NovelToon NovelToon
Jodoh Wasiat Mami

Jodoh Wasiat Mami

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cinta setelah menikah / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:5.6k
Nilai: 5
Nama Author: Naira_W

Aldena Faradila tak menyangka akhirnya harus kembali ke tempat yang paling dihindarinya selama lima tahun ini. Dena harus kembali karena saudara kembarnya yang jatuh sakit dan juga wasiat dari Vania, almarhum ibunya.
Kembalinya Dena ke rumah almarhum maminya membuat keluarga papinya tak suka dan mencoba mengusirnya kembali.
Sayangnya, Dena lima tahun yang lalu sudah berubah dan kini bersiap membalaskan dendam dan sakit hatinya.
Rupanya semua tak berjalan semulus apa yang direncanakan oleh Dena. Dia harus menikah sebelum usianya dua puluh lima tahun dengan lelaki yang sudah dipilihkan oleh almarhum maminya.
Apakah Dena bersedia menikah dengan Gara, atau lebih memilih kehilangan harta warisannya? Lalu bagaimana jika ternyata Dena masih belum bisa melupakan masa lalunya yang ternyata keponakan dari Gara?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naira_W, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sampah Harusnya Dibuang

Dena berjalan ke arah balkon kamarnya. Dia menatap lurus tanpa ekspresi.

Baru saja Dena selesai menghubungi Neno, orang yang dipercaya oleh om Albert untuk menjaga Dana di rumah sakit.

Saudaranya kini sedang tidur, efek obat yang diberikan oleh dokter. Dena belum sanggup datang menjenguk Dana lagi.

Dena tak mampu untuk menahan tangisnya ketika melihat saudaranya hanya terbaring di atas ranjang rumah sakit.

Minggu lalu dia pergi ke rumah sakit setelah mengetahui informasi dari om Roland kalau Dana sedang di rawat di rumah sakit karena penyakit leukimia.

Tubuh saudaranya terlihat kurus dan lemah. Padahal tahun lalu Dana masih terlihat gagah saat datang berkunjung ke rumah om Albert.

Ya, selama ini dia memang tinggal di rumah om Albert, kakak tiri maminya yang berada di luar kota.

Hanya om Albert dan tante Dita yang membuka pintu rumahnya untuk Dena saat itu.

Dana diam-diam menitipkan Dana pada saudara tiri maminya. Om Albert awalnya tak mengetahui apa yang terjadi pada Vania karena mereka sudah lama tak bertemu dan jarang berkomunikasi.

Om Albert tak menyetujui pernikahan antara mami papi Dena. Karena merasa Tedi bukanlah lelaki yang baik untuk adiknya. Hubungan mereka pun merenggang sejak saat itu.

Tapi malam itu, Dana terpaksa menghubungi om Albert dan memohon untuk mencari Dena yang pergi dari rumah.

Kenapa tak Dana yang membawa dan melindungi adiknya. Saat itu Dana tak bisa keluar dari rumah.

Dia dikurung dan dikunci dalam gudang oleh papi dan istri barunya. Untung saja ponselnya masih berada di jaket yang dipakainya hingga bisa menghubungi om Albert.

Entah apa yang dilakukan oleh om nya, yang pasti besok siangnya Dana mendapatkan kabar jika Dena sudah bersama om Albert dan Tante Dita.

Selama lima tahun ini pula, mereka merawat Dena dengan sangat baik. Apalagi om Albert dan Tante Dita memang tak memiliki anak, otomatis mereka mencurahkan kasih sayang pada keponakan perempuan mereka layaknya putri kandung.

Dana pun beberapa kali pergi mengunjungi mereka, tidak sering. Karena dia harus curi-curi waktu dan mencari alasan untuk membohongi papinya.

Dana adalah lelaki kuat, dia bertahan di sisi papinya karena ingin melindungi sisa peninggalan sang mami. Dana tak rela jika hasil kerja keras kakek dan maminya dimiliki oleh Kana dan Asta.

Selama ini baik Om Albert juga Dana selalu menyembunyikan semua hal itu di belakang Dena.

Puncaknya minggu lalu, ketika dia diajak oleh om Albert mengunjungi om Roland. Ternyata om Roland adalah pengacara mami dan sebelum meninggal mami sudah membuat surat wasiat untuknya dan Dana.

Dena baru tau ternyata selama ini dia dibohongi oleh Kana dan Asta.

Dulu Dena mengira Kana adalah wanita yang penuh kasih sayang.

Walaupun berat saat papinya memutuskan untuk menikahi Kana seminggu setelah maminya meninggal. Tapi Dena hanya diam saja menerima keputusan papinya.

Berbeda dengan Dana yang mengamuk dan kabur dua hari, menginap di rumah teman kuliahnya.

Tapi ternyata wanita itu adalah iblis bertopeng malaikat. Lima bulan setelah pernikahan papinya, dia meminta Dana melepaskan Evan karena Asta hamil anak dari kekasihnya.

Dana yang tak mau percaya dan menolak melepaskan Evan. Apalagi dia sangat mencintai Evan, mereka sudah berpacaran sejak kelas satu SMA.

Namun, lagi-lagi ibu dan anak itu membuat drama. Asta berpura-pura jatuh dari tangga dan Kana menuduhnya mendorong Asta.

Padahal saat Dana hanya berdiri saja di dekat tangga. Asta dirawat di rumah sakit dan hampir keguguran. Papi dan orang tua Evan pun ikut menyalahkannya dan menuduhnya pembunuh.

Bahkan Evan pun menatapnya dengan benci dan menganggap Dena gila karena cemburu buta.

Dena tak diberikan kesempatan untuk membela diri, bahkan papinya memukulnya menggunakan tali pinggang. Hal yang begitu membekas di benak Dena.

Malam itu, Kana dan Asta mengancam Dena agar pergi dari rumah. Jika tidak, maka Kana akan melaporkan Dena ke polisi dengan tuduhan ancaman pembunuhan.

Dena yang bodoh pun menurut dan pergi begitu saja. Meninggalkan rumah dengan luka di tubuh dan hatinya.

Mata indah Dena menatap ke arah pagar, dia melihat sebuah mobil hitam masuk.

Siapa dia?

Dena tau papinya sudah pulang tadi sore. Dan Dena tak berniat sama sekali untuk bertemu dengan ayah kandungnya itu.

Dia memilih pura-pura tidur dibandingkan harus basa basi busuk dengan lelaki pengkhianat keluarga itu.

Lampu mobil pun padan dan tak lama pintu terbuka. Terlihat seorang pria keluar dari belakang kemudi.

"Dia rupanya....." ucap Dena lirih. Matanya tak sekalipun melepaskan pandangannya dari lelaki itu.

Dena kemudian menyentuh dadanya, ada debar-debar halus di dalam sana walaupun tak seperti dulu.

Bohong jika Dena bisa melupakan begitu saja kenangan manisnya bersama pria tampan di bawa sana. Sisa rasa cinta itu jelas masih ada.

Tapi sekarang rasa benci Dena lebih mendominasi. Dan bisa dibilang kini Dena lebih tertarik membalas rasa sakit yang telah ditorehkan oleh lelaki itu.

Sambil tersenyum licik Dena kembali masuk ke dalam kamarnya.

Dia berjalan ke arah lemari dan mengambil pakaian yang sudah dia siapkan sebelum kembali ke rumah ini.

Tangannya meraba halus gaun biru lengan tiga perempat itu. Gaun yang terlihat anggun namun tetap menunjukkan lekukan tubuh sempurnanya menjadi pilihannya malam ini.

Dena menyempurnakan wajahnya dengan riasan tipis. Dulu dia memang sering menggunakan alat make up, jadi tak heran tangannya sudah luwes dan terbiasa.

Hanya saja beberapa tahun belakangan ini dia lebih menyukai kesan natural bahkan jarang menggunakan make up.

Kata Tante Dita, wajahnya sudah sangat cantik bahkan tanpa make up. Dan benar, wajahnya tanpa make up terlihat lebih muda dari usianya.

Tak jarang anak-anak SMA, yang merupakan murid tantenya itu sering mencuri pandang. Bahkan tak jarang menyatakan cinta padanya.

Dena menatap puas tampilannya di depan cermin.

"Cantik, cuma sayang kamu bego karena sudah jatuh cinta sama lelaki busuk kayak Evan." kata Dena merutuki dirinya sendiri.

Namun, sejenak kemudian dia tersenyum miring.

"Yah, nggak dapat orangnya. Kali ini kamu harus dapat hatinya Dena. Buat dia merasakan apa yang kamu rasakan dulu." kata Dena sebelum keluar dari kamar karena suara ketukan dari pintu kamarnya.

Dena membuka pintu kamarnya dan melihat seorang wanita tiga puluh tahunan yang menatapnya kagum lalu menundukkan kepalanya.

"Maaf non. Tuan berpesan, agar non Dena turun dan makan malam di bawah." kata wanita itu.

"Hmm.... Terima kasih." ucap Dena datar.

Dia bukannya tak tau adab, tapi lebih memilih berhati-hati pada penghuni rumah ini. Hanya Bik Yun saja yang bisa dia percayai. Sisanya, entahlah.... Dena belum tau.

Dengan langkah percaya diri dan anggun Dena turun dari tangga menuju ruang makan.

Di sana Dena melihat papinya duduk diapit oleh Kana dan menantu kesayangannya, Evan.

Sedangkan Asta duduk di antara Evan dan seorang gadis cilik yang Dena yakini putri mereka.

Dena melirik sekilas tatapan orang-orang itu. Hatinya bersorak gembira saat melihat Evan yang menatapnya dengan kagum dan bahkan mulutnya terbuka. Membuat Asta memukul lengan suami brengseknya itu.

"Duduklah di sebelah mamamu, Dena." perintah Tedi dengan suara datar.

Membuat perasaan Dena yang sebelumnya senang langsung terhempas ke jurang.

Menatap tak percaya pada sosok lelaki yang dia panggil papi.

Ternyata ayahnya menjadi semakin dingin setelah mendengar isi surat wasiat maminya.

"Mama?" tanya Dena membalikkan ucapan Tedi.

"Apa papi lupa, aku tak punya mama. Dan mamiku sudah meninggal lima tahun yang lalu." balas Dena tajam.

"Dena! Jangan buat masalah. Kali ini duduklah dengan tenang dan nikmati makan malam tanpa keributan." Tedi mulai terlihat kesal pada putrinya.

Sementara Evan menatap tak percaya pada Dena, gadis itu berubah. Dulu dia tak berani membantah ucapan Tedi. Tapi sekarang lihatlah, tak hanya mulut, matanya pun terlihat melawan ayah mertuanya.

"Siapa yang cari ribut sih, Pi. Aku cuma ngomong soal kebenaran, loh. Baru juga satu minggu, masa papi lupa." ucap Dena dengan suara yang lembut namun sarat akan ancaman.

Tedi pun tak lagi membalas ucapan putrinya. Namun, matanya menatap tajam ke arah Dena.

Dengan langkah anggun Dena berjalan ke arah meja makan dan duduk di sebelah balita lucu yang sedang mencoba memakan makanan yang disediakan di mejanya.

"Aku duduk di sini aja sama si cantik ini." ucap Dena sambil mencolek pipi balita itu.

"Hai cantik, siapa namanya?" tanya Dena pada putri mantan kekasihnya itu

"Cila, ante." jawab gadis itu.

"Duh, Cila jangan panggil tante dong. Gimana kalau panggil mommy, hmm?" tanya Dena yang sontak membuat Kana apalagi Asta menjadi berang.

"Kurang ajar kamu Dena. Apa maksudmu ngomong begitu." ucap Asta yang tak terima dengan ucapan Dena.

Meminta putrinya memanggil mommy sama saja jika Dena memberi kode ingin menjalin kembali hubungan khusus dengan suaminya.

Namun berbeda dengan Evan, lelaki itu kini merasa berada di atas angin. Dia beranggapan jika Dena belum bisa melupakan dan masih mencintainya.

Dia tak akan menolak jika Dena ingin kembali padanya, apalagi sekarang Dena terlihat jauh lebih cantik dengan tubuhnya yang begitu menggoda.

"Makanya kamu kasih tau mamamu, jangan berharap aku memanggilnya mama. Karena mamiku juga akan sama sepertimu, tak akan sudi wanita lain menjadi mommy putrimu."

"Dena... Sudah cukup! Jangan meributkan hal kecil di sini. Papi akan mengusir kamu, kalau kamu masih suka bikin masalah." kata Tedi jengkel.

Sementara Kana, berperan menjadi istri yang baik dengan mengelus-elus lengan suaminya sembari mengucapkan kata 'sabar'.

"Hmm.. Wah, kayaknya aku nanti perlu hubungi om Roland buat datang ke sini." ucap Dena yang disambut wajah pias Kana dan Tedi. Sedangkan Evan hanya mengerutkan keningnya karena memang hanya dia yang belum tau soal suara surat wasiat almarhum Vania.

"Ingat loh, Pi. Ini rumah aku sama Dana. Dan sebenarnya aku loh yang punya wewenang buat mengusir dan memilih siapa saja yang boleh tinggal di sini." kata Dena lalu terkekeh geli saat melihat ekspresi keempat orang di meja makan itu.

Sementara Cila, dia tak tau apapun tentang pembicaraan orang dewasa di sana dan hanya menatap kagum pada wanita yang baru ditemuinya itu.

"Papi... Mungkin sudah saatnya aku mulai membereskan semuanya dan mengambil apa yang harusnya jadi milikku. Sampah itu harusnya dibuang kan, Pi?" ucap Dena sambil tersenyum sinis pada lelaki yang kini memijit pelipisnya.

Tedi merasa sakit kepala karena kalah dari putri yang dibuangnya lima tahun lalu.

Dena bangkit dari kursinya dan tersenyum manis pada lelaki tampan berkemeja biru. Senada dengan gaun yang dia kenakan.

Dena memang sengaja memilih gaun itu setelah melihat Evan menggunakan kemeja biru laut saat turun dari mobil tadi.

"Hai, Van. Kamu makin tampan dan hot." ucap Dena sambil mengedipkan sebelah matanya dengan menggoda.

"Thanks, Na. Kamu juga makin cantik dan menakjubkan." balas Evan tanpa memperdulikan perasaan Asta yang sudah menahan emosi sedari tadi.

Kini di otaknya hanya memikirkan cara bagaimana agar dia bisa bersama Dena lagi.

"See you next time, Darl." ucap Dena dengan senyum, sebelum pergi melenggang dengan santai.

Meninggalkan orang-orang yang terpaku menatap tak percaya jika Dena bisa bertingkah seberani itu.

1
kalea rizuky
anjirr ngakak/Curse//Curse/
kalea rizuky
kasian unggung
Susi Akbarini
😀😀😀😀❤❤❤❤
Susi Akbarini
benar kata Albert..
masak tulisan tangan istri yg 20 thn bersama gak apal..
jadi bisa dikibuli kana..
😀😀😀❤❤❤
Susi Akbarini
waaahhhh..

Anggaraaaaa...

laki2 superrrrrrr..

😀😀❤❤❤❤❤❤
🌷Vnyjkb🌷
pria dan ayah sampah sih klu bentukan kyk km tedi
Susi Akbarini
iya benar kata Jenny..
❤❤😉❤❤❤
Susi Akbarini
lelaki idaman...
❤❤❤❤❤
Susi Akbarini
semangt kak..
makasi mau melanjutkan novel sang pemilik hati..
aku suka ama kak author yg tanggung jawab gini..
mkasi..
❤❤❤❤❤❤😍😍😍😍😘😘😘😘😗😗😗😙😙😙
Susi Akbarini
emang pelakor kan lebih kejam dari perampok...

❤❤❤❤❤
Susi Akbarini
beeehhhhhhh..

emang laki2 bwneran..
Anggara2...

lope2 dehhhh..

semangatttt...
❤❤❤❤
Susi Akbarini
😀😀😀😀❤❤❤❤
Susi Akbarini
foto siapa..
apa yg akn Evan lakukan lagi..
???
❤❤❤❤❤❤
Susi Akbarini
kpookkkkk kowe Evannn..
😀😀😀❤❤❤❤
Susi Akbarini
jangan sampai Dena kenapa napa..

❤❤❤❤❤
Susi Akbarini
good job Anggara ....
😍😍😍❤❤❤❤
🌷Vnyjkb🌷
evan sayang kau kubuang🤭🙈🤣🤣
nyadarrrrr banggggg
Susi Akbarini
duhhhh..
cerdas banget vania ini..

swtelah diaudit..
pastu kana dan tedy harus ganti rugi..
salon vania jan jadi menyusut tinggak 2..
Susi Akbarini
untung kebaikan hati maminya diwarisi anak kembaenya..
dan kebaikan wajah papinya..
jadilah klop .

perpasuan yg sempurna..

😀😀😀❤❤❤
Susi Akbarini
artinya wajah dana dan dena warisan tedy..

😀😀😀❤❤❤
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!