Gita merasakan jika berada didekat suaminya merasa sangat emosi, dan begitu juga dengan sang suami yang selalu melihat wajah istrinya terlihat sangat menyeramkan.
Setiap kali mereka bertemu, selalu saja ada yang mereka ributkan, bahkan hal.sepele sekalipun.
Apa sebenarnya yang terjadi pada mereka? Apakah mereka dapat melewati ujian yang sedang mereka hadapi?
Ikuti kisah selanjutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Empat
Arka tiba didepan rumah saat waktu memperlihatkan hampir maghrib. Ia menenteng kopernya turun dari mobil. Namun perasaan tak nyaman terus saja mengikuti dirinya kemanapun ia melangkah.
Ia melihat pintu rumah depan terbuka, dan saat ia tiba diambang pintu, ia melihat jika rumah sangat berserakan, sepertinya Raihan baru saja memberantaki mainannya.
Saat bersamaan bocah laki-laki berusia dua tahun itu datang mengejarnya.
Hampir dua hari ia tak melihat sang papa yang selalu membuatnya sangat bahagia, karena pria itu begitu menyayanginya selama ini.
"Papa." teriaknya ,sembari berlari mengejar sang pria.
Saat melihat Raihan menuju kearahnya, tiba-tiba rasa tak suka muncul begitu saja dihatinya. Dalam pandangan matanya, Raihan layaknya seperti seorang anak berwajah buruk rupa dengan banyak kudis disekujur tubuhnya dan menyebarkan aroma anyir yang sangat menjijikkan.
"Jangan mendekat! Menjijikkan sekali! Mengapa kau sangat bau!" hardiknya sembari menutup hidungnya.
Raihan tak.mengindahkannya. Ia mendekap kedua kaki Arka yang mana ia sangat merindukan pria tersebut.
"Pergi! Jangan sentuh aku!" Arka mendorong bocah laki-laki tersebut dengan kasar hingga terjungkal dilantai.
"Huuuuaaaa, huuuiaaaaa....," bocah itu menangis kesakitan dan bahkan ketakutan. Hal itu tak lain karena perlakuan kasar dari sang Papa yang selama ini selalu memanjakannya dan entah apa penyebabnya sehingga membuat pria berubah dengan drastis.
Sontak saja hal itu membuat Gita yang masih menghias cake ulang tahun pesanan seorang langganannya tersentak kaget.
Bahkan ia tak menyadari kepulangan suaminya, san ia menghentikan pekerjaannya. Spuit dan kantong segitiga berisi cream berwarna putih yang ia pakai mendekor cake ia letakkan diatas meja.
"Ada a--." ia menoleh ke arah Raihan yang terduduk dilantai dan masih menangis kesakitan plus juga ketakutan.
"Maa, kamu sudah pulang? Kapan? Raihan kenapa menangis?" cecarnya dengan berbagai pertanyaan, lalu mengangkat tubuh puteranya dan menggendongnya.
Arka yang sudah menutup pintu menatap kearah Gita dengan tatapan yang sangat berbeda. Seolah ketakutan.
"Mengapa kau dan anakmu sama saja? Sangat menjijikkan! Lihatlah wajahmu, tidak.ada cantik-cantiknya sama sekali!" ucap Arka dengan kasar. Ia seolah sangat membenci sang istri.
Wajah Gita terlihat dipenuhi dengan kudis yang sangat menjijikkan.
Pria itu memilih masuk kedalam kamar, lalu melemparkan kopernya ke bawah kolong ranjang yang terbuat dari jati asli dengan ukiran mawar yang indah.
Ranjang itu ia hadiahkan pada Gita saat melakukan hantaran pernikahan mereka.
Begitu juga dengan lemari pakaian yang semuanya terbuat dari jati dan diukir dengan sangat begitu halus.
Ia merebahkan tubuhnya diatas ranjang. Rasa amarah seperti memenuhi hatinya.
Sementara itu, Gita masih tak percaya dengan hardikan sang suami yang terdengar begitu sangat kasar.
Ada apa dengan wajahnya? Apakah ada cream yang menempel? Jika ia terlihat kucel, itu karena ia bergelut dengan tepung dan bahan lainnya untuk membuat cake pesanan yang cukup banyak, sebab esok ada hari ulang tahun guru yang mana banyak siswa memesan padanya, ditambah lagi pesanan ulang tahun untuk seorang wanita yang biasa menjadi langganannya.
"Raihan kenapa, Sayang? Apa yang sakit? Kenapa bisa jatuh?" tanya Gita dengan nada lembut.
"Huuuaaaa... Huuuuuaaa....," tangisannya semakin keras dan hal itu membuat Arka semakin bengis.
Ia merasa sangat bising mendengar tangisan sang bocah.
Jika selama ini ia akan datang dan membujuknya, maka kali ini ia tidak! Ia sangat membenci suara tangisan tersebut, dan telinganya terasa sakit.
Gita membawa Raihan ke dapur, ingin membujuknya, serta melanjutkan pekerjaannya yang sebentar lagi selesai.
Arka merasa jengah dan ia sudah tidak lagi dapat menahan kesabarannya. Pria itu beranjak dari ranjangnya, lalu menghampiri Gita yang masih mencoba merayu puteranya agar berhenti menangis.
Saat ia tiba didekat sang istri, tiba-tiba saja ia melayangkan tamparannya pada wanita yang selama ini sangat dicintainya.
Plaaaak
Suara yang begitu nyaring dan juga sangat perih, bahkan meninggalkan rasa panas dikulit wajahnya.
Sontak saja Gita tercengang dan menatap pada sang suami yang selama ini selalu lemah lembut padanya, namun hari ini, semuanya telah dimulai.
Gita memegang pipinya yang terasa panas, bahkan meninggalkan cap lima jari disana. Ia menatap suaminya yang juga menatapnya dengan tatapan yang tajam dan penuh kebencian.
"Kau menamparku, Mas? Apa salahku?" tanyanya dengan mata yang berkaca-kaca. Ini sungguh tak pernah ia rasakan sekalipun. Bahkan Arka tidak pernah berkata kasar padanya. Dan hari ini tangannya sampai ke tubuhnya tanpa peringatan yang berarti.
Disisi lain, Raihan yang tadinya menangis dengan kencang, sontak saja terdiam dan menyembunyikan wajahnya didada sang ibu dan tidak ingin menatap Papanya yang tampak seperti manusia berwujud setan.
"Kau itu sangat menyebalkan! Aku ini baru saja pulang dari bekerja dan lelah, tapi mendiamkan anak saja kau tau! Dasar istri tidak becus!" jawab Arka masih dengan sikap bengisnya.
"Aku masih mencoba merayunya, lalu mengapa kau tiba-tiba menamparku tanpa sebab?! Kau ini sebenarnya kenapa?!" sanggah Gita dengan hatinya yang terluka. Ia sangat sakit hati atas perlakuan pria yang sudah menjadi suaminya selama tiga tahun lebih ini.
"Haaaaa!" Arka menghentak kedua tangannya dengan kasar. "Jangan banyak jawab! Awas saja jika aku mendengarnya menangis lagi!" ancam pria itu dengan menunjukkan jemari telunjuknya didepan wajah sang istri.
Hati Ginta semakin merasa sakit, dan ini adalah pertengkaran pertama mereka selama mengarungi bahtera rumah tangga, sebab Arka tidak pernah berlaku kasar sebelumnya.
Pria itu meninggalkan keduanya dengan raut wajah yang masih dipenuhi kekesalan. Ia menghempas pintu dengan kasar.
Gita mendekap puteranya dengan erat dan hatinya masih sangat begitu pilu.
Setelah melihat puteranya terdiam. Ia meletakkan Raihan dilantai dan memberikannya mainan serta camilan agar bocah itu tidak lagi mengingat kejadian yang sangat tidak diinginkan.
Gita mencoba menata hatinya. Ia kembali menyelesaikan pesanan tersebut, meskipun hatinya masih sakit, dan karena luka yang begitu sangat dalam, ia mengerjakan decor cake nya dengan terisak, entah mengapa ia tidak terima dengan perlakuan sang suami.
Ia menyematkan cream terakhirnya yang sudah finish saat melukis wajah seorang bocah perempuan yang yang berusia lima tahun dan tentunya yang berulang tahun.
Ia mengemasi semuanya dalam kotak khusus cake. Dan setelah itu ia menatanya diatas rak lemari pendingin, besok pagi akan ia antar ke pemesannya, dan sebagiannya akan dijemput masing-masing.
'Allahu Akbar, Allahu Akbar...,'
Terdengar suara adzan Maghrib berkumandang. Gita mencoba mendengarkan suara lantunan melidi penanggil jiwa itu dengan sangat sendu.
Wuuuuuusssh
Saat bersamaan, hembusan angin menerpa punggungnya. Dalam hitungan detik, ia merasakan sakit kepala yang sangat luar biasa. Semakin lama,rasa sakit itu semakin kuat dan seolah dunianya berputar.
"Aaaaaaaaaaargh."pekik kesakitan terdengar cukup kuat dari mulutnya.
Ia memegangi kepalanya, dan rasa sakit itu semakin membuatnya tersiksa, cairan pekat keluar dari hidungnya karena tidak tahan menahan rasa sakit tersebut.
xiexiexiexie.....
anak semata wayang yang dibangga-banggakan ternyata astaghfirullah ...
tp sayang nya si Minah belum nyadar diri ttg perbuatan anak nya itu ,, kasihan nya 🤣🤣🤣
msh penasaran aku kak Siti ,,, kira-kira apa yg terjadi pd 2 jalang itu yg pingsan di hutan,, apakah msh hidup atau mereka dh pd mati yaa ❓🤔
kak Siti maaf bukan nya kondisi Gita sdg menstruasi yaa , lalu knp Gita Sholat Subuh berjamaah dg Arka ❓🤔