Tamparan, pukulan, serta hinaan sudah seperti makanan sehari-hari untuk Anita, namun tak sedikitpun ia mengeluh atas perlakuan sang suami.
Dituduh menggugurkan anak sendiri, membuat Arsenio gelap mata terhadap istrinya. Perlahan dia berubah sikap, siksaan demi siksaan Arsen lakukan demi membalas rasa sakit di hatinya.
Anita menerima dengan lapang dada, menganggap penyiksaan itu adalah sebuah bentuk cinta sang suami kepadanya.
Hingga akhirnya Anita mengetahui pengkhianatan Arsenio yang membuatnya memilih diam dan tak lagi mempedulikan sang suami.
Follow Instragramm : @iraurah
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iraurah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lebih Sakit Tanpa Mu
Anita terkapar lesu diatas ranjang, wajahnya pucat dan luka lebam baru muncul di sekitar pelipisnya.
Anita masih syok ketika tadi Arsen hampir satu menit menceburkan kepalanya di dalam air, menarik lalu mencelupkan lagi secara berulang-ulang.
Kini Arsen tengah merokok di area balkon, asyik menyesap olahan tembakau itu tanpa mempedulikan kondisi istrinya.
Anita hanya mampu makan hati tanpa bisa mengungkapkan bagaimana perasaannya saat ini.
Aku bisa saja pergi, tapi rasa cinta ini mengalahkan seluruhnya.
Denganmu sakit, tapi tanpa kamu aku jauh lebih sakit.
Itu lah kiranya yang mengilustrasikan Anita, dibanding kehilangan cinta ia lebih baik kehilangan nyawa.
Bodoh, memang! Tapi Anita percaya kesabarannya pasti akan membuahkan hasil.
Wanita berusia 28 tahun itu mencoba bangkit dari ranjang, sontak ia mendesis ketika pergelangan pundaknya berdenyut, mungkin bagian itu terkilir akibat tarikan Arsen yang begitu kuat.
Tapi sebisa mungkin Anita menahan nyeri tersebut, ia tetap berdiri dan menghampiri sang suami.
"Pih, sudah waktunya makan malam" kata Anita mengingatkan.
Tanpa basa-basi Arsen mematikan rokok dan bergegas keluar meninggalkan wanita yang masih berdiri di ambang pintu, menatapnya sendu.
Anita menyiapkan makan malam kesukaan Arsen, lelaki itu cukup duduk dan menikmati hidangan yang telah disediakan, bagaikan raja yang dilayani oleh permaisurinya.
"Papih, karena hari aku sedang datang bulan jadi Papih bisa tidur duluan" ucap Anita memecahkan keheningan, bahkan setelah kejadian yang hampir membuatnya kehilangan nyawa, Anita masih bersikap lembut kepada Arsen.
"Bilang saja kau mau langsung istirahat, pakai sok-sok an menyuruhku segala" timpal Arsen tak terima.
"Aku masih harus lanjut kerja lagi, Pih. Setelah ini aku akan mengecek laporan, jadi sepertinya aku akan tidur lebih larut"
"Cih, sudah seperti pengusaha besar saja kau! Aku yang seorang CEO saja punya waktu yang teratur"
Anita menghela nafas, dalam hati ia bergumam, semua keperluan Arsen di rumah Anita yang urus, sedangkan dirinya harus membagi waktu antara pekerja dan urusan rumah tangga. Wajar kalau Anita memanfaatkan waktu kosong untuk mengerjakan laporan kerjanya.
"Namanya juga bisnis kecil, Pih. Masih belum stabil"
Arsen tak menanggapi, fokus pada makanan di hadapannya, mengacuhkan pertanyaan-pertanyaan Anita yang lain.
Anita mengejarnya laporan sampai jam sebelas malam diatas sofa kamar, beberapa kali Anita menguap sebab rasa kantuk mulai menyerang, tapi pekerjaannya masih menumpuk dan baru selesai setengahnya.
Anita mencoba memaksakan, tapi kepalanya terasa pening dan berputar, ia tak bisa melanjutkan gadang malam.
Sambil menutup laptop, Anita berjalan ke arah ranjang. Naik ke tempat itu, dilihat Arsen sudah tidur dengan nyenyak.
Anita merapat, memandang wajah suami tercinta dari jarak dekat. Jika seperti ini, Arsen tampak tidak menakutkan, persis seperti Arsen yang dulu Anita kenal. Tenang dan damai...
Anita mencium kening sang suami cukup lama, penuh kasih sayang serta cinta yang masih sama dan tak pernah berkurang.
"Selamat malam, Pih. Aku mencintaimu..."
Anita ikut berbaring, menarik selimut sampai diatas perut. Anita berdoa supaya besok ia bisa menjalani hari dengan mudah, semoga perlahan-lahan sikap suaminya juga kembali seperti sedia kala.
Dan menit kemudian Anita pun memejamkan mata sampai pagi menjelang.
***
Di perusahaan Arsen kedatangan ibunya yang datang tiba-tiba tanpa mengabari, seperti biasa pasti ada kabar yang akan di sampaikan, tak lupa ujungnya Arsen pasti akan di ceramahi.
Hal itu yang membuat ia mendengus saat ibunya masuk, Arsen tidak menyambut bahkan ia tetap sibuk dengan alat elektronik yang sedang dia utak-atik.
Miranda, wanita tua yang masih cantik di umurnya yang sudah tak muda lagi. Dia datang seorang diri, langsung masuk dan menjatuhkan tubuh di sofa panjang di ruangan putranya.
"Besok ada acara syukuran, Ananda melahirkan putra ketiga. Kamu dan Anita harus datang ke rumah nenek" ujar Miranda to the point.
"Aku sibuk, biar Anita saja yang datang" imbuh Arsen seadanya.
Miranda memutar bola mata malas, tentu ia tau itu hanya lah alasan klasik yang di buat oleh Arsen.
"Ck, kasihan Anita kalau dia datang tanpa kamu. Saudara-saudara mu pasti akan membicarakan dia, kamu harus melindunginya" Miranda menasihati, disaat orang-orang membenci Anita, dia justru tetap berbaik hati terhadap menantunya. Tak tega walaupun Miranda juga masih bimbang dengan perkara kematian janin yang Anita kandung saat itu.
"Mama terlalu lebay" kata Arsen mengatai.
"Ayo lah, Sen. Kamu sudah dewasa sudah seharusnya kamu juga berpikir lebih dewasa sedikit, mana jiwa kepala keluarga mu?"
"Mama ini bicara apa sih? Kenapa jadi bercabang seperti ini pembicaraan nya?" Arsen frustasi, meski ia paham apa maksud dari sang ibu, namun Arsen terlalu malas untuk mengungkitnya.
"Intinya kamu harus datang ke rumah nenek mengikuti prosesi syukuran anak Ananda! Temani Anita, dia butuh kamu disana" Miranda penuh penekanan.
"Kita lihat saja nanti" Arsen memilih kabur dari obrolan.
Miranda menghela nafas berat, bagaimana lagi ia harus menasihati putranya? Sebagai seorang wanita Miranda punya firasat kuat terhadap masalah yang dihadapi Anita, tak mungkin Anita tega menggugurkan bayinya sendiri, apalagi anak pertama dan sudah menikah, ekonomi pun tidak usah ditanya. Tapi ia sendiri tidak bisa mendapatkan bukti untuk meluruskan masalah tersebut.
"Mama harap kamu bisa menjadi kepala rumah tangga yang bijak, jangan menerima apa yang ada di depan matamu dengan mudahnya, Anita wanita yang mencintai kamu dan kalian saling mencintai. Mana mungkin dia berpikir untuk menggugurkan bayi kalian" Tak bisa ditahan, Miranda meluapkan apa yang ada di ujung lidahnya. Siapa yang mau rumah tangga anaknya hancur? Sebagai seorang ibu Miranda sebisa mungkin andil dalam mempertahankan keluarga kecil Arsenio.
Arsen tercenung kembali, sudah satu tahun lamanya. Mungkin jika janin itu tidak mati pasti anaknya sudah lahir ke dunia. Sebenarnya siapa pelakunya? Tapi rekaman CCTV yang dia terima melalui sebuah video WhatsApp menunjukkan jika Anita memasuki serbuk ke dalam minumannya sendiri, dan setelahnya Anita jatuh dengan darah yang berlumuran.
Mengingat itu Arsen mengepalkan tangan, dendam kesumat yang muncul di jiwanya membuat Arsen melampiaskan kepada sang istri.
Selagi ia tak mendapat bukti, Arsen anggap Anita memang sengaja membunuh janinnya sendiri, darah daging Arsen melalui penyatuan mereka yang penuh cinta.
Tapi semua hancur, begitu mereka kehilangan makhluk kecil yang dinanti, tak akan pernah kembali, dan hanya menyisakan pilu di hati.
"Ingat Arsen, besok pergi bersama Anita. Jangan buat orang-orang semakin membencinya, mereka membenci Anita karena mereka melihat bagaimana kamu menyikapinya!" Ujar Miranda, sebelum akhirnya ia pergi dari ruangan Arsenio.
tinggal Takdir yg menentukan..
dan bagaimana respon dr yg menjalani setiap takdir nya tsb 👍
jagain dari jauh, doain yang terbaik buat Anita...
maaf y thor gak salah judul y
🤭