NovelToon NovelToon
Sweet Blood : Takdir Dua Dunia

Sweet Blood : Takdir Dua Dunia

Status: sedang berlangsung
Genre:Time Travel / Vampir / Manusia Serigala / Transmigrasi ke Dalam Novel / Fantasi Wanita / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: ryuuka20

Arunika terjebak di dalam dunia novel yang seharusnya berakhir tragis.

Ia harus menikahi seorang Dewa yang tinggal di antara vampir, memperbaiki alur cerita, dan mencari jalan pulang ke dunia nyata.

Tapi... ketika perasaan mulai tumbuh, mana yang harus ia pilih—dunia nyata atau kisah yang berubah menjadi nyata?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ryuuka20, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

4. Pengaruh Sang Putri

...****************...

Arunika melangkah masuk ke dalam kamar Pangeran Pertama, aroma bunga teratai yang memenuhi ruangan langsung mengisi indra penciumannya, membawa ketenangan yang dalam.

Ia memperhatikan setiap sudut ruangan yang dipenuhi dengan dekorasi bunga teratai, mulai dari dinding hingga kain tirai yang menghiasi tempat tidur besar kerajaan itu. Segalanya tampak tertata rapi, bahkan mahkota sang pangeran diletakkan dengan anggun di atas meja kecil dekat cermin besar.

Arunika berdiri diam di tengah ruangan, matanya tak lepas memandangi Pangeran Pertama yang kini sedang membuka jubahnya. Dari jarak tak begitu jauh, ia bisa melihat lekukan tubuhnya yang kuat, namun yang paling menarik perhatian Arunika adalah kesamaan yang luar biasa antara Pangeran Pertama dan sahabatnya, Mark.

Tak bisa dipungkiri, Arunika membayangkan bagaimana rasanya jika ia menikah dengan Mark—pikiran yang tiba-tiba menyeruak di kepalanya dan membuatnya merasa sedikit bersalah. Arunika menggeleng pelan,"gak mungkin." gumamnya yang masih tak percaya dengan apa yang terjadi saat ini. Ia masih belum bisa memastikan apakah ia memang sedang bermimpi?

Sang Pangeran, yang tengah berdiri di depan cermin, dengan perlahan melepas mahkota di kepalanya dan menyadari bahwa Arunika sedang memperhatikannya. Ia tersenyum kecil dalam bayangan cermin, lalu membalikkan tubuhnya menghadap sang putri.

"Tuan Putri," suaranya memanggil lembut penuh wibawa, "Mengapa kau berdiri di sana? Duduklah dan ganti pakaianmu. Malam ini kita akan beristirahat."

Perintahnya terdengar sederhana, namun mengandung perhatian. Arunika belum mengetahui pasti nama dari Pangeran Pertama ini, tapi yang ia tau dari buku itu namanya adalah Mark. Sungguh mirip bukan dengan nama sahabatnya?

Arunika, yang masih sedikit tertegun dengan pikirannya sendiri, akhirnya mengangguk pelan. Hatinya penuh penasaran dan jantungnya berdetak kencang, berbagai pertanyaan yang ingin ia tanyakan kepada Pangeran Pertama—tentang tujuan pernikahan mereka, tentang misteri yang ia rasakan, dan juga tentang ketulusan sang pangeran.

Dan malam ini mungkin bukan saatnya untuk mengungkap semua. Sebagian dari dirinya masih merasa harus waspada di tengah para vampir ini, terutama setelah apa yang dilihatnya dari adik-adik Pangeran Pertama.

Dengan perlahan, Arunika berjalan menuju tempat duduk yang ada di sudut kamar, sembari mempersiapkan dirinya untuk malam panjang yang penuh pertanyaan tak terjawab.

...****************...

Arunika masuk ke kamar mandi mengikuti Pangeran Pertama, untuk membersihkan dirinya. Model kamar mandi bersih seperti di kerajaan pada umumnya.

Tidak ada bak mandi ada kolam dan air mancur iya melihat Pangeran pertama berendam di sana memunggunginya menyadari istrinya yang berdiri di belakangnya Pangeran pertama menawarkannya untuk mandi bersama.

"Tuan Putri, kemarilah, mandi bersamaku," ucap Pangeran Pertama dengan lembut, sambil mengulurkan tangan ke arah Arunika.

Arunika segera mundur, menolak tawaran itu dengan cepat. "Tidak, terima kasih, Pangeran," jawabnya dengan suara pelan, mencoba menyembunyikan rasa gugupnya. Ia melihat sekilas ekspresi kecewa di wajah tampan Pangeran Pertama sebelum ia segera berlindung di balik tirai untuk menenangkan diri.

Di balik tirai, Arunika mengatur napasnya yang tak teratur, mencoba mengingat kembali apa yang pernah ia baca tentang Putri Arunika dalam buku tua itu.

Menurut cerita dalam buku tersebut, Putri Arunika yang asli memang dikenal suka menggoda Pangeran Pertama, bahkan sering membuat sang pangeran bingung dengan sikapnya yang penuh teka-teki.

Arunika, yang kini berada dalam tubuh sang putri, berusaha menempatkan dirinya dalam peran itu. Namun, ini bukanlah hal yang mudah, terutama karena ia tak pernah membayangkan dirinya dalam situasi seperti ini—berada di tengah pangeran vampir, di sebuah kamar mandi kerajaan, dengan aroma teratai yang terus mengelilinginya.

Seiring dengan ketidakpastiannya, satu hal yang ia tau adalah bahwa hidup di dunia ini akan menjadi tantangan tersendiri baginya. Ia tahu, keputusannya malam ini akan menentukan bagaimana hubungannya dengan Pangeran Pertama berkembang—entah menuju kedekatan yang lebih dalam dengan mengubah alurnya.

Di cerita aslinya Putri Arunika yang suka menggoda Pangeran Pertama, tetapi Sang pangeran tau kalau itu adalah taktik untuk membuat dirinya lengah sehingga sang putri menyerangnya. Tetapi sekarang berbeda sekali, tugasnya sekarang ini adalah mengubah alurnya, dan ia harus kembali menggoda Pangeran dengan maksud lain yaitu memberikan keturunan pada Kerajaan Sandyakala ini.

"Jadi harus punya anak sama Mark gitu?"

Uap hangat mengembun di udara, memenuhi ruangan dengan aroma lembut kelopak teratai yang mengapung di atas permukaan air. Cahaya remang dari lentera-lentera kristal menciptakan pantulan keemasan di sekeliling kolam mandi kerajaan.

Arunika melangkah pelan, jantungnya berdebar, bukan karena takut—melainkan karena sebuah perasaan baru yang tak ia kenali, antara keberanian dan harapan.

Gaun tipisnya menyentuh air lebih dulu, sebelum ia menurunkan dirinya perlahan ke dalam pelukan kehangatan kolam itu. Di seberangnya, Pangeran Pertama telah lebih dulu berada di sana, matanya tidak lepas dari sosok Arunika. Tatapan itu tidak menghakimi, justru penuh rasa ingin tahu dan ketenangan.

Langkah demi langkah, Arunika mendekat hingga hanya sebatas napas yang memisahkan keduanya. Wajahnya mendekat ke telinga sang pangeran, dan dalam suara pelan yang nyaris menyatu dengan uap air, ia berkata,

"Namaku… Arunika."

Pangeran Pertama menoleh perlahan. Matanya menangkap sinar yang tak biasa—seakan nama itu membangkitkan sesuatu dalam dirinya.

"Arunika," bisiknya ulang, seolah menyulam namanya ke dalam ingatan. "Nama yang indah… seperti takdirmu."

Keheningan berikutnya begitu dalam, namun tak canggung. Seolah waktu berhenti, hanya menyisakan detak jantung dan riak air yang menyentuh bahu mereka.

Arunika, dalam keberaniannya yang baru tumbuh, bertanya pelan, "Pangeran kenapa pernikahan ini terasa seperti lebih dari sekadar tradisi? Apa yang sebenarnya sedang kita hadapi?"

Tatapan sang pangeran menjadi lebih dalam, ada beban yang tampak samar di balik sorot matanya. "Karena ini bukan hanya soal penyatuan dua dunia. Ini soal menjaga keseimbangan—antara terang dan gelap, antara cinta dan kutukan. Dan kamu, Arunika… kamu adalah kuncinya."

Untuk sesaat, Arunika merasa tubuhnya membeku, bukan karena dingin, tapi karena ia tahu mulai detik ini, tak ada jalan kembali.

Dunia ini telah memilihnya, dan bersama Pangeran Pertama, takdir mereka mulai terungkap, perlahan, di balik uap dan kelopak yang mengambang.

...****************...

Mereka hanya mengenakan kemeja tidur tipis, jam menunjukkan pukul 11 malam. Arunika tak bisa memejamkan matanya, ia tidur di lengan Pangeran. Gadis ini memperhatikan gerakan dari Pangeran Mark yang juga belum tidur, namun pria itu hanya memejamkan matanya.

Arunika sadar dan bangkit dari tidurnya, merasakan pergerakan dari istrinya Pangeran pertama menahan lengan istrinya. "Istriku kamu mau kemana?" tanya Pangeran Mark pada Arunika yang duduk di pinggir ranjangnya.

"Tidak pangeran, aku hanya memikirkan ayahku." Pangeran pertama bangun juga dari tidurnya merasakan pelukan hangat dari belakang. Arunika mencoba untuk membuat dirinya menjadi tenang, ia tak bisa merepotkan orang disini.

"Istriku jika kamu ada pertanyaan silahkan tanyakan padaku, atau ada yang mengganjal di hati kecilmu itu katakan padaku, kita akan memecahkan masalah bersama." seakan dia tau apa yang dirinya pikirkan selain ayahnya, juga di dalam strategi untuk pernikahan ini.

"Terimakasih Pangeran, Sebenarnya apa ada rencana didalam pernikahan kita? Apa kamu memiliki tujuan yang sama denganku ?" Arunika menatap wajah Pangeran pertama dan berhadapan dengannya, masih di tempat yang sama Arunika bersila di hadapan Pangeran pertama.

"Dalam Pernikahan kita mengikat janji suci dan ritual yang dilakukan oleh para Vampire itu terhadap kita, kalau kita berperang saling membunuh sekarang mereka tak bisa melakukannya karena ada yang memegang kendali di kerajaan ini."

"Bagaimana kamu tau kalau kamu itu adalah Dewa yang di hukum?" Pangeran Mark tersenyum hangat dan turun dari ranjangnya lalu menuju rak yang berada di sebelah lemarinya dan mengambil salah satu guci yang berisikan air. Pangeran pertama menuangkan air tersebut ke dalam gelas dan memberikannya pada Arunika.

Arunika menerima gelas yang diberikan Pangeran Mark dengan tangan gemetar. Kata-kata sang pangeran terus berputar di kepalanya, berusaha memahami hubungan rumit antara para Dewa, Vampire, dan hukuman yang dijalani suaminya.

Pangeran Mark duduk kembali di tepi ranjang, tatapannya penuh ketenangan dan keyakinan. "Aku tahu karena aku mengingat semuanya, Arunika," ucapnya pelan.

"Hukumanku tidak hanya sekadar turun ke bumi, tapi juga untuk menjalani kehidupan sebagai manusia yang terikat oleh waktu. Meskipun aku terlihat seperti manusia, kekuatan dan takdirku sebagai Dewa tidak pernah benar-benar hilang." jeda pangeran Pertama dan tersenyum hangat.

"Pernikahan kita adalah bagian dari rencana besar untuk menyatukan dua kerajaan, dan untuk menjaga keseimbangan antara Dewa dan Vampire."

Arunika menatap Pangeran Mark, masih mencoba mencerna kata-katanya. "Apakah pernikahan kita juga bagian dari hukumanmu?"

Pangeran Mark menatap Arunika dalam-dalam, lalu tersenyum tipis. "Bukan, pernikahan kita bukan hukuman, tetapi sebuah kesempatan. Kesempatan untuk melindungi dua kerajaan dari ancaman yang lebih besar. Kau dan aku dipilih karena kita adalah kunci dari perjanjian yang dibuat oleh leluhur kita."

Arunika menghela napas dalam-dalam. Ia merasakan beban yang lebih besar dari yang pernah ia bayangkan. "Apa ancaman yang kita hadapi, Pangeran?"

Pangeran Mark menunduk sejenak sebelum menjawab. "Raja Vampire yang ingin mematahkan perjanjian ini dan memulai perang besar. Dia percaya bahwa dunia akan lebih baik jika para Dewa tunduk pada Vampire. Aku di sini untuk mencegah itu terjadi, dan kamu... kamu adalah kekuatan yang bisa mengubah segalanya, Arunika."

Kata-kata Pangeran membuat Arunika merasa semakin bingung, namun juga bersemangat. Ia merasa ada sesuatu yang besar yang menantinya, sesuatu yang bisa mengubah takdir mereka berdua.

"Aku tidak tahu apakah aku cukup kuat untuk menghadapi semua ini," ucap Arunika dengan suara lirih.

Pangeran Mark mengulurkan tangan, menggenggam tangan Arunika dengan lembut. "Kamu lebih kuat dari yang kamu sadari. Bersama-sama, kita bisa menghadapi apa pun, Arunika. Aku percaya padamu."

Malam itu, meskipun mereka berdua tidak sepenuhnya memahami apa yang akan datang, ada satu hal yang pasti: pernikahan mereka adalah awal dari sesuatu yang jauh lebih besar, sesuatu yang bisa menentukan nasib kerajaan mereka dan dunia di luar itu.

"Ibuku yang memberi tahuku, kata ibu Ratu waktu itu aku berada di sungai mengambang di atas bunga teratai besar. Dan tanda lahir di bahuku juga teratai, kau tau ibuku adalah anak dari Manusia dan ibunya adalah seorang Vampire." Arunika mulai perlahan bisa mengerti sekarang asal usul dari Pangeran pertama.

"Pasti kamu heran kenapa aku bisa hidup di tengah Vampire ini ?" tanya Pangeran pertama pada Arunika, yang memandang ke arah gelas yang belum sama sekali ia minum. Gadis itu mengangguk setuju, kenapa ada Dewa yang bisa bertahan hidup di tengah masyarakat vampire dan manusia serigala.

"Arunika minumlah air itu, karena itu adalah sumber kekuatan kita. Itu adalah air suci keabadian. Para Vampire tidak meminum air, tapi mereka meminum darah hewan." Arunika menurut dan meminumnya perlahan, hal yang ia rasakan adalah segar sekali, ia mendapatkan banyak tenaga setelah meminum air itu. Ia merasakan ada kekuatan dalam tubuhnya namun ia belum tau kekuatan apa yang di miliki oleh Tuan Putri Arunika ini.

Setelah meneguk air suci keabadian itu, Arunika merasa ada sesuatu yang berubah dalam dirinya. Tubuhnya menjadi lebih ringan, dan pikirannya lebih jernih. Air itu bukan air biasa, melainkan sumber kekuatan yang memberinya energi luar biasa.

"Aku merasa berbeda... lebih kuat," bisik Arunika sambil memegang gelasnya erat. Ia menatap Pangeran pertama dengan rasa penasaran yang semakin besar.

Pangeran pertama tersenyum lembut, lalu menjawab, "Itu karena air suci keabadian itu bukan hanya sekadar air. Itu adalah simbol dari kehidupan dan kekuatan abadi. Kamu, sebagai istriku, memiliki hak untuk meminumnya. Kekuatanmu akan tumbuh seiring waktu, tapi kita harus berhati-hati."

Arunika mengerutkan kening, merasa ada hal yang belum diungkapkan sepenuhnya oleh Pangeran pertama. "Berhati-hati? Maksudmu... ada risiko?"

"Ya," jawab Pangeran Mark dengan nada serius. "Kekuatan yang berasal dari air suci itu adalah kekuatan yang besar, namun jika tidak dikendalikan, bisa menjadi berbahaya. Kamu adalah keturunan istimewa, Arunika, campuran dari darah Dewa, Vampire, dan manusia. Itu membuatmu unik, tapi juga membuatmu menjadi target bagi banyak pihak yang ingin memanfaatkan kekuatanmu."

Mendengar itu, Arunika merasakan ada kekhawatiran yang muncul. Tapi di sisi lain, ia juga merasa lebih percaya diri. "Apa yang harus aku lakukan dengan kekuatan ini? Bagaimana aku bisa mengendalikannya?"

Pangeran pertama mendekat, menatapnya dalam-dalam, seakan mencoba meyakinkan Arunika bahwa dia tidak sendirian. "Aku akan membantumu, kita akan belajar bersama. Yang penting, kamu harus tetap waspada, terutama di istana ini. Ada banyak yang menginginkan kekuatanmu, terutama adik-adikku."

Arunika terdiam sejenak, merasa semakin jelas bahwa hidupnya di istana ini penuh dengan bahaya yang tidak terduga. Namun, di sisi lain, ia merasakan dukungan dari Pangeran pertama yang selalu berada di sisinya.

"Aku akan belajar," ucap Arunika dengan tegas. "Aku akan melindungi diriku dan kita."

Pangeran pertama tersenyum bangga. "Itulah yang aku harapkan darimu, Arunika. Kita akan menghadapi semua ini bersama, dan apapun yang terjadi, aku akan selalu ada di sisimu."

Malam itu, meskipun gelap dan dipenuhi oleh misteri, Arunika merasakan bahwa ini adalah awal dari perjalanan baru perjalanan di mana dia akan menemukan kekuatannya sendiri, mengungkap rahasia masa lalu, dan melindungi masa depan yang ia dan Pangeran pertama miliki bersama.

"Lanjutkan pangeran," jam berdentang menandakan bahwa hampir tengah malam, hawanya mulai dingin dan kekuatan kekuatan mulai ia rasakan saat ini, entah apa itu kekuatan ini ia merasa harus waspada terhadap sinyal sinyal bahaya ini.

"Maaf tuan Putri, apa kita harus istirahat? Besok pesta pernikahan kita dan pengumuman nama pengantin baru." Pangeran Mark menuntunnya membaringkan tubuh Arunika dengan wajah penasarannya itu.

"Aku tau kau merasakan sinyal kekuatan kekuatan yang mulai datang dari penjuru arah, jadi kita harus menidurkan kekuatan kita Arunika, agar mereka tak bisa mencari kita." Bisik pangeran pertama pada Arunika, sekarang ia mengerti.

Karena pada tengah malam ada yang terjaga belum tentu juga kekuatan baik, bisa saja kekuatan jahat. Jika kita menangkap atau menerima sinyal itu maka akan terjadi bencana yang buruk.

Arunika merasakan hawa dingin yang meresap ke dalam kulitnya, namun kehangatan dari lengan Pangeran pertama yang membaringkannya perlahan menenangkan kegelisahannya.

Ia memahami sekarang bahwa dunia di sekitarnya bukan hanya penuh intrik dan bahaya, tetapi juga kekuatan-kekuatan yang saling bertarung untuk dominasi, baik yang terlihat maupun yang tersembunyi.

"Jadi, kita harus menidurkan kekuatan kita?" tanya Arunika dengan suara berbisik, meskipun kepalanya masih dipenuhi oleh rasa penasaran.

Pangeran Mark mengangguk lembut. "Benar, istriku. Malam ini adalah waktu ketika kekuatan-kekuatan jahat mulai mencari mangsa. Mereka mencium kekuatanmu yang baru, dan jika kau terlalu terbuka, mereka akan datang menghampiri. Kita harus menjaga ketenangan, menutup akses mereka hingga fajar datang."

Mendengar penjelasan itu, Arunika berusaha menenangkan pikirannya. Ia mencoba menutup dirinya dari semua sinyal yang masuk, berusaha mematikan segala kekuatan yang baru muncul dalam dirinya. Namun, rasa ingin tahunya masih membara, dan ia merasa perlu bertanya satu hal lagi.

"Pangeran," Arunika menatap Mark dalam remang cahaya lilin yang redup, "apakah kekuatan ini benar-benar hanya bisa disembunyikan? Apa ada cara untuk mengendalikannya sepenuhnya?"

Pangeran Pertama menghela napas dalam. "Ada. Tapi butuh waktu dan latihan. Kekuatanmu bukan sesuatu yang bisa dikendalikan secara instan. Tapi percayalah, aku akan membimbingmu. Bersama-sama, kita akan melatihnya, dan suatu hari, kau akan menjadi lebih kuat dari siapapun di sekitarmu."

Arunika mengangguk pelan, matanya perlahan mulai terpejam meski pikirannya masih terjaga. Ketenangan mulai menyelimuti ruangan, dan seiring dengan suara jam yang berdentang tengah malam, hawa dingin mulai berangsur-angsur hilang.

Dibalik ketenangan itu, Arunika merasakan bahwa malam ini awal dari sesuatu yang jauh lebih besar. tetapi malam ini ia merasakan kalau sifat 'Sang Putri' yang sangat kuat itu mulai menguasai dirinya. Bahkan pikirannya sendiri juga tidak bisa ia kendalikan.

...****************...

Malam itu, langit begitu tenang, seolah menutupi gelombang yang bergejolak dalam dada Arunika. Di balik senyum manis dan sorot matanya yang lembut, ada sesuatu yang bergerak perlahan namun pasti. Bukan hanya getaran cinta, tapi jiwa dalam dirinya, "Sang Putri", yang telah lama tertidur dan kini mulai terbangun.

Angin malam menyelinap masuk melalui jendela istana, menggetarkan tirai sutra yang melambai seperti bisikan gaib. Mark, sang pangeran, duduk di sisi ranjang, menatap istrinya yang baru saja ia ikrarkan dalam sumpah darah. Namun tatapan Arunika kini berbeda. Matanya bersinar, bukan hanya karena cinta… tapi karena kekuatan yang tak lagi bisa ia sembunyikan.

Arunika melangkah mendekat, langkahnya ringan namun setiap gerakannya terasa seperti bayang cahaya yang hidup.

"Bolehkah aku tahu," bisiknya lirih, "siapa nama aslimu… wahai sang titisan dewa?"

Pangeran Pertama sedikit tersentak. Itu bukan pertanyaan biasa. Nama asli seorang titisan dewa bukanlah sesuatu yang boleh diucapkan sembarangan—nama itu adalah kunci, adalah kekuatan, adalah identitas sejati yang dapat memanggil kekuatan langit dan mengikat jiwa.

Sorot mata Arunika—atau lebih tepatnya, "Sang Putri" dalam dirinya—terlalu dalam untuk dihindari. Suaranya seperti aliran angin kuno. Pangeran Pertama mulai menyadari bahwa pasangannya ada disini.

Tetapi ia tidak boleh goyah, Ia menyadari bahwa Arunika yang ia nikahi beberapa jam lalu bukanlah Sang Putri yang sebenarnya. Karena ada jiwa baru yang lebih bercahaya dalam tubuh istrinya ini.

"Kau telah menyerahkan darahmu padaku tidakkah kau percaya juga untuk menyerahkan namamu?"

Tapi dalam hatinya, ia juga tahu, Arunika bukan hanya manusia biasa. Ia adalah belahan dari kutukan dan keajaiban yang menyatu dalam satu tubuh.

Dengan nafas berat, Mark akhirnya berbisikkan nama sejatinya. Nama yang hanya dikenal para dewa dan langit malam.

"Namaku..." ucapnya lirih, "Mark."

Begitu kata itu terucap, cahaya merah membentuk lingkaran di sekitar mereka. Arunika tersenyum. Tapi itu bukan senyum biasa—itu senyum "Sang Putri".

"Kau memberiku nama maka sebagai gantinya, malam ini, aku berikan padamu malam pertama yang tak akan pernah bisa kau lupakan."

Suasana ruangan mendadak berubah. Udara terasa lebih tebal, lampu redup berkedip seperti tak kuasa menatap dua jiwa kuno yang bersatu. Sementara Arunika atau Sang Putri mengangkat dagu Mark, menatap matanya, dan membawanya ke dalam tarian takdir yang lebih tua dari waktu itu sendiri.

Di malam pertama itu menjadi awal dari terbangunnya kekuatan besar yang selama ini tersegel di dalam diri Sang Putri.

1
Bayu Bayu
aku mampir author/Smile/semangat berkarya/Determined//Determined//Smile/janganlupa mampir juga yahh
Bayu Bayu
semangat kak
🌀Jïñğğä Ñõõř💞
bagus ... semangat ya dek
Lilly
transmigrasi ke novel kh?
j_ryuka: iyaa beb
total 1 replies
The first child
Aku hadir kembali kak..
via☆⁠▽⁠☆人⁠*⁠´⁠∀⁠`。⁠*゚⁠+
lanjut /Scream/
iqiww
keren kak
iqiww
tetap semangat kak
iqiww
sudah mampir kak
iqbal nasution
oke..lanjutkan
ꪻ꛰͜⃟ዛ༉❤️⃟Wᵃf•ʙͨᴜͥɴͨɴͥʏ⍣⃟❍¹⁸➢‮
ini ceritanya transmigrasi ke novel?
j_ryuka: iya bener kak😅
total 1 replies
The first child
lanjut thor, suka banget sama ceritanya
Bulanbintang
Nama tokohnya puitis, Kak.
Ceritanya juga keren, semangat terus ya. 😉
🔵❤️⃟Wᵃf§𝆺𝅥⃝©⧗⃟ᷢʷ₭Ⱡ₳Ɽ₳🍇
semoga arunika bisa menjalani takdirnya
Anyelir
Kak, aku suka gambarnya. Gambarnya bagus 👍
Dimas Saputra
lanjut thor saling suport trus
Nurhani ❤️
Lanjut tour /Kiss//Kiss//Kiss/
Nurhani ❤️
aru dapet pangeran, aku dapet apah /Sob//Sob//Sob//Sob/
Nurhani ❤️
aku mampir tour /Kiss//Kiss/ semangat terus yah, jangn lupa mampir juga yah /NosePick//NosePick//NosePick/
via☆⁠▽⁠☆人⁠*⁠´⁠∀⁠`。⁠*゚⁠+
Jangan lupa berkunjung di karya aku juga yaa/Hey/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!