mengulurkan tangan.
" Oh ya, nama dokter siapa? " tanya Suina.
Edo pun diam sejenak menatap gadis itu sambil tersenyum heran.
" Edo. " jawab Edo singkat sambil menerima uluran tangan Suina.
" Edo? hanya Edo saja? dokter nggak punya nama panjang gitu? " tanya Suina penasaran.
" Iqram Bintang Perwira. " jawab Edo menyebutkan nama panjangnya.
" Hah? terus nama Edo nya dari mana? " tanya Suina kaget.
" Orang orang nyaman memanggil saya dengan sebutan itu, dari pada nama lengkap saya. " jawab Edo.
" Ohh... " ucap Suina faham.
" Itu nama yang bagus, aku suka. karena mudah mengingatnya. " lanjutnya lagi.
Edo semakin terkejut melihat sisi lain dari gadis itu. Karena Suina benar benar sangat mudah berteman dengan siapa saja.
"Jadi, kita sudah bisa jadi teman kan sekarang?" Ucap Suina bertanya sambil melihat Edo dengan mata berharap.
Edo hanya tersenyum singkat kemudian menyetujuinya.
"Em!" Jawabnya sambil mengangguk.
Suina tersenyum senang mendengarnya.
"Oh ya, Dr.Edo sendiri, ada yang mau dokter sampaikan ataupun tanyakan ke teman barumu ini?" Tanya Suina tersenyum lebar.
Edo langsung memandang luka di lengan gadis itu .
"Lukamu gimana? Sudah lebih baik belum?" Tanya Edo.
"Luka ini? Ah, udah nggak apa-apa kok. Cuma lecet kecil aja. " Jawab Suina menjawab sambil memperlihatkan lukanya lebih dekat.
"Kedepannya lebih hati-hati lagi. " ucap Edo dengan nada mengingatkan.
Suina langsung mengangguk sambil tersenyum lebar.
"Em, siap dokter Edo!" Jawabnya penuh semangat.
Edo pun ikut tersenyum mendengarnya.
Pertemuan mereka kali ini, benar benar membuat Edo terus tersenyum.
Seakan akan ada energi baru yang di dapatkannya dari gadis itu, perasaan yang awalnya sunyi. Seketika berubah begitu Suina datang menghampirinya.
###NEXT###