Ini Adalah Lanjutan Dari Novel Tujuh Pedang Pelindung Sebelumnya 🙏🏻
Di Harapkan Untuk Membaca Novel Sebelumnya Terlebih Dahulu Agar Tidak Bingung Dengan Ceritanya 👍🏻
Dahulu Kala Sebuah Kerajaan Hebat Bernama Cahaya, Di Serang Oleh Raja Kegelapan Yang Bersekutu Dengan Iblis. Para Ksatria Cahaya Turun Atas Perintah Raja Cahaya Pertama, Namun Saat Mereka Terdesak Tiba Tiba Sebuah Cahaya Muncul Di Hadapan Mereka Dan Berubah Menjadi Sebuah Pedang Yang Kuat. Pedang Itu Di Namai Sebagai Pedang Pelindung
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon XenoNovel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penyamaran
Tak lama setelah itu, Sara datang sambil terengah-engah karena habis berlari.
“Sial, Sano, kau berlari sangat cepat,” keluh Sara.
“Itu karena kau selalu menolak ajakanku untuk jogging pagi,” jawab Sano sambil memperbaiki sarung tangannya.
Sara lalu melirik ke arah Helena.
“Senang rasanya bisa bertemu denganmu, Nona Helena.”
Helena tersenyum canggung.
“Ah… tolong jangan panggil aku dengan tambahan ‘Nona’.”
“Wah, kau sangat cantik malam ini,” ujar Sara penuh kekaguman.
“Terima kasih,” balas Helena singkat.
Mereka berdua saling melempar senyum. Ziaz dan Sano yang melihat interaksi itu pun saling menatap dan mengangkat alis mereka, seolah berkata tanpa suara.
“Malam yang indah, bukan?” ucap Sano.
“Ya, kau benar,” jawab Ziaz.
Tiba-tiba, aura tubuh Ziaz dan Sano mulai berkedip cepat, seolah memberi peringatan bahaya. Mereka berdua saling menatap dengan ekspresi bingung.
“Ada apa ini?” tanya Sano.
“Aku tidak tahu,” jawab Ziaz cepat.
Sementara itu, di tempat lain, Lawkei sedang disekap oleh seorang remaja dengan simbol sakura di bajunya. Remaja itu menjebak Lawkei di sebuah ruang penyimpanan botol minuman. Mulut Lawkei dilakban dan tubuhnya diikat, membuatnya tak berdaya.
“Kau terlalu mudah ditipu,” ujar remaja itu sambil mendekatkan wajahnya ke arah Lawkei.
Lawkei membalas tatapan itu dengan wajah kesal. Remaja tersebut lalu pergi meninggalkan ruangan, membiarkan Lawkei sendirian. Lawkei pun mulai mencari cara untuk melepaskan diri.
“Sialan, kenapa aku malah mau ikut dengannya tadi…” gumam Lawkei.
Sementara itu, remaja tersebut menggunakan sihir untuk berubah wujud menjadi Lawkei, dengan penampilan yang sangat menyerupai aslinya.
Tanpa ragu, ia kembali masuk ke ruang pesta dan berjalan ke arah Owen yang sedang berbincang dengan Kyube.
“Sekarang, saatnya mencari informasi,” bisiknya.
Di sisi lain, Lawkei masih berusaha melepaskan diri dari ikatan. Ia mencoba berteriak, berharap ada seseorang yang mendengarnya. Namun, suasana di luar terlalu berisik, dan lakban di mulutnya membuatnya tak bisa bersuara keras.
“Sepertinya aku harus menunggu seseorang saja…” gumam Lawkei putus asa.
Namun saat itu, tanpa sengaja kakinya menendang sebuah kotak di dekatnya. Kotak itu terpental ke sudut ruangan, dan dari dalamnya terlihat sebuah benda berkilau—sebuah pisau.
“Akhirnya…” gumam Lawkei penuh harap.
Ia pun mulai merangkak pelan-pelan ke arah pisau tersebut, meski seluruh tubuhnya masih terikat, membuat gerakannya terasa sangat berat dan lambat.
Sementara itu, di luar gedung, Ziaz dan Sano berlari cepat menuju tempat pesta karena merasa khawatir terjadi sesuatu pada para tamu.
“Kenapa aura kita semakin berkedip cepat?” tanya Ziaz.
“Entahlah, aku juga tidak tahu,” balas Sano.
Kebingungan masih meliputi mereka, namun mereka terus berlari. Di belakang mereka, Helena menarik tangan Sara agar ikut mempercepat langkah.
“Ahh… kenapa kau lari secepat itu?” tanya Sara yang mulai kelelahan.
“Kalau kita tidak cepat, kita akan tertinggal,” jawab Helena cepat.
“Rasanya aku ingin pingsan saja…” keluh Sara sambil terengah-engah.
Mereka berdua bergegas menyusul Ziaz dan Sano yang telah lebih dulu masuk ke dalam gedung.
Sementara itu, di dalam pesta, Lawkei palsu mulai berbicara dengan Owen.
“Hai semuanya,” sapanya santai.
“Oh, hai Lawkei,” balas Kyube ramah.
Namun Owen tampak bingung.
“Tadi kau bilang apa?”
Lawkei palsu panik sejenak mendengar respons Owen. Namun sebelum sempat menjawab, Valiant datang dari belakang dan langsung merangkulnya.
“Kau dari mana saja?” tanya Valiant.
“Ah… itu…” jawab Lawkei palsu gugup.
Kyube buru-buru menengahi.
“Dia baru saja mengambil beberapa minuman dari ruang penyimpanan.”
“Hee… begitu ya,” ujar Valiant, tampak percaya.
Lawkei palsu itu pun mulai merasa lega. "Sial, hampir saja ketahuan," gumamnya.
Owen melihat ke arah Kyube. "Omong omong, pedang kami tidak akan hilang jika kan?" tanya nya.
Lawkei palsu yang mendengar perkataan Owen itu pun langsung mendengarkannya dengan serius.
"Tentu saja, lagian itu tempat paling aman yang aku miliki," jawab Kyube.
Lawkei palsu yang mendengar itu pun mulai ikut bertanya kepada Kyube. "Apa kau yakin?"
"Sangat yakin," ucap Kyube.
Valiant yang mendengar pertanyaan Lawkei itu pun langsung menghela nafasnya. "Kenapa kau meragukan Kyube? Lagian basement rumahnya sangat di rahasiakan,"
Lawkei yang mendengar perkataan Valiant itu pun langsung tersenyum bahagia dan bergegas pergi dari sana.
"Begitu ya, kalau begitu aku pergi ke kamar mandi dulu ya," ujar Lawkei palsu.
"Eh, kenapa tiba tiba?" tanya Valiant yang kebingungan.
Lawkei palsu itu pun berjalan dengan cepat pergi meninggalkan mereka bertiga yang kebingungan. Namun belum sempat berjalan lebih jauh, dia pun menabrak Vijan yang membuatnya terjatuh.
"Aduh, kau ini sedang apa sih!" ucap Lawkei palsu yang terjatuh.
Vijan yang mendengar itu pun tidak membalasnya dan hanya menatap ke arah Lawkei palsu itu seolah-olah dia merasa curiga.
"Oi, kau barusan berjalan bukan seperti Lawkei," ujar Vijan dengan tatapan tajam.
Lawkei palsu yang mendengar itu pun langsung panik. "Eh... Maksudmu apa ya?" ujarnya.
Tiba tiba Vijan menarik baju Lawkei palsu itu dan menyeretnya keluar dari ruangan. Para tamu di ruangan tersebut pun kebingungan melihat kejadian itu.
Sedangkan Valiant dan Owen yang melihat kejadian itu pun langsung bergegas mengejar mereka berdua.
"Ada apa ini?" ucap Valiant.
Di luar ruangan, Vijan langsung menendang Lawkei palsu itu hingga dia menabrak tembok dan tembok tersebut mulai retak. Tidak puas dengan hal tersebut Vijan pun berjalan ke arah Lawkei palsu yang tidak berdaya itu dan menarik kerah bajunya.
"Penyamaran mu bagus juga ya!" ujar Vijan.
Para tamu yang mendengar keributan itu segera mengerumuni Vijan dan remaja yang menyamar menjadi Lawkei.
“Kau cukup pintar juga, ya,” ujar si remaja dengan nada mengejek.
Tak lama kemudian, penyamaran itu pun menghilang. Wujud asli sang remaja muncul, membuat amarah Vijan semakin memuncak ketika melihat pakaian yang dikenakannya—sebuah seragam dengan simbol bunga sakura terpampang jelas di dada.
“Katakan padaku! Di mana Lawkei yang asli?!” bentak Vijan.
“Mana aku tahu,” jawab remaja itu santai sambil tersenyum licik.
Ia kemudian melirik ke arah Valiant dan Owen yang tengah berlari mendekat.
“Sampai jumpa, payah,” katanya dengan nada mengejek.
Dalam sekejap, tubuhnya berubah menjadi asap berwarna ungu, lalu melesat menabrak jendela hingga pecah berkeping-keping, sebelum akhirnya lenyap dari pandangan.
“Apa-apaan itu barusan?” tanya Valiant dengan wajah kebingungan.
Tanpa menjawab, Vijan langsung berlari keluar gedung. Valiant dan Owen pun segera mengejarnya dari belakang.
“Hey, Vijan! Siapa itu tadi?!” teriak Owen sambil terus berlari.
Tak lama kemudian, Kyube keluar dari dalam ruangan dan mendapati para tamu masih terkejut, sebagian menatap ke arah jendela yang pecah, dan sebagian lagi memandangi mereka bertiga yang baru saja keluar.
“Ada apa ini sebenarnya?” ucap Kyube, mulai panik melihat kekacauan yang terjadi.
( END CHAPTER 04 )