Hanya demi uang, Celline rela menjual dirinya pada seorang CEO perusahaan besar yang bernama James Chandra. James hanya menginginkan seorang anak. Dia rela membayar seorang wanita untuk melahirkan seorang anak sebagai penerus untuknya.
Jika Celline dapat melahirkan seorang anak untuk James, maka Celline akan mendapatkan uang sebesar 1 milyar Rupiah dari James. Dan Celline bisa keluar dari rumah pamannya.
Semenjak orangtua Celline meninggal dunia akibat kecelakaan, Celline harus tinggal bersama dengan keluarga om-nya yang tidak pernah memperlakukan dirinya secara manusiawi. Mereka selalu saja menyiksa Celline baik secara fisik maupun psikis. Kalau Celline tidak mau menurut apa yang mereka katakan dan inginkan.
Bagaimakah kisah Celline bisa bertemu dengan James? Dan bagaimanakah cara Celline bisa keluar dari rumah om-nya itu? Apakah Celline bisa merubah sikap dingin James pria itu? Ikuti perjalanan hidup Celline yang penuh dengan lika-liku kehidupan!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Evita Lin 168, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4
“Sampai kapan kamu diam dan menatapku seperti itu?”
Seketika Cellinejadi tersadar dan langsung berjalan ke arah walk in closet, menyiapkan pakaian ganti untuk James. Setelah selesai Celline memberikannya pada James.
“Ini tuan, pakaian Anda.”
“Hm……” James mengambil pakaian yang sudah disiapkan Celline.
Setelah itu Celline berjalan keluar dari walk in closet meninggalkan James yang sedang memakai pakaiannya.
Setelah selesai memakai pakaian, James keluar dari ruangan pakaian. Celline masih diam menunggu perintah dari James selanjutnya.
“Makan malam sedang disiapkan. Kamu bisa bersantai selagi menunggu.” James sambil keluar menuju ruang kerjanya.
Sambil menunggu makan malam disiapkan, James melanjutkan pekerjaannya di dalam ruangan kerjanya. Sedangkan Celline sibuk dengan handphonenya. Dia mencoba menghubungi kedua sahabatnya yang sedari tadi menghubungi dirinya.
Tut…… Tut……. Sambungan telepon Celline.
“Hallo, Celline.”
“Hallo, Dewi.”
“Kamu dimana, Celline?” Tanya Dewi yang sedang mengkhawatirkan keadaan Celline.
Apalagi Dewi sudah tahu kalau Celline sudah keluar dari rumah om-nya itu.
Flashback on………
Dewi dan Chris mendatangi rumah Om Celline. Mereka mau mengajak Celline pergi. Namun sayangnya jawaban yang mereka dapatkan adalah kabar buruk mengenai Celline.
“Permisi, tante. Apa Celline ada?”
Dewi dan Chris memang sudah dikenal oleh keluarga om-nya Celline.
“Celline sudah pindah dari sini. Dia sudah tidak tinggal di sudah tidak tinggal di sini lagi.” Jawab Tante Celline dengan santai.
“Celline pindah kemana, tante?”
“Mana saya tahu. Saya tidak ada urusan lagi dengan anak itu. Kalian cari saja sendiri sana!” Jawab Bibi Jasmine ketus. Setelah itu Tante Celline menutup pintu rumahnya.
“Eh….. Aku sumpel juga mulut tantenya itu!” Dewi terlihat sangat kesal mendengar jawaban dari Tante Celline barusan.
“Sabar........ Sabar….. Kayak kamu tidak tahu saja watak buruk keluarga ini.”
“Tapi, aku kesal. Bisa-bisanya dia bilang segampang itu tentang Celline.”
“Sudahlah, jangan dipikirkan lagi. Sebaiknya kita segera pergi dari sini. Kamu coba hubungi Celline lagi. Lalu kamu tanya, sekarang dia tinggal dimana?”
“Oke-lah kalau begitu. Kita cari tempat santai sambil hubungi Jasmine lagi.” Dewi sangat setuju dengan ide Chris barusan.
Setelah itu Dewi dan Chris mencarii tempat yang tenang, yaitu di taman, yang tidak jauh dari rumah Om Celline itu. Mereka duduk santai sambil mencoba menghubungi Celline kembali. Tapi, tidak diangkat juga oleh Celline. Berulang kali mereka mencoba menghubungi Celline namun handphonenya tetap tidak diangkat juga.
“Bagaimana? Apa sudah diangkat?”
“Tidak. Belum diangkat juga sedari tadi. Anak ini kemana ya?”
“Ya sudah, kita sabar saja. Mungkin Celline lagi tidak pegang handphone.”
Flashback off
“Aku ada di……” Sejenak Celline terdiam. Dia sangat bingung untuk menjelaskannya.
“Kamu ada dimana? Tadi aku dan Chris barusan dari rumah om kamu. Tapi, kamu tidak ada di sana.” Kata Dewi yang mencecah pertanyaan pada Celline.
“Nanti aku jelaskan sama kalian. Tapi, tidak bisa sekarang. Aku akan jelaskan secara langsung saat kita bertemu nanti.”
“Baiklah. Kalau begitu aku tunggu kabar dari kamu lagi.”
“Iya, nanti aku akan hubungi kalian lagi.”
Setelah itu Celline mengakhiri pembicaraannya dengan Dewi. Sekarang dia harus memikirkan cara untuk berbicara kepada kedua sahabatnya itu.
Tok….. Tok…….. Tok……
Terdengar suara ketukan pintu. Celline bangun dari atas tempat tidur kemudian berjalan menuju arah pintu kamarnya. Terlihat seorang pelayan sedang berdiri di depan pintu kamarnya.
“Maaf, nona. Makan malam sudah siap.”
“Baiklah. Aku akan turun sebentar lagi.”
Setelah pelayan itu pergi, Celline menutup pintu kamarnya dan berjalan menuju ruang makan. Di meja makan sudah ada James yang sedang duduk di kursi meja makan menunggu Celline.
Kepala pelayan mulai memberikan perintah untuk membuka makanan yang ada di atas meja makan. Dia mulai sibuk membantu majikannya makan.
Celline hanya berani melirik cara makan James. Dia tidak berani sampai menatap. Dia melihat menu makanan yang ada di atas meja makan, yang ternyata sangat menggiurkan. Rasanya dia sudah tidak sabar untuk mencicipi semua makanan itu. Mengingat selama tinggal di rumah om-nya itu, Celline hampir tidak pernah makan makanan yang layak.
Makanan layak yang Celline dapatkan hanya saat dirinya berada di luar rumah. Itu pun berbeda dengan makanan yang ada di hadapannya saat ini.
Celline melirik ke arah James yang mulai memgang sendok dan garfu. Celline pun berusaha untuk mengikuti gerakan James itu. Dia melihat cara makan James yang memang cara makan orang kaya pada umumnya.
Makan dengan cara sangat tenang dan sopan. Sangat berbeda dengan diri Celline, yang tidak sabar melihat cara makan Celline itu.
“Apa orang kaya cara makannya seperti itu? Aku benar-benar jadi tidak sabar melihatnya. Rasanya aku ingin menjadikan satu piring semua makanan yang ada di depan ini.” Ucap Celline dalam hati sambil menatap makanannya.
James menghentikan gerakan makannya. Sedangkan Celline masih asyik menikmati makan malamnya. Saat James sudah berdiri dari tempat duduknya, Celline langsung menghentikan makannya.
Raut wajah yang sedih saat melihat makan malam yang belum habis, terpaksa harus dia hentikan saatmelihat James mulai meninggalkan ruang makan.
James yang tahu kalau istrinya itu masih ingin makan, terpaksa menyuruh kepala pelayan untuk tidak membereskan meja makan sampai istrinya itu benar-benar sudah selesai makan.
Kepala pelayan mengerti arti tatapan James itu. Saat Celline ingin bangkit dari tempat duduknya, James menahan tubuhnya untuk duduk kembali.
“Habiskan makan malammu itu.”
“Baik, tuan.” Seketika terlihat senyuman mengembang di wajah Celline.
Celline melanjutkan makan malamnya. Sedangkan James kembali ke ruang kerjanya. Setelah selesai makan malam, Celline berjalan masuk ke dalam kamarnya.
Celline melihat kamar masih sepi. Dia tahu kalau James belum kembali ke kamar. Kemudian dia duduk di atas tempat tidur dan bersandar sambil menunggu perutnya mencerna semua makanan yang barusan dia makan.
Sekitar setengah jam, barulah Celline mulai merebahkan tubuhnya. Tubuhnya sudah sangat lelah dengan semua kegiatan hari ini. Dia mencoba untuk memejamkan matanya, sampai dirinya benar-benar hilang kesadarannya.
Pukul 11 malam, James menghentikan semua aktivitasnya dan berniat untuk kembali ke kamarnya. Sampai di depan pintu kamarnya, dia jadi ragu untuk masuk ke dalam kamar. Dia berpikir apakah wanita itu sudah tidur atau belum.
Jemas akhirnya terdiam di depan pintu kamar sekitar 10 menit. Sampai pada akhirnya dia membuka knop pintu kamarnya dan melihat Celline sudah tertidur pulas di atas tempat tidur.
“Dasar wanita tidak tahu diri! Dengan gampangnya dia tidur di dalam kamarku ini.”
Setelah itu James naik ke atas tempat tidur dan mencoba merebahkan tubuhnya di samping istrinya itu. Sampai akhirnya James ikut terpejam dikarenakan sudah lelah dengan aktivitasnya hari ini.
*****
Di pagi harinya………
Nyanyian burung-burung yang berkicau merdu di pagi hari seolah menyambut matahari yang kini sudah beranjak ke sebelah timur. Sehingga, membuat cahaya matahari berhasil masuk melalui celah-celah gorden jendela kaca kamar.
Sepasang manusia yang berbeda jenis kelamin, masih asyik berada di atas renjang mereka. Kini jam dinding sudah menunjukkan pukul 7 pagi. Namun, tidak membuat sepasang suami istri itu terganggu.
Tok….. Tok…… Tok……..
Suara ketukan pintu telah berhasil menarik kesadaran si wanita. Terbukti kalau dia mengernyitkan dahi, meskipun matanya masih terpejam rapat.
“Siapa itu? Mengganggu saja!”
Saat hendak bangun, Celline meraba bagian samping ranjangnya tanpa membuka kedua matanya.
“Eh…… Ini apa ya?” Tanya batin Celline.
Celline merasa aneh. Akhirnya dia membuka kedua matanya. Remang-remang dia melihat sosok seseorang sedang tidur di atas ranjangnya.
Bersambung.......