NovelToon NovelToon
Roller Coaster Kehidupan Jennifer

Roller Coaster Kehidupan Jennifer

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / Nikahmuda / Hamil di luar nikah / Mafia / Cintapertama / Nikah Kontrak
Popularitas:607
Nilai: 5
Nama Author: Inge

Roda kehidupan yang kejam bagi seorang anak perempuan bernama Jennifer. Lara dan Kemalangan yang bertubi-tubi menimpanya. Akhirnya dia menemukan suatu kebahagiaan dari cinta pertama dan cinta sejatinya melalui perjalanan roda kehidupan yang penuh dengan lika-liku dan intrik di dalam lingkungan yang toxic.

Seperti apakah Roller Coaster kehidupan milik Jennifer? Seperti apakah ruang lingkup dirinya sehingga dia menjadi seorang wanita yang mandiri?

Mari baca cerita novel ini ☺

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Inge, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mau Ke Mommy

Jennie berdecak kagum menatap sebuah rumah yang berada di hadapannya. Dari luar tampak seperti istana yang memberikan impian indah semua orang yang mengharapkan kehangatan untuk memeluk kenyamanan dan menghempaskan letih dengan segala fasilitas kemewahan. Jennie melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah yang mewah. Rumah kediaman Tuan Sean sangat luas dan megah. Rumah yang bergaya romawi klasik dengan pilar - pilar kokoh yang menjulang tinggi. Rumah itu penuh dengan pelayan yang siap melayani segala kebutuhan pemilik.

Jennie mengedarkan pandangannya. Dia melihat para maid sedang bekerja, lukisan-lukisan yang sangat indah, guci-guci kuno, pajangan yang klasik, dan beberapa furniture yang elegan dan mewah menghiasi area yang sedang mereka telusuri. Mereka memasuki sebuah ruangan lobby di dalam rumahnya. Lobby rumah itu layaknya lobby sebuah hotel bintang lima. Lantai marmernya mengkilap sehingga orang - orang bisa bercermin.

Di tengah - tengah lobby ada sebuah meja bundar yang dialasi sebuah karpet tebal Yang berbentuk bulat dan di atas meja itu terdapat sebuah vas yang dihiasi berbagai bunga hidup yang indah, meluapkan aroma yang harum. Di atas lobby ada sebuah tangga yang megah. Mereka menghentikan langkah kaki mereka di depan salah satu pintu lift yang berada di belakang tangga. Rumahnya itu terdiri dari tiga lantai dan memiliki tiga lift.

Luna memencet tombol panah ke atas sehingga pintu lift terbuka. Luna menuntun Jennie masuk ke dalam lift. Jennie celingak-celinguk melihat isi dari lift yang terbuat dari kaca. Luna memencet tombol angka dua di sisi kiri pintu lift sehingga pintu lift ketutup. Jennie memeluk pinggangnya Luna karena ketakutan ketika lift bergerak. Luna tertawa renyah melihat kelakuan Jennie. Dia mengusap puncak kepalanya Jennie dengan penuh kasih sayang. Luna tertegun melihat beberapa luka di kedua lengannya Jennie sehingga membuat hatinya terenyuh.

"Pantesan Nyonya Besar ingin mengangkat dia sebagai anaknya," gumam Luna bermonolog. "Tenang Nak, kamu tidak usah takut, kami tidak akan melakukan hal yang buruk kepadamu," lanjut ucapan Luna dengan nada suara yang lembut sambil mengusap puncak kepalanya.

Tak lama kemudian lift berhenti. Pintu lift kebuka. Luna mengangkat tubuh mungilnya Jennie. Luna menggendong Jennie yang memiliki berat badan yang sangat ringan sehingga tidak menyusahkan Luna. Dengan langkah cepat Luna keluar dari dalam lift. Jennie memeluk erat lehernya Luna karena dia masih ketakutan. Menyusuri lorong yang berada di lantai dua.

Luna menghentikan langkah kakinya di depan pintu ujung lorong itu. Menekan handle pintu ke bawah, lalu mendorongnya hingga pintu terbuka. Jennie dan Luna masuk ke dalam kamar yang megah dan bernuansa klasik. Luna menutup pintu itu, lalu melanjutkan langkah kakinya menuju ke kamar mandi. Berjalan masuk ke dalam kamar mandi melewati pintu yang sudah terbuka. Menutup pintu kamar mandi, lalu melepaskan pegangan kedua tangannya Jennie di leher.

"Nak, kamu mandi dulu," ujar Luna lembut.

Tak lama kemudian Luna menurunkan Jennie. Berjalan menghampiri bath tube, lalu menyalakan kran air setelah menghentikan langkah kakinya di samping kanan bath up. Membalikkan badannya, lalu berjalan mendekati Jennie. Menghentikan langkah kakinya di hadapan Jennie. Menjongkokkan tubuhnya agar sejajar dengan tubuhnya Jennie. Luna tersenyum hangat melihat wajah polosnya Jennie yang sedang ketakutan.

"Nak, kamu tidak perlu takut kepadaku dan kepada Nyonya Rosalinda. Kami tidak akan melukaimu," ucap Luna lembut. "Sekarang buka bajumu Nak, aku akan memandikan kamu," lanjut Luna, lalu Luna menggelengkan kepalanya.

"Aku bisa mandi sendiri," lirih Jennie.

"Baiklah kalau itu kemaluanmu, tapi aku tetap di sini untuk menemanimu."

"Aku mau ditemani sama Mommy."

"Kamu masih punya Mommy?"

"Iya, tapi Mommy aku ada di rumah."

"Di mana rumahmu Nak?"

"Aku tidak tahu," jawab Jennie polos sambil menggelengkan kepalanya berulang kali.

Tiba-tiba air matanya Jennie mengalir dengan deras. Jennie menangis sesenggukan. Luna memeluk tubuh mungilnya Jennie. Mengusah punggungnya Jennie berulang kali untuk memberikan ketenangan. Hatinya Luna mencelos mendengar suara tangisan Jennie yang memancarkan kesedihan dan ketakutan. Luna yakin sekali bahwa selama ini Jennie sering mendapatkan perlakuan kasar dari orang lain.

"Luna, apa yang telah terjadi?" tanya Rosalinda panik melihat Jennie menangis tersedu-sedu setelah membuka pintu kamar mandi.

"Dia sedih Nyonya karena dia ingin ketemu sama Mommynya sedangkan dia tidak tahu di mana rumahnya," ucap Luna terharu sambil menolehkan kepalanya ke Rosalinda.

"Ya udah kamu di sini aja, tolong tenangin Jennie ya," ucap Rosalinda yang ikut terharu.

Rosalinda membalikkan tubuhnya, lalu melanjutkan langkah kaki menghampiri meja bundar yang berada di depan jendela kamar. Mengambil smartphone miliknya setelah menghentikan langkah kakinya di depan meja bundar itu. Menyentuh beberapa ikon untuk menghubungi Ronald. Menyentuh ikon hijau, lalu mendekatkan benda pipih itu ke telinga kirinya.

"Hallo Mommy, ada apa?" ucap Ronald santun.

"Ro, tolong carikan rumahnya Jennie sekarang juga," pinta Rosalinda lembut namun tegas.

"Baik Mom," ucap Ronald santun.

Sedetik kemudian Rosalinda menyentuh ikon merah untuk memutuskan sambungan telepon itu. Menjauhkan benda persegi panjang itu dari telinga kirinya. Membalikkan tubuhnya, lalu berjalan menuju ke kamar mandi. Dia mendengar dengan jelas suara tangisan Jennie yang telah membuat hatinya terenyuh dan terharu. Masuk ke dalam kamar mandi, lalu mendekati Jennie yang masih menangis tersedu-sedu di dalam pelukan Luna. Rosalinda menjongkokkan tubuhnya, lalu mengusap kepalanya Jennie.

"Nak, sebaiknya sekarang kamu mandi dulu sama Bi Luna. Setelah mandi, kamu makan dan minum susu. Setelah itu, kita pergi ke rumah kamu, Nak," ucap Rosalinda lembut.

Jennie mengusel-ngusel kepalanya di bahu Luna untuk menghapus air matanya. Seketika suara tangisan Jennie menjadi pelan. Lama kelamaan, suara tangisan Jennie berhenti. Luna melepaskan pelukannya, lalu menatap lembut ke Jennie. Merapikan beberapa helai rambut merah tuanya Jennie yang menutupi wajah cantiknya. Luna terperangah melihat kedua matanya Jennie yang memiliki spectrum warna yang indah dengan jelas.

"Luna, tolong mandikan dia sekarang ya, saya mau ke kamarnya Shella," ucap Rosalinda sambil beranjak berdiri.

"Baik Nyonya," ujar Luna santun.

Tak lama kemudian Rosalinda mengarahkan tubuhnya ke arah pintu kamar mandi. Berjalan keluar dari dalam kamar mandi melewati pintu yang sudah terbuka. Luna membuka dress rumahan yang lusuh dari tubuhnya Jennie. Luna tersentak melihat beberapa luka lebam di sekujur tubuh mungilnya Jennie. Tak terasa Luna mengeluarkan cairan bening dari kedua matanya. Jennie mengerutkan keningnya karena melihat raut kesedihan dari wajahnya Luna.

"Nak, ayo mandi!" ajak Luna sambil berdiri, lalu menaruh baju lusuh milik Jennie ke tempat pakaian kotor yang berada di samping kirinya.

Jennie mengikuti langkah kakinya Luna yang sedang menghampiri bath up. Luna menghentikan langkah kakinya di samping kanannya bath up, lalu mematikan kran air hangat yang sudah meluber. Luna tersenyum hangat ketika Jennie menghentikan langkah kakinya di samping kirinya. Mengangkat tubuh mungilnya Jennie, lalu memasuki tubuhnya Jennie ke dalam bath up. Jennie merasa nyaman berendam air hangat. Jennie menduduki tubuhnya, lalu menyandarkan tubuhnya di ujung bath up.

Memejamkan kedua matanya untuk merilekskan tubuhnya. Jennie sering berendam di ar hangat bersama ibunya di dalam rumah. Tapi bedanya, bath up di dalam rumahnya terbuat dari kayu, sedangkan di dalam kamar mandi itu terbuat dari marmer. Luna menuangkan sabun cair ke dalam bath up sambil tersenyum manis melihat kelakuan Jennie. Mengaduk - ngaduk air di dalam bath up yang sudah tercampur dengan air sehingga air yang adu di dalam bath up berbusa. Jennie membuka kedua matanya.

"Siapa pemilik istana ini Nyonya Luna?" tanya Jennie polos sambil menoleh ke Luna.

"Ini bukan istana Nona, tapi ini mansion. Mansion ini punya Tuan Sean. Nona, lain kali, panggil saya Bi Luna aja ya," ucap Luna sambil membasuh badannya Jennie.

"Kalau panggil Kak Luna boleh?" tanya Jennie polos.

"Ehmmm... boleh."

"Tuan Sean yang seperti pangeran?"

"Pangeran?" tanya Luna bingung.

"Iya, pangeran yang wajahnya kayak pangeran," ujar Jennie polos.

"Di sini tidak ada pangeran, adanya Tuan Sean, Tuan Ronald dan Tuan Samuel."

"Yang matanya biru, itu kan pangeran?"

"Ooo, itu Tuan Ronald," ucap Luna sambil menyebutkan punggungnya Jennie.

"Kalau Tuan Sean yang mana?"

"Yang sudah tua."

"Kalau Nyonya Rosalinda, istrinya Tuan Sean?"

"Bukan Nona. Nyonya Rosalinda itu adik iparnya Tuan Sean."

"Boleh tidak setelah mandi aku pulang ke rumah?" tanya Jennie polos.

"Coba nanti kamu tanyakan ke Nyonya Rosalinda, Nak. Menurut kakak sebaiknya kamu makan siang dulu sama Nyonya di sini. Nanti siang kamu bisa makan enak."

"Tapi aku ingin bertemu dan makan siang dengan Mommy," ucap Jennie sendu.

"Di sini ada makanan Tagliata Dimanzo Con Verdure, Tagliata Con Asparagi And Aragosta, Salmon Papillote, Fish and Chips, Banoffee Pie dan Muffin,, kamu pasti suka dengan semua makanan itu, " ucap Luna untuk mengalihkan perhatian Jennie.

 "Wahhhh... pasti lezat sekali semua makanan itu."

"Semua makanan itu lezat."

"Aku mau makan makanan itu, kalau di rumah hanya kentang tumbuk dan sayur sop jamur."

"Kalau kamu mau makan makanan yang lezat, sebaiknya kamu tinggal bersama Nyonya Rosalinda."

"Memangnya aku boleh tinggal bersama Nyonya Rosalinda?"

"Boleh Nak, kakak aja tinggalnya sama Nyonya Rosalinda. Kalau kamu tinggal bersama Nyonya Rosalinda, hidup kamu enak, tidak ada yang menyakitimu dan semua orang yang tinggal di sana pasti berbuat baik kepadamu Nak."

"Memangnya di sana ada siapa aja Kak Luna?"

"Ada Tuan muda Richard, tuan Ricardo, dan para pelayan yang baik hati."

"Kok tidak ada Tuan pangeran?"

Luna tertawa kecil mendengar ucapan Jennie yang menganggap Ronald adalah pangeran, lalu Luna berucap, "Karena pangeran itu bukan anak kandungnya Nyonya Rosalinda. Apakah kamu menyukai pengeran itu, Nak?

"Iya, dia seperti yang sering Mommy ceritakan kepadaku. Aku mau ke Mommy."

1
Inge Gustiyanti
Sangat bagus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!