NovelToon NovelToon
Terlahir Kembali Menjadi Seorang Perempuan

Terlahir Kembali Menjadi Seorang Perempuan

Status: sedang berlangsung
Genre:Anime / Reinkarnasi
Popularitas:388
Nilai: 5
Nama Author: Lidelse

Reni adalah pemuda pekerja keras yang merantau ke kota, dia mengalami insiden pencopetan, saat dia mengejar pencopetan, dia tertabrak truk. Saat dia membuka mata ia melihat dua orang asing dan dia menyadari, dia Terlahir Kembali Menjadi Seorang Perempuan

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lidelse, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Merah Muda dan Diagram

Beberapa minggu setelah sesi latihan pedang rahasianya dimulai, Lyra—yang kini sudah semakin pintar menyembunyikan keringatnya—menyadari bahwa penampilan cokelat-hijau

(rambut cokelat, mata hijau)

membuatnya terlalu mudah ditebak sebagai campuran sempurna Astrea dan Elemendorf.

Ia ingin menegaskan bahwa ia bukan hanya warisan kedua orang tuanya. Ia adalah Reni dari masa lalu, dengan masa depan yang berwarna-warni.

Suatu pagi, saat Mia sedang menyisir rambut Lyra yang mulai memanjang dan halus di depan cermin, Lyra mengajukan permintaannya dengan nada paling manis dan memohon yang ia bisa.

"Mia..."

panggil Lyra pelan, membalikkan badan kecilnya.

"Ya, Tuan Putri? Ada yang sakit?"

tanya Mia, khawatir.

Lyra menggelengkan kepala, lalu menunjuk rambut cokelat halusnya.

"Lyra... Lyra ingin rambut Lyra berubah."

"Berubah bagaimana, Sayang?"

Lyra memikirkan warna yang paling cerah, paling tidak terduga, dan paling sulit untuk diabaikan.

"Lyra mau... merah muda!"

serunya dengan mata berbinar.

"Seperti bunga sakura yang ada di lukisan di galeri! Lyra mau rambut merah muda! Cokelat tidak cocok dengan semangat Lyra."

Mia terdiam. Rambut merah jambu. Itu adalah warna yang sangat langka, biasanya hanya muncul pada garis keturunan sihir yang sangat spesifik, atau pada bangsawan yang sangat eksentrik.

"Tuan Putri, bukankah rambut cokelat ini indah? Ini rambut warisan Papa Racel dan Mama Erin,"

bujuk Mia lembut.

"Tidak mau!"

Lyra merengek manja—sebuah taktik yang ia pelajari sangat efektif di dunia ini.

"Lyra mau pink! Lyra mau punya warna sendiri! Mia, tolong! Mia kan penyihir hebat, kan? Ubah rambut Lyra!"

Mia tersenyum. Sebagai pelayan setia dan juga seorang penyihir tingkat Magician yang lumayan, Mia tahu bahwa keinginan Lyra untuk memiliki

"warna sendiri"

mungkin merupakan keinginan untuk menentukan identitasnya.

"Baiklah, Tuan Putri. Tapi kita harus melakukannya diam-diam, ya. Mama Erin Anda mungkin akan sedikit terkejut,"

bisik Mia. Ia melihat sekeliling, memastikan tidak ada yang mendekat.

Mia kemudian menggerakkan tangannya dan mengucapkan mantra kecil dalam Common Tongue, mantra yang ia gunakan untuk mewarnai kain atau bunga.

"Flora Coloris!"

Mana hijau Mia mengalir keluar, mengelilingi rambut Lyra. Dalam beberapa detik, warna cokelat halus itu perlahan luntur dan digantikan oleh warna merah jambu cerah yang terlihat menggemaskan, persis seperti warna kelopak bunga sakura yang baru mekar.

Lyra menatap pantulannya di cermin. Mata hijaunya berpadu sempurna dengan rambut pink-nya yang baru.

Sempurna, batin Reni penuh kemenangan. Warna ini tidak ada hubungannya dengan si Dewa Pedang atau si Archmage. Ini adalah warna Reni, sang Pendekar Merantau.

Saat Erin masuk tak lama kemudian dan melihat putrinya dengan rambut pink cerah, ia terkejut.

"Lyra! Rambutmu..."

Lyra langsung memeluk ibunya.

"Mama! Bagus tidak? Lyra sendiri yang memilih! Ini warna Lyra!"

Erin, yang hatinya luluh hanya karena sentuhan Lyra, akhirnya tertawa kecil.

"Ya ampun, putriku. Kau benar-benar memiliki selera sendiri. Ya, bagus. Sangat... unik."

Sejak hari itu, Lyra si Pedang Rahasia dan Sihir Tersembunyi, memulai hidupnya dengan identitas baru:

Lady Lyra, gadis berambut pink yang manis di siang hari, dan petarung ambisius di malam hari.

Dengan Lyra kini fokus pada latihan pedang

(fisik)

dan sihir

(mental),

---------------------------

Di ruang latihan bawah tanah Kastil Astrea, yang kedap suara dan hanya diterangi obor, Lyra

(berambut pink mencolok)

berdiri tegak di hadapan Racel. Ruangan ini, dingin dan berbau logam, adalah surga rahasia Lyra dan Ayahnya.

Lyra telah berlatih dasar-dasar kuda-kuda dan ayunan selama beberapa minggu terakhir. Namun, satu pikiran terus mengganggu Reni yang terperangkap di dalamnya: keterbatasan fisik seorang wanita.

Aku sekarang Lyra, seorang perempuan. Fisikku, saat tumbuh dewasa, tidak akan memiliki massa otot dan kekuatan mentah seperti yang kumiliki saat menjadi Reni dulu.

Racel, tanpa menyadari pergulatan batin putrinya, memulai sesi hari itu.

"Lyra, hari ini kita akan mencoba mengintegrasikan Mana. Perhatikan Papa."

Racel mengambil pedang latihannya dan melakukan ayunan vertikal sederhana. Namun, saat pedang itu bergerak, aura biru tipis menyelimuti bilahnya. Ketika bilah itu memotong udara, terdengar suara ziiing yang tajam, dan di depannya, jejak angin tipis tertinggal selama sepersekian detik.

"Ini adalah dasar dari Pedang Mana,"

jelas Racel.

"Kamu tidak bertarung hanya dengan otot. Kamu menggunakan Mana di tubuhmu untuk mempercepat ayunan, memperkuat dampak, dan memperpanjang jangkauan. Ini adalah cara Astrea, Nak."

Lyra mengangguk. Dia sudah menduga ini adalah kuncinya. Jika dia tidak bisa menang melalui kekuatan, dia harus menang melalui kecepatan dan teknik yang didukung Mana.

Racel kemudian menginstruksikan Lyra untuk memegang pedang kayunya, menutup mata, dan mencoba menarik Mana ke dalam lengan.

"Rasakan liontinmu, rasakan koneksi dengan Mana Angin. Lalu, saat kau berayun, dorong Mana itu keluar secepat mungkin."

Lyra menutup mata. Dia tidak hanya merasakan Mana Angin. Dia merasakan dua jenis Mana yang berbeda dalam dirinya: Mana Angin yang fleksibel warisan Ibunya

(yang paling mudah dia kendalikan)

dan Mana yang padat serta tajam milik Ayahnya (yang ia coba tiru).

Aku tidak akan menggunakan Mana Angin hanya untuk kecepatan, pikir Lyra, ingat akan kegagalan vas bunga. Aku akan menggunakannya untuk presisi.

Alih-alih mencoba ayunan yang kuat, Lyra menarik Mana Angin ke ujung pedang kayunya, seperti seorang pelukis yang fokus pada kuasnya. Dia membayangkan pedangnya adalah bagian dari Mana-nya sendiri.

Kemudian, Lyra membuka mata dan mengayunkan pedang kayunya secara diagonal.

WHIP!

Ayunan itu tidak memiliki kekuatan besar, tetapi Lyra telah mencapai tiga hal yang membuat Racel Astrea terdiam takjub:

Lyra berhasil menjaga Mana Angin tetap terkunci rapat di sepanjang pedangnya, tanpa ada kebocoran yang tidak perlu.

Ayunannya sangat cepat sehingga terdengar seperti suara pecutan kecil. Lyra menggunakan Mana untuk mengurangi hambatan udara, bukan hanya menambah daya dorong.

Di seberang Lyra terdapat sehelai benang sutra tipis yang sengaja dipasang Racel sebagai target. Ayunan Lyra tidak memotong benang itu. Melainkan, hembusan Mana dari pedangnya menggeser benang itu ke samping tanpa merusaknya sedikit pun.

Racel berdiri mematung. Itu adalah kontrol Mana yang biasanya hanya dikuasai oleh pendekar pedang elit berusia tiga puluhan, setelah bertahun-tahun latihan meditasi yang melelahkan.

"Lyra..."

Racel berbisik, tidak percaya.

"Kau... bagaimana kau bisa seakurat itu? Kau tidak memotongnya! Itu adalah kendali yang luar biasa!"

Lyra tersenyum kecil, ia tahu ia telah berhasil. Mengandalkan presisi alih-alih kekuatan adalah cara bagi Lyra (Reni) untuk mengatasi kelemahan fisiknya. Ia menggabungkan kedisiplinan seorang Archmage yang fokus pada kendali, dengan teknik ayunan seorang pendekar.

"Papa mengajarkan Lyra untuk fokus,"

kata Lyra dengan suara manisnya.

"Mana Papa sangat kuat, Lyra hanya membuatnya sedikit... tajam di ujungnya."

Racel perlahan berjalan mendekati putrinya, matanya yang biasa dingin kini bersinar penuh kekaguman dan keraguan yang menyenangkan. Dia berlutut dan menatap Lyra.

"Tidak diragukan lagi, kau adalah putri dari Astrea dan Elemendorf,"

kata Racel, menghela napas bangga.

"Baiklah, Lyra. Lupakan dasar-dasar yang sudah Papa rencanakan. Kamu sudah melewatinya. Mulai besok, kita akan mulai melatih Gerakan Kucing—teknik Astrea untuk kecepatan dan ketangkasan tertinggi. Dan kita akan melihat seberapa jauh presisi sihirmu bisa membawamu."

Keahlian Lyra (Reni) dalam mengintegrasikan Mana dengan pedang telah mengubah kurikulum latihannya secara drastis, tetapi itu juga memunculkan kebutuhan baru: pengetahuan sihir yang lebih mendalam.

Racel kini fokus pada kecepatan dan ketangkasan fisik. Namun, Lyra tahu bahwa kontrol Mana tingkat tinggi yang ia tunjukkan adalah insting Reni yang lama, bukan pemahaman sejati tentang sihir. Ia masih belum bisa membaca aksara kuno sihir dengan cepat.

Untuk menguasai Pedang Mana, aku harus mengerti fondasi Mana itu sendiri. Dan untuk itu, aku butuh buku-buku Ibu.

-----------------------

Hari itu adalah hari pertemuan keluarga Elemendorf-Astrea yang rutin. Duke Eminan, kakek Lyra dari pihak Ibu, datang ke kastil.

Pertemuan tersebut diadakan di Ruang Makan Utama di lantai atas. Suasana dipenuhi oleh obrolan serius antara kakek-nenek, paman-bibi, dan Erin serta Racel, yang semuanya fokus membahas masalah politik wilayah dan aliansi dagang.

Lyra, yang berpenampilan sangat manis dengan gaun pink dan rambut pink cerah, duduk di pangkuan Ibunya. Ia terlihat seperti Lady kecil yang polos, tetapi mata hijaunya yang tajam terus memindai ruangan dan pintu.

"Ya, Ayah,"

kata Erin kepada Duke Eminan.

"Aku yakin dengan keamanan perbatasan. Racel sudah mengirimkan beberapa..."

Inilah kesempatan Lyra.

Saat Erin asyik berbicara dengan ayahnya, Lyra mulai merengek pelan.

"Mama... Lyra mau pipis. Lyra mau pipis sekarang!"

Erin menghela napas, tersenyum meminta maaf kepada ayahnya, dan memberikan Lyra kepada Mia.

"Mia, tolong bawa Lyra. Cepat, ya. Jangan lama-lama."

Mia membawa Lyra keluar dari ruang makan. Lyra tahu, perjalanan ke kamar mandi akan menjadi alibi sempurna.

"Mia,"

bisik Lyra saat mereka berjalan melewati koridor.

"Lyra mau ambil boneka Lyra di kamar Mama. Boneka kelinci putih yang Papa berikan."

Lyra tahu tidak ada boneka kelinci di kamar Erin. Itu adalah kamar yang didedikasikan untuk penelitian sihir. Mia, yang terlalu terbiasa memanjakan Lyra dan tidak menaruh curiga pada anak berusia empat tahun, mengangguk.

"Baiklah, Tuan Putri. Tapi sebentar saja, ya."

Mia membuka pintu Kamar Kerja Erin. Lyra segera melompat dari gendongan Mia dan merangkak cepat di lantai—bukan menuju ranjang, tetapi menuju meja kerja.

Kamar itu dipenuhi dengan rak buku yang penuh dengan manuskrip tua, kristal pemancar Mana, dan diagram sihir yang rumit. Di atas meja, ada beberapa buku bersampul kulit yang terbuka.

Mia mulai mencari

"boneka kelinci"

di sekitar ranjang, memberi Lyra waktu yang krusial.

Lyra, yang kecepatannya merangkak sudah seperti kilat, mencapai meja. Ia mengabaikan semua kristal mahal dan langsung fokus pada buku yang terbuka.

Ia mencengkeram buku yang paling tebal dan terlihat paling tua: sebuah buku yang berjudul dalam aksara kuno

"Kompendium Aliran Mana dan Struktur Dimensi Inter".

Lyra merasakan Mana Erin yang terserap di buku itu, membuatnya terasa hangat.

"Lyra, bonekanya tidak ada di sini, Sayang. Ayo kita..."

panggil Mia, yang baru menyadari Lyra tidak lagi di sampingnya.

Lyra berbalik, memegang buku tebal itu dengan kedua tangan mungilnya. "Dapat!" serunya dengan nada polos, menunjukkan buku itu, bukan boneka.

Mia panik.

"Ya ampun, Lyra! Itu buku Mama! Itu sangat penting!"

"Lyra... mau baca dongeng,"

kata Lyra, memasang wajah termanisnya.

"Lyra mau Mama yang baca. Bawa ini ke Mama, ya?"

Mia menghela napas, frustrasi tetapi juga terharu karena Lyra ingin Erin yang membacakan dongeng. Ia tidak mungkin mengambil buku itu dengan paksa dari Tuan Putri, apalagi Lyra tampak sangat polos.

"Baiklah, kita kembalikan pada Mama, tapi janji ini rahasia, ya? Mama bisa marah kalau tahu Tuan Putri menyentuh buku-buku ini."

Mia mengambil Lyra dan buku tebal itu. Lyra tersenyum puas di dalam hati.

Aku tidak butuh membacanya sekarang. Aku hanya perlu menyalin halamannya nanti malam.

Tujuannya bukanlah membaca, tetapi memperoleh akses dan menghafal diagram-diagram Mana yang rumit yang ada di dalamnya. Dengan buku itu, ia bisa meningkatkan kemampuan membacanya dan mempercepat pemahaman sihirnya secara eksponensial saat malam tiba.

Setelah pertemuan keluarga yang tegang, Lyra berhasil membawa buku tebal itu kembali ke kamarnya dengan dalih

"dongeng pengantar tidur"

dari Erin. Malam itu, saat kastil diselimuti keheningan, sesi pelatihan ganda Lyra dimulai.

Lyra merangkak ke pojok kamarnya yang gelap. Ia menyalakan lilin sihir kecil yang ia dapat dari Mia

(lagi-lagi dengan jurus merengek manis),

dan membuka buku setebal batu bata milik ibunya: Kompendium Aliran Mana dan Struktur Dimensi Inter.

Di bawah cahaya remang-remang, Lyra tidak bisa membaca semua teks kuno, tetapi ia fokus pada diagram dan glosarium istilah. Dengan kemampuan menyerap bahasanya yang luar biasa, ia mulai memecahkan kode rahasia dunia sihir.

Saat membolak-balik halaman yang berisi teori transfer energi yang sangat rumit, mata Lyra menangkap sebuah konsep yang membuatnya tercekat—dan wajahnya

(yang masih berwajah bayi) memerah.

Konsep yang disebut "Transfer Mana Berkapasitas Tinggi" menjelaskan sebuah metode kuno yang memungkinkan penyihir untuk mengisi ulang Mana mereka atau mentransfer Mana dalam jumlah besar ke pasangan atau penerus mereka melalui... kontak fisik intim.

"...Transfer Mana membutuhkan koneksi jiwa dan fisik yang mendalam untuk menghindari penolakan energi yang fatal. Biasanya dipraktikkan oleh pasangan yang sudah terikat, atau untuk memperkuat keturunan..."

Reni, yang pikirannya masih pikiran dewasa, langsung merasa sangat canggung. Hubungan? Transfer Mana? Dunia fantasi ini benar-benar tidak main-main dengan konsepnya! Untunglah aku tidak perlu repot-repot dengan metode ini.

Lyra menggelengkan kepala, buru-buru membalik halaman. Ia memutuskan untuk fokus pada hal-hal yang lebih praktis.

Pandangannya tertuju pada ilustrasi lain yang lebih bermanfaat:

sebuah skema yang menggambarkan sebuah artefak berharga. Di bawah ilustrasi itu, Lyra membaca sedikit demi sedikit, menyusun arti dari aksara kuno yang masih ia pelajari.

Lyra kemudian mengalihkan pandangannya ke jari mungilnya. Selama berhari-hari, ia selalu melihat cincin sederhana yang dikenakan Mia, pelayan setianya. Lyra meminta Mia untuk meminjamkannya dengan alasan itu

"berkilauan seperti bintang."

Cincin itu adalah benda yang terbuat dari perak kusam, tanpa permata. Namun, di bawah cahaya lilin dan dengan bantuan deskripsi di buku ibunya, Lyra kini mengerti fungsinya.

Cincin itu... adalah artefak penyimpanan Mana.

Lyra membaca bahwa cincin ini bekerja dengan prinsip Manipulasi Objek Mana. Pengguna bisa mengubah objek kecil

(seperti koin atau batu)

menjadi bentuk Mana murni, menyimpannya di dalam cincin, dan mengubahnya kembali menjadi objek fisik saat dibutuhkan. Cincin yang Mia miliki adalah versi Magician sederhana yang hanya bisa menyimpan beberapa lusin barang ringan, biasanya digunakan para pelayan untuk membawa perlengkapan tanpa perlu repot.

Ini adalah penemuan yang luar biasa bagi Lyra.

Jika ia bisa memiliki cincin seperti ini, ia tidak perlu takut ketahuan membawa senjata asli.

Ini adalah sarana yang sempurna untuk membawa persediaan atau bahkan... senjata tersembunyi.

Lyra tersenyum penuh perhitungan. Ia sudah tahu apa yang harus ia lakukan selanjutnya. Ia harus membujuk Mia (atau Ayahnya) untuk mendapatkan cincin yang lebih canggih, atau bahkan mempelajari cara membuatnya sendiri.

Setelah menghafal diagram penting dari buku itu, Lyra kembali ke sesi kedua latihannya: Pedang Mana dan Kecepatan Tinggi.

Ia merangkak ke tengah ruangan yang lebih luas. Berbeda dengan latihan paginya yang fokus pada teknik dasar bersama Racel, latihan malamnya adalah tentang integrasi:

Lyra berdiri, memfokuskan Mana Angin di kakinya untuk meningkatkan keseimbangan dan sedikit meringankan berat tubuhnya—teknik yang ia sebut "Gerakan Kucing"

(terinspirasi dari ajaran Racel).

Ia mengayunkan pedang kayunya berulang kali, setiap ayunan diikuti dengan Mana Angin yang dikontrol ketat di sepanjang bilah.

Lyra tahu, ia harus menjadi Lady Pendekar Pedang tercepat, paling akurat, dan paling cerdas di dunia ini. Bukan hanya untuk dirinya, tetapi juga untuk kehormatan ibunya di kampung yang sedang menunggu.

1
Anonymous
ceritanya wahhh, sih. cuma kayaknya penulisan nya bisa lebih emosional lagi
Anonymous
gila plot twist nya
Moge
episode 4 udah mulai seru jir
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!