Mafia adalah dunia nya, separuh hidupnya ia habiskan dalam kegelapan dan separuh lainnya dalam bayang-bayang kematian yang selalu mengintai nya. Hingga seorang wanita cantik yang membawa cahaya muncul dan mengubah arah hidup nya, membuatnya mempertanyakan hal-hal apa yang berharga dalam hidupnya.
Mampukah dia mengubah dirinya sendiri, ataukah bayang-bayang masa lalunya akan terus menghantuinya dan membuat wanita cantik itu memilih untuk menjauh darinya?
~ Klan Keluarga Morrigan S2~
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Buna_Ama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 04
Rakhes tersenyum menyeringai saat berhasil mendapatkan apa yang ia mau. Informasi lengkap tentang klan mafia Blood Stone sudah berada dalam genggamannya. Dan, kali ini rencana nya tidak boleh gagal. Ia akan menjerat cucu kakek Hercu dengan menggunakan informasi yang ia dapatkan. Terdengar licik bukan ? tapi inilah dunia mafia.
"Siapa yang menguasai permainan kelicikan, dialah yang akan menguasai permainan kehidupan". - Rakhes Morrigan
"Kirimkan data-data itu pada ku". Perintah Rakhes pada anak buah nya
"Baik tuan", sahut anak buah Rakhes seraya menganggukkan kepala nya dan segera menjalankan perintah tuannya itu.
"Han", panggil Rakhes pada asisten sekaligus tangan kanannya tersebut.
Han yang berdiri dibelakang Rakhes segera mendekat. Ia sudah tiba dimarkas sekitar 45 menit yang lalu.
"Ya tuan ?", sahut Han
"Berikan kunci motor nya. Aku harus segera menemui wanita ku". Kata Rakhes sambil menengadahkan tangannya pada Han.
"Baik tuan, tunggu sebentar". Han berbalik badan dan bergegas melangkahkan kakinya menuju ruang kerja Rakhes yang berada didalam markas tersebut. Ia segera mengambil barang yang Rakhes pinta.
Setelah itu, Han kembali menemui Rakhes dan memberikan benda itu pada tuannya.
"Ini kunci yang anda minta tuan", ucap Han seraya menyodorkan kunci motor tersebut pada pemiliknya.
Rakhes menerima kunci itu, kemudian ia beranjak dari duduknya. Rakhes berbalik badan lalu melangkahkan kaki nya dari ruangan khusus tersebut. Disambar nya helm cross berwarna hitam yang disimpan diatas nakas, kemudian ia segera mengenakannya. Han dengan setia mengikuti kemana pun Rakhes melangkahkan kaki nya.
"Anda perlu pengawalan tuan ?", ujar Han bertanya
"Tidak perlu, siapkan saja dirimu dan yang lainnya untuk berjaga-jaga". Kata Rakhes
Han menganggukkan kepalanya paham, "baik tuan".
Setelah itu, Rakhes melangkahkan kaki nya dengan lebar menuju garasi yang berada disamping markas. Mata tajam nya menyisir sekitar garasi mencari motor costum kesayangannya. Motor besar yang ia beli dengan harga yang sangat fantastis yaitu 83 ribu euro.
Setelah menemukan motor kesayangannya itu, Rakhes lantas berjalan mendekati motor tersebut seraya memasangkan helm cross itu menutupi kepalanya.
Kemudian, Rakhes memasukkan kunci nya motor nya pada steering lock lalu memutar kuncinya dan mulai menyalakan mesin motornya.
Vroomm...
Vroomm..
Vroomm..
Suara khas yang keluar dari knalpot motor besar terdengar sangat menggema diruang garasi. Suara nya seperti guntur yang menggelegar.
Tak ingin membuang-buang waktunya, Rakhes segera melajukan motor itu keluar dari dalam garasi markas menuju rumah sakit Matter Hospital.
Jalanan pusat kota Italia sore itu terlihat sedikit lengang, mungkin karena juga belum jam pulang kerja. Rakhes mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi.
Seulas senyum seringai terus tersungging diwajahnya yang tampan, seolah ia tengah merencanakan hal-hal licik didalam otaknya.
"Jelita.." bibirnya terus menggumamkan nama sang wanita pujaan hati nya sambil tersenyum tipis menyeringai.
Braaakkk....
.
.
Rumah Sakit Matter Hospital..
"Dokter, ada korban kecelakaan!!" teriak salah seorang perawat yang berlarian mencari keberadaan dokter yang tengah berjaga.
Mendengar suara teriakan itu salah seorang dokter pria bername-tag Jeno itu yang baru saja menyelesaikan praktiknya bergegas melangkah keluar dari ruangannya.
Ia menghampiri perawat yang berteriak tadi.
"Dimana pasien korban kecelakaan? Apa sudah mendapat penanganan?" cecar Dokter Jeno
Perawat itu menoleh menatap dokter spesial bedah syaraf itu lalu berjalan mendekat.
"Pasien diruang IGD dok, tap-"
Belum sempat perawat itu menyelesaikan ucapannya, dokter Jeno sudah lebih dulu bergegas berjalan dengan cepat menuju ruang IGD.
Tanpa mengetuk dahulu pintunya, dokter Jeno langsung mendorong pintu itu agar terbuka lebar. Disana ia melihat pasien korban kecelakaan yang dimaksud oleh perawat tadi duduk dengan tenang diatas brankar dan tak jauh dari sana ada beberapa perawat yang berdiri sambil menundukkan kepalanya, seperti ketakutan.
"Ada apa ini kenapa pasien tidak segera ditangani". Tukas dokter Jeno berjalan mendekat kearah brankar.
Para perawat itu tetap diam tak ada yang berani menyahutu ucapan dokter Jeno.
"Tuan, apa anda pasien korban kecelakaan?" tanya dokter Jeno dengan sopan
"Apa mata mu buta?" sahut pria itu sarkas dan mata nya melirik kearah celana yang ia kenakan itu sobek-sobek memperlihatkan luka tulang betis kakinya.
Dokter Jeno menolehkan kepalanya mengikuti arah pandang pria itu. Tangannya terangkat hendak memeriksa luka itu, namun dengan cepat pria tersebut langsung memberinya perintah.
"Panggilkan dokter Sephira". Titah nya dengan tegas
"Biar saya saja yang menangani luka anda tuan, seperti nya luka ini cukup lumayan serius. Dan juga-"
"Apa kau tuli? Aku menyuruhmu memanggilkan dokter Sephira!". Bentak pria itu merasa geram karena dokter Jeno tak mengindahkan perintahnya.
"Dalam hitungan ketiga, jika kalian tidak segera memanggilkan dokter itu kemari. Akan aku ratakan rumah sakit ini". Imbuh nya mengancam, matanya menatap satu persatu perawat yang sedari tadi masih diam menundukkan kepala.
Bahkan, dokter Jeno juga tak luput dari tatapan intimidasinya. Melihat itu, Dokter Jeno menghela nafas panjang. Ia mengalah lalu meminta salah seorang perawat untuk memanggilkan dokter Sephira.
"Panggilkan dokter Sephira kemari.." titah Dokter
"Baik dok". Sahut perawat pria yang berteriak tadi, ia bergegas melangkahkan kakinya dengan cepat keluar dari ruang IGD untuk mencari dokter Sephira.
Hening!
Tak ada pembicaraan didalam ruangan tersebut. Suhu didalam ruangan itu yang sudah terasa dingin kini semakin bertambah dingin saat aura pria korban kecelakaan itu terus menatap semua orang yang ada disana dengan tatapan tajam nya.
Dalam benak dokter Jeno terus bertanya-tanya siapa pria korban kecelakaan itu. Kenapa dia bisa sesantai itu pasca mengalami kecelakaan, ia justru duduk dengan tenang diatas brankar padahal luka dikakinya terus mengeluarkan darah. Apa dia tidak merasakan kesakitan ?
Dan kenapa pria itu sangat keras kepala menginginkan dokter Sephira yang memeriksa nya ? Apa dia mengenal dokter Sephira? Atau memiliki hubungan khusus dengan dokter wanita yang baru-baru ini menjadi bahan perbincangan seluruh rekan dokter dan perawat karena kecantikan dan kebaikan nya juga kesigapannya menangani pasien.
Merasa diperhatikan, pria itu mengalihkan atensi nya membalas tatapan dokter Jeno dengan tak kalah dingin dan semakin mengintimidasi.
"Ekhemm.." dokter Jeno berdehem pelan lalu menolehkan kepala nya menatap kesembarang arah.
Tak berselang lama, terdengar suara seorang wanita dan perawat yang ditugaskan untuk memanggilkan dokter Sephira tadi berjalan mendekat lalu masuk kedalam ruang IGD.
"Dokter Jeno.." panggil Dokter Sephira saat melihat teman sejawatnya itu berdiri disamping brankar dengan posisi membelakangi pasien.
"Dokter Sephira..." balas dokter Jeno
Dokter Sephira bergegas melangkahkan kakinya dengan cepat menghampiri rekan sejawatnya itu .
"Dimana pasien itu dok?" tanya dokter Sephira seraya mengeluarkan stetoskop nya dari dalam saku jas putih kebesaran yang selalu dikenakan oleh orang-orang yang berprofesi sebagai dokter.
Dokter Jeno menggeser tubuhnya. "Disini dok".
Deg..
lanjut semangaaaat
ini pasti ada kaitanya dgn jerry
dobel up
bagaimana nantinya tentang Rainer semua dia tau
keluarga adalah kelemahanya
Kan harus di jadikan saksi
yg dgn sengaja membuat rem blong tersebut