Dia adalah gadis yang selalu tenggelam dalam gemuruh pemikirannya sendiri, di penuhi kecemasan, dan terombang-ambing dalam sebuah fantasinya sendiri.
Sehingga suatu teriknya hari itu, dari sebuah kesalahpahaman kecil itu, sesosok itu seakan dengan berani menyatakan jika dirinya adalah sebuah matahari untuk dirinya.
Walaupun itu menggiurkan bagi dirinya yang terus berada dalam bayang, tapi semua terasa begitu cepat, dan sangat cepat.
Sampai dia begitu enggan untuk keluar dari bayangan dirinya sendiri menerima matahari miliknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irma syafitri Gultom, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sebuah Pengajuan Yang Menenggelamkan Namun Terasa Berbahaya.
.
.
Saat pintu itu terbuka, menampilkan ruangan lainnya yang begitu kontras dari suasana lantai bernuansa putih ini.
Semua di dalam ruangan ini, di penuhi dengan warna cokelat dan aroma kayu.
Dan...
Sosok pria dewasa yang begitu jelas memiliki tinggi yang lebih dari Tobito, berdiri tegap menghadap dinding kaca dari balik meja kayu besar disana. Berpakaian kemeja putih yang melekat sempurna pada tubuh sempurna pria itu, dan rambu cokelat gelap yang lurus dan cukup panjang.
Ah....
Bukan jadi dia pria bernama Flauza itu adalah seorang pria dewasa.
Lebih menawan dibandingkan Tobito, dan ya...
Jauh lebih besar juga.
Eh... apa yang sedang kamu pikirkan!
“Welcome... Miss Revander Syahril...” sambut pria itu dengan suara berat yang sama persis saat mereka melakukan panggilan telepon kemarin sore. “I hope everything is fine...” dan nada rama-tama itu.
Sial!
Dia lupa jika pria yang akan dia temui adalah orang asing yang membuatnya harus berbicara menggunakan bahasa asing pula.
Tenanglah-tenanglah....
Ini seperti kamu berbicara dengan bahasa keduamu, kamu telah mengetahuinya selama lebih dari lima belas tahu.
Semua akan baik-baik saja....
Semua akan baik-baik saja....
Kamu hanya perlu berbicara dengan pelan dan tegas.
“ya... everything is fine, thanks for your effort, and let me some ride through here...” balas Revander dengan perlahan. Sebisa mungkin menutupi kegugupan dan debaran jantung yang luar biasa tidak terkendalikan saat ini.
Apa yang sebenarnya aku lakukan di sini?!
Perlahan pria itu membalikkan badannya.
Memperlihatkan wajah tampan yang dewasa, dengan garis wajah yang terbentuk sempurna dan juga terlihat sangat mulus.
Flauza tersenyum lebar kepadanya.
Dan itu berhasil membuat tubuh sang gadis menjadi lebih kaku.
Ya Tuhan!
Tolonglah Hambamu ini...!
“Please, take a sit, make yourself comfortable while you're here” lanjut pria itu kini berjalan mendekat ke arah dia sembari menunjukkan sofa mewah berkain kecokelatan itu.
“ah...., Thank you Mister Flauza..." balas Revander setenang mungkin.
Dan Pria itu juga mendudukkan dirinya pada single sofa itu. “So...” Flauza kembali membuka pembicaraan di antara mereka. “What did you think of all the things you had seen, before you were here, Miss Revander? Is this place enough to impress you?”
Apakah ini?
Sebuah basa-basi?
Apa yang harus dia katakan!
“Very beautiful place...” jawab Revander seadanya.
Hey! Cobalah untuk tidak terlihat seperti seorang yang menyebalkan!
Berbicaralah! Berbicaralah yang benar!
Tapi apa yang harus dia bicarakan!
Dia bukan seorang yang bisa berbicara panjang lebar kepada orang yang tidak dia kenal.
Dan itu di tambah orang yang tidak di kenal adalah seorang laki-laki, orang luar negeri!
“I mean, over the years I've passed this building a few times.... But it never occurred to me to see the atmosphere inside one of the tallest buildings in the region...” lanjut sang gadis berusaha membuat percakapan mereka sedikit lebih mudah. “With seeing those people dressed neatly and formally, doing fast-paced, professional work but with the greats results.... it's one of those amazing skills"
Flauza hanya menganggukkan kepalanya sembari tersenyum puas mendengar perkataan sang gadis itu.
“Your English skills are impressive..." puji pria itu secara tiba-tiba saja. Dan itu berhasil membuat sang gadis itu mengedipkan matanya beberapa kali di karena kan rasa terkejut yang luar biasa.
“Emm... Thank you?” Flauza tertawa melihat reaksi sang gadis.
“You look so tense and scared Miss Revander, I am so sorry about that. Is it possible that you still have an assumption if, I still have bad intentions towards you?”
“Is there something wrong with that?” tanya Revander pelan. “I'm just trying to be careful with all the actions I'm going to take..."
“And why did you decide to take the risk of contacting me, if you are always careful with your actions? Or are you so interested in something so shiny that you finally decide to get out of the circle that makes you?" ucap Flauza masih tetap dengan senyuman yang tak berubah pada wajah tampannya itu, walaupun pria itu menggunakan nada yang ‘terkesan rama-tama’ dia bisa merasakan jelas, sebuah maksud lain dari setiap kata demi kata yang di lontarkan pria itu kepadanya.
Dan sialnya dia benar…
Apa alasan sebenar dengan nekat dirinya menghubungi seorang pria asing, yang hanya dia temui tidak lebih dari beberapa menit, pada siang hari?
Sang gadis hanya memiringkan kepalanya sejenak dengan mata hitam miliknya kini bertemu langsung dengan mata cokelat madu milik pria dewasa yang duduk tidak jauh darinya.
Apa alasannya...?
Mungkin....
Mungkin saja efek dirinya yang berada di tengah tekanan dari argumen-argumen yang dia dapatkan dari kedua orang tuanya.
Mungkin saja efek kelelahan dirinya yang selama dua hari tidak bisa tidur dengan nyenyak....
Mungkin.... mungkin, itu karena dia merasakan ada sebuah harapan kecil pada nomor-nomor yang tertera pada kartu kecil itu.
“Just curiosity.” Pada akhirnya Revander hanya menjawab seadanya, pertanyaan sang pria itu.
“Just curiosity...” ulang Flauza, sedikit tidak percaya dengan apa yang menjadi jawaban sang gadis itu.
Dia mengangkat bahunya sejenak, “To be honest get something shiny things from people like you is pretty tempting, and I'm not going to be a hypocrite about it. but apart from that, maybe I'm just curious, with what Mr. Tobito said the other day..”
Dan lagi dirinya terkagum sendiri dengan kemampuan berbicaranya dalam bahasa asing yang begitu lancar, bahkan di saat dirinya sendiri yakin dia adalah seorang yang selalu sulit berbicara kepada orang lain.
Tapi kenapa saat berbicara dengan laki-laki di hadapannya itu, semuanya seperti...
Seperti....
Seperti ini adalah hal yang bisa dengan muda kamu lakukan.
Pria itu kembali tertawa saat mendengar ucapanku lagi.
“You very funny Miss Revander...”
Apa itu terdengar seperti sebuah hal yang lucu?
Entahlah.....
Lagi pula pemikiran orang-orang kaya sungguh sangat tidak bisa di prediksi untuk orang awam seperti dirinya.
“Or just dumb...” sahut dia lagi tanpa pikir panjang.
Dan Flauza hanya tersenyum mendengarkan hal itu.
“You see, Miss Revander.... We can have a better relationship than you think...” kali ini pria itu benar-benar tampak seperti seorang pebisnis yang berusaha melakukan negosiasi kepada seseorang.
Dia menaikkan salah satu alisnya, menatap pria itu bingung dengan arah pembicaraan mereka sekarang ini.
Dengan senyuman yang kini lebih terlihat seringai pada wajah tampannya, Flauza sedikit mencondongkan wajahnya dengan mata cokelat indah itu lebih berfokus kepada dirinya.
“I know you won't take anything for free, so I'm going to offer you something that will catch your attention..” gumam suara berat pria itu. “I want you to be the person who taught me about Indonesia.”
Huh...?
Mendengar hal itu entah kenapa berhasil membuat degupan jantungku menjadi cepat, serta nafasku menjadi tidak beraturan.
Sial...!
Sial....!
Kenapa harus sekarang!
Tenanglah-tenanglah-tenanglah.
Cukup lama dia tak memberikan jawaban kepada pria itu, dengan berusaha sebisa mungkin menangkan rasa panik yang tiba-tiba saja menyerang di tengah pembicaraan mereka. “you mean like being a private teacher ?....—" pria itu menggelengkan kepalanya pelan.
Lalu?
“hmmm.... To be honest, Miss Revander, my initial plan was to make you 'mine' and everything would feel easier. But where is the feeling of 'Fun' if I go straight to the end of the game? So I decided to give you a little offer like this..." tanpa gadis itu sadari, salah satu tangan kekar milik pria bermata cokelat itu sudah terjulur menyentuh salah satu sisi pipi miliknya dengan lembut dan penuh kehati-hatian yang luar biasa.
Huh?
“I want you to teach me about Indonesia..... not just about language, culture, formality, and normality, but everything...." terangnya lagi.
Sang gadis sedikit bergerak dari posisi duduknya, masih berusaha untuk menenangkan perasaannya yang tidak nyaman akan pernyataan pria itu. “Couldn't you find a person who... more professional to do things like this? I...-“
Bagaimana ini....
Aku harus lari!
Aku harus lari dari sini....!
Apa yang harus dia katakan selanjutnya.
Bagaimana dia harus menghindari hal seperti ini....
Dan kamu kembali berusaha berlari lagi?
Mau sampai kapan kamu melakukan hal ini....
Tapi apa kamu tidak mendengarkan apa yang telah dia katakan itu!
“I don't need a 'professional' person to do something like this...” kali ini, seringai pada wajah tampan pria itu telah berubah. Bahkan pandangan mata cokelat miliknya itu juga terlihat lebih melembut, menatap kepada sang gadis. “I just need your help...” Suara berat pria itu terdengar lebih lembut dibandingkan beberapa waktu yang lalu.
Apa yang sebenarnya terjadi?
“Will you help me Miss Revander? I guarantee I won't ask you to do this for free, but you will be paid satisfactorily...” tawarnya dengan suara yang semakin melembut di tunjukan kepada gadis di hadapannya itu
Jadi ini yang dimaksud dia -shiny things-
“Are you sure about it Mister? I'm not the sharpest tool in the shed... You may regret it later in life...” kali ini suara sang gadis hanya sebatas berbisik kepada pria di hadapannya itu.
.
.
.
“I will never regret it...” jawab pria itu dengan suara yang seperti menjanjikan sesuatu kepada dirinya.
.
.
.