NovelToon NovelToon
Who Am I?

Who Am I?

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Sistem
Popularitas:824
Nilai: 5
Nama Author: @Sanaill

Seorang mahasiswa cupu yang hidupnya terkurung oleh penyakit langka, menghembuskan napas terakhirnya di ranjang rumah sakit. Tanpa dia duga, kematian hanyalah awal dari petualangan yang tak terbayangkan. Dia terbangun kembali di sebuah dunia fantasi yang penuh sihir dan makhluk-makhluk aneh, namun dalam wujud seorang anak laki-laki berusia lima tahun bernama Ahlana. Ironisnya, dia terlahir sebagai budak.

Di tengah keputusasaan itu, sebuah Sistem misterius muncul dalam benaknya. Sistem ini bukan hanya memberinya kesempatan untuk bertahan hidup, melainkan juga kekuatan luar biasa: kemampuan untuk meng-copy ras makhluk lain beserta semua kekuatan dan kemampuan unik mereka. Namun, ada satu syarat yang mengubah segalanya: setiap kali Ahlana mengaktifkan kemampuan copy ras, kepribadiannya akan berubah drastis, menyesuaikan dengan sifat alami ras yang dia tiru.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon @Sanaill, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 26: Rencana Pelarian dan Jeda yang Tak Terduga

Berhari-hari, berbulan-bulan—aku tidak yakin berapa lama waktu berlalu di dalam Fasilitas Penelitian Multidimensi Xylos. Konsep waktu terasa buram di dalam sangkar kaca dan lorong-lorong steril itu. Namun, setiap hari yang berlalu adalah kesempatan untuk mengumpulkan lebih banyak informasi, untuk memahami penjara ini.

Aku tahu setiap shift penjaga, setiap celah kecil di kamera pengawas, dan setiap waktu istirahat para ilmuwan. Aku bahkan menemukan pola dalam suara dengungan mesin—sebuah desingan yang sedikit berbeda saat energi di suatu sektor dialihkan, atau getaran halus di lantai saat sebuah kargo bergerak. Ahlana, sang penyintas, telah menguasai seni observasi pasif.

Suatu malam, ketika shift penjaga baru saja dimulai dan para ilmuwan sibuk dengan laporan mereka, aku memperhatikan sesuatu yang baru. Seorang penjaga muda, terlihat lebih tidak berpengalaman dari yang lain, melakukan patroli di koridorku. Penjaga itu tampak gelisah, sesekali menyentuh area di pinggangnya tempat sebuah konsol kecil tersimpan.

Saat dia melewati selku, konsol itu sedikit bergeser, dan aku melihat kilatan cahaya. Itu adalah kunci kartu penjaga, yang dipasang di samping konsol. Sebuah kunci kartu elektronik, bukan benda fisik, tapi semacam keypad dengan sensor sidik jari.

Pikiranku berputar cepat. Itu adalah kesempatan. Tapi bagaimana aku bisa menjangkau dan menggunakannya? Tubuhku terlalu kecil, dan aku masih terjebak di dalam kandang kaca.

Keesokan harinya, aku mulai melaksanakan rencanaku. Saat dibawa ke laboratorium untuk tes harian, aku "tidak sengaja" menjatuhkan tablet data seorang ilmuwan yang tidak jauh dariku. Tablet itu jatuh dan retak.

"Oh, tidak!" teriakku, pura-pura terkejut. "Maafkan saya, Tuan!"

Ilmuwan itu mendengus kesal. "Tidak apa-apa, Pasien 001. Hanya kerusakan kecil." Dia memanggil penjaga yang sama dari malam sebelumnya. "Bawa dia kembali ke selnya. Dan pastikan dia tidak membuat masalah lagi."

Penjaga itu, dengan sedikit rasa terganggu, menarikku. Saat kami mendekati sel, aku mengerang. "Ah! Kepala saya sakit sekali, Tuan! Saya rasa simulasi kemarin membuat kepala saya pusing." Aku mulai terhuyung-huyung, mencoba untuk tidak terjatuh.

Penjaga itu menghela napas. "Baiklah, baiklah. Jangan banyak bergerak." Dia memegangku lebih erat, dan saat itulah aku beraksi.

Dengan gerakan cepat yang hanya bisa kulakukan berkat refleks alaminya yang diasah selama pelarian di dunia fantasi, aku dengan sengaja menabrakkan kepalaku ke pinggang penjaga. Bukan pukulan keras, tapi cukup untuk membuat konsol kunci kartu bergeser sedikit.

Penjaga itu terkejut. "Hei! Apa yang kau lakukan?!"

"Maafkan saya, Tuan!" aku memekik, air mata palsu mengalir di pipiku. "Kepala saya... saya tidak bisa mengendalikan diri!"

Saat penjaga itu mencoba menstabilkanku dan merapikan konsol di pinggangnya, aku mengambil kesempatan. Jari-jariku yang kecil bergerak secepat kilat, menyentuh permukaan keypad di konsol kunci kartu itu. Sebuah ide gila. Aku pernah melihat Elias membuat cetakan sidik jari sederhana dari lumpur. Bisakah aku meniru itu dengan sentuhan?

[Sistem Reinkarnasi: Deteksi Lingkungan Baru. Sidik jari terdeteksi. Menyimpan data biometrik...]

[Peringatan: Energi Lingkungan Tidak Kompatibel. Risiko Kerusakan Sistem. Hindari Penggunaan Kemampuan.]

Desingan sakit kembali di benakku, tapi aku mengabaikannya. Sidik jari! Aku berhasil! Sistemku, meskipun terblokir, masih bisa merekam data biometrik. Itu adalah terobosan kecil, tapi signifikan. Itu artinya Sistemku tidak sepenuhnya mati.

Kembali di selku, aku memejamkan mata, fokus pada sensasi sidik jari yang baru saja aku 'rebut' itu. Rasanya seperti sebuah data mentah, sebuah cetakan yang belum diolah. Aku tidak bisa langsung menggunakannya, tapi aku tahu itu adalah kunci pertama.

Peristiwa Tak Terduga dan Jeda Pertempuran

Beberapa hari kemudian, sebuah peristiwa tak terduga terjadi. Seluruh fasilitas tiba-tiba bergetar, diikuti oleh suara alarm merah yang memekakkan telinga. Lampu-lampu berkedip-kedip, dan suara-suara teriakan serta tembakan terdengar dari jauh.

Para penjaga dan ilmuwan di areaku tampak panik. Direktur Aris, yang biasanya tenang, kini terlihat cemas.

"Apa yang terjadi?!" teriak seorang ilmuwan.

"Pelanggaran perimeter luar!" suara di interkom berteriak. "Unit tidak dikenal menembus pertahanan! Ini... ini bukan serangan balik dari para aborigin!"

Para aborigin? Mereka pasti mengacu pada Elias dan Elf lainnya. Tapi jika bukan mereka, siapa?

Aku merasakan denyutan samar di dadaku. Sebuah kehadiran yang familier. Arsitek. Tapi bukan Arsitek yang kukenal. Ini adalah kekuatan yang berbeda, lebih agresif, lebih brutal.

Aku melihat Direktur Aris mengeluarkan perangkat komunikasi kecil. "Unit Alpha, Unit Beta, pertahankan Pasien 001! Jangan biarkan dia sampai ke tangan mereka!"

Para penjaga di areaku segera mengambil posisi defensif di depan kandang kacaku. Mereka mempersenjatai diri dengan senjata energi yang memancarkan cahaya biru.

Suara pertempuran semakin dekat. Tembakan energi, ledakan, dan raungan yang aneh. Itu adalah suara bentrokan dua kekuatan teknologi tinggi.

"Ini... ini adalah mereka!" bisik seorang ilmuwan, wajahnya pucat pasi. "Faksi 'Konservator'! Mereka datang untuk merebut subjek kita!"

Aku mengerutkan kening. Faksi lain? Para Arsitek tidak monolitik. Ada perpecahan di antara mereka. Ini adalah kabar baik, atau kabar buruk, tergantung bagaimana aku memanfaatkannya.

Pertempuran pecah tepat di koridor luar laboratoriumku. Dinding-dinding logam bergetar hebat. Kilatan-kilatan cahaya energi menembus dinding transparan, dan suara-suara benturan tubuh terdengar jelas. Prajurit Arsitek yang mempertahankan fasilitas ini bertarung melawan tentara lain, yang juga mengenakan zirah, tetapi dengan desain yang lebih kasar, berwarna gelap, dan simbol yang berbeda.

Aku melihat kebingungan di mata para ilmuwan. Mereka terkejut. Pertarungan internal ini jelas tidak mereka duga.

Kesempatan. Inilah celahnya.

Dalam kekacauan itu, seorang penjaga yang melindungiku terkena ledakan energi dari luar. Dia jatuh, senjatanya terlempar, dan yang terpenting, konsol kunci kartunya retak. Sidik jari yang tadi aku 'rebut' kini terbentang di depanku, di dalam konsol yang rusak.

Sistemku, meskipun terblokir, masih bisa memproses input. Jika aku bisa menempelkan konsol itu ke permukaan selku, bisakah aku membuka kuncinya?

Aku harus bergerak cepat. Pertempuran di luar semakin sengit. Ini adalah kesempatan terbaikku, satu-satunya kesempatanku.

To be continue......

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!