nre: Fantasi, Aksi, Sekte-Building, Antihero, Overpowered
Sinopsis:
Di benua Elvaria, kehormatan dan kesetiaan adalah dua mata uang paling berharga. Namun, bagi Kael Arvane, seorang jenderal muda yang pernah menyelamatkan kerajaannya dari kehancuran, keduanya hanyalah ilusi yang bisa dibakar oleh kekuasaan.
Dikhianati oleh rajanya sendiri dan difitnah sebagai pengkhianat, Kael diburu, disiksa, lalu dilempar ke lembah kematian yang dikenal sebagai "Jurang Sunyi"—tempat para monster, penjahat, dan kutukan abadi bermuara. Tapi justru di tempat itulah "Sistem Chaos Sovereign" bangkit dari sisa jiwanya yang penuh dendam.
Dengan sistem itu, Kael mampu menciptakan sekte dari nol: Sekte Chaos, sekte tanpa aturan moral, tanpa dogma suci—hanya kekuatan, kebebasan, dan ambisi pribadi. Ia mulai merekrut orang-orang yang dibuang oleh dunia: budak, pembunuh, monster setengah manusia, penyihir terkutuk, bahkan mantan bangsawan pengkhianat.
Dari mereka, ia membentuk Dua Belas Pilar Chaos
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon febri_yeee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4: Dosa Sang Pilar dan Kitab Kekacauan
Langit Lembah Sunyi dipenuhi awan hitam yang berputar seperti pusaran neraka. Gemuruh petir menyambar sesekali, tapi bukan karena cuaca—melainkan karena kekuatan pilar yang telah bangkit. Sekte Chaos berdiri di ambang era baru. Tapi sebelum itu, mereka harus menyelesaikan satu urusan: pengkhianatan Durran, Pilar Kelima.
Kael berdiri di tengah pelataran batu, dikelilingi tujuh Pilar aktif dan puluhan murid. Sebuah meja batu gelap berada di depannya, dan di atasnya terdapat gulungan tua, baru saja diambil dari gua terdalam di Benteng Ravanthar.
Itulah Kitab Kekacauan.
“Kitab ini,” ucap Kael pelan namun tegas, “hanya bisa dibaca oleh mereka yang telah terikat sumpah dengan Chaos. Ia bukan hanya tulisan, tapi jalan. Isi dan aturannya tidak ditentukan pena, tapi jiwa yang pernah terluka.”
Ashvane mendekat, memutar bola darah di tangannya. “Apa isinya? Ramalan? Teknik? Kutukan?”
Kael tersenyum miring. “Lebih dari itu. Ini... adalah fondasi tatanan baru.”
---
Isi Awal Kitab Kekacauan
Saat Kael membuka gulungan, huruf-huruf kuno menyala. Beberapa murid langsung jatuh pingsan hanya karena menatap simbol pertamanya. Pilar yang kuat pun bergidik.
“Hukum Pertama Kekacauan: Tidak ada aturan abadi kecuali kehendak untuk bangkit.”
“Hukum Kedua Kekacauan: Yang lama harus runtuh, agar yang baru tumbuh.”
“Hukum Ketiga Kekacauan: Hanya mereka yang menanggung luka terdalam, yang pantas memegang kendali.”
Setiap hukum terpahat dalam nyala api ilusi, seperti membakar ke dalam pikiran siapa pun yang menyaksikannya.
Kael menutup kitab dan menatap mereka semua. “Mulai hari ini, Sekte Chaos tak hanya menjadi bayangan. Kita adalah filsafat. Kita adalah alternatif dari dunia busuk yang menolak perubahan.”
---
Misi: Memburu Durran
Namun saat semua sedang diliputi semangat baru, mata Kael tertuju ke arah utara.
“Durran...,” gumamnya. “Kau tak akan lolos begitu saja.”
Dia memanggil Lirien, Velka, dan Zeyr untuk menyusun rencana.
“Dia mantan penakluk pegunungan salju. Kemungkinan besar dia menuju tempat lamanya di Benteng Nival,” jelas Lirien. “Tapi dia tidak sendiri. Laporan terakhir menunjukkan ia bersama lima murid... dan seorang penyusup dari Kuil Cahaya.”
Zeyr menggertakkan gigi. “Kuil Cahaya? Mereka mengendus kita secepat ini?”
Kael memejamkan mata. “Biarkan mereka datang. Dunia perlu saksi saat kebenaran lama hancur.”
---
Perjalanan ke Pegunungan Nival
Kael memimpin sendiri tim kecil menuju utara. Perjalanan memakan waktu dua hari melewati hutan beku dan lembah bersalju. Di sana, bekas wilayah Durran telah menjadi benteng salju yang diaktifkan kembali.
Di depan gerbang, mereka disambut oleh suara dari atas menara.
“Kael! Aku tidak ingin melawanmu!” teriak Durran.
“Kalau begitu turunkan senjatamu!” balas Kael.
Tapi yang turun adalah tombak bercahaya—senjata suci dari Kuil Cahaya. Seorang pria berjubah putih muncul, membawa kitab emas di tangannya.
“Aku Imam Aether dari Cahaya Suci. Kael Arvane, atas nama Kerajaan Avarynn dan Dewan Ilahi, aku menuntutmu menyerah.”
Kael mengangkat tangan, menciptakan bola api ungu sebesar kuda.
“Kalau kau ingin aku menyerah... datang dan ambil aku.”
---
Pertempuran: Cahaya vs Kekacauan
Pertempuran pun pecah. Para murid Durran mencoba menghentikan Kael, namun mereka tak sekuat Pilar. Zeyr menerjang dua sekaligus, pedangnya memotong udara beku hingga meledak. Velka menari di antara bayangan, menusuk titik-titik vital tanpa suara. Lirien menciptakan badai ilusi yang membuat para musuh menyerang sesama.
Kael sendiri menghadapi Imam Aether. Cahaya dan kekacauan bertabrakan di langit Pegunungan Nival. Suara benturan sihir mereka mengguncang seluruh pegunungan.
“Kenapa kau memilih jalan ini, Kael?” bentak Aether.
Kael menjawab dingin, “Karena cahaya kalian hanya menyinari mereka yang kalian pilih. Aku memilih jadi malam... yang menyelimuti semuanya.”
Aether terpukul mundur, dan akhirnya Kael memanggil kekuatan penuh: Bentuk Chaos Lv. 1 – Bayangan Mahkota Hitam.
Api ungu membentuk mahkota di atas kepalanya, dan tubuhnya berubah menjadi siluet dengan mata menyala seperti bintang merah.
Dengan satu serangan, Aether jatuh.
---
Konfrontasi Terakhir dengan Durran
Saat semua hening, Kael mendekati Durran yang berlutut.
“Aku tak takut mati,” ucap Durran. “Aku hanya ingin menyelamatkan para murid yang masih percaya pada dunia lama.”
Kael menatapnya lama, lalu berkata,
“Kau tetap saudara. Tapi seorang saudara yang mengangkat senjata harus menerima hukuman yang sama seperti musuh.”
Durran menutup mata.
Tapi saat Kael hendak menyerang, Zeyr menahan lengannya.
“Biarkan aku yang menyelesaikan ini. Antara pilar, hanya pilar yang boleh mengeksekusi pengkhianat.”
Kael mengangguk.
Zeyr berdiri di depan Durran, dan dengan satu tebasan—bersih, tenang, dan penuh kehormatan—ia menyelesaikan urusan.
---
Kembali ke Markas – Pilar Kedelapan
Dalam perjalanan pulang, sistem berbunyi:
[Energi Chaos Meluap – Pemanggilan Pilar Baru Dimungkinkan]
Kecocokan Tertinggi: Murid Tak Bernama No. 49 – Nama Baru: Reina of the Hollow Flame]
Kael memanggil Reina ke tengah pelataran, dan semua mata murid menatap bingung.
“Kenapa dia?” bisik mereka.
Namun saat Reina membuka matanya, api putih meledak dari tubuhnya—api kekacauan yang tak membakar, tapi melumpuhkan logika.
“Dia... adalah Pilar Kedelapan. Api Tak Terduga. Buktinya: Chaos tak peduli siapa kau kemarin, hanya apa yang kau bawa hari ini.”
Kael kembali ke ruangannya, duduk di depan Kitab Kekacauan yang kini menampilkan hukum keempat:
“Hukum Keempat Kekacauan: Pengkhianatan bukanlah dosa, tapi ujian atas ketulusan.”
Ia tersenyum. “Zeyr lulus. Reina lahir. Durran... menjadi batu peringatan.”
Sekte Chaos kini memiliki 8 dari 12 Pilar. Tapi dunia juga mulai bersiap.
“Langit retak. Gereja menyiapkan pedangnya. Kerajaan membakar panjinya. Dan aku… hanya tinggal menyalakan api terakhir.”
---