Seorang mafia yang kejam dan dingin menemukan dua bayi kembar yang cantik di dalam dus yang di letakkan di tempat sampah. Mafia itu merasa iba dan merawat mereka. Kadang dia kesal, lelah dan ingin rasanya melempar mereka ke belahan dunia lain. Itu karena mereka tumbuh menjadi anak yang jail, aktif dan cerewet, selalu menganggu kesenangan dan pekerjaannya. Namun, dia sudah sangat sayang pada mereka. Mereka juga meminta mami sampai nekat kabur karena tidak diberikan mami. Dalam perjalanan kaburnya, ada seorang wanita menolong mereka.
Wanita yang cantik dan cocok untuk menjadi mami mereka. Bagaimana usaha mereka untuk menjadikan wanita itu mami?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dakilerr12, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab.17
Anita membuka matanya, hal pertama yang dilihatnya adalah ruangan yang luas, kotor, kosong tidak banyak barang, tidak ada cahaya matahari hanya lampu sebagai penerang. Dia baru menyadari sesuatu. Matanya membelalak, dia melihat si kembar terikat di atas kursi.
"Dhara, Dhira!" panggilnya. Anita ingin berlari menghampiri mereka, tetapi tangannya seperti ada yang menahan. Anita melihat ke atas, tangannya terikat.
"hmp... hmp." Mulut si kembar tersumpal, mereka menggelengkan kepala, Mereka berusaha melepaskan tangannya.
"Kalian tenang ya, Papi kalian pasti akan datang." Anita mencoba membuat si kembar tidak takut. Walau sebenarnya dia juga takut.
Twins justru ingin mengatakan pada Anita agar tenang dan jangan berisik, tetapi rupanya Kak Anita memang tidak mengerti kodenya.
"Kalian tidak usah takut, ada Kak Nita di sini!" Si kembar memutar bola matanya. Mereka saling menatap lalu menggeleng. Mereka kembali berkonsentrasi melepaskan tangan mereka yang terikat.
Sedangkan Nita, dia sedang loncat-loncat berusaha menggigit tali, lalu menarik-narik tangannya agar tali terlepas. Sungguh, hal yang konyol dan sia-sia menurut si kembar.
"Kalian tenang, Kakak akan membebaskan kalian. Sabarlah, sebentar lagi ikatan ini akan terlepas." Anita menarik-menarik tangannya membelakangi Dhara dan Dhira.
"Iya, biar aku bantu Kak." Dhara naik bangku dan melepaskan ikatan Nita.
"Terima kasih, sekarang biar Kakak lepaskan ikatan kalian ... eh!" Anita baru menyadari sesuatu. Dia mengamati si kembar dari atas ke bawah, lalu melihat tempat mereka tadi terikat. Dia juga melihat bangku yang ada di sampingnya.
"Kalian sudah bebas, syukurlah." Anita memeluk mereka.
"Kak Nita, meskipun kita bebas, kita harus berpura-pura masih terikat. Nanti kita akan kabur pada waktu yang tepat. Kak Nita mengerti?"
"Iya, Kakak mengerti."
"Bagus, sekarang coba sini cepat!" Tangan Anita diangkat ke atas, lalu di ikat kembali tetapi tidak kencang.
"sekarang, coba lepaskan ikatan itu!"
"Bisa."
"Sekarang, Kak Nita ikat tangan kami, tetapi jangan terlalu kencang."
Anita menuruti si kembar. Setelah ikatan si kembar terpasang. Anita kembali ke tempatnya tadi dan memasukkan tangannya kembali pada tali yang telah terikat.
Pada saat bersamaan, pintu ruangan itu terbuka. Masuklah, empat orang pria yang memiliki badan berotot dan bertato. Mereka semua berwajah garang.
"Kalian sudah sadar rupanya."
"Siapa kalian?" tanya Anita.
"Kamu tidak perlu tahu, cantik."ucapnya lalu menghampiri Anita.
"Sayang Bos belum mengizinkan kami menyentuhmu. Jika iya habis kau olehku!"
lanjutnya sambil membelai wajah Anita. Si kembar menatapnya tajam.
"Lihat saja nanti, jika sudah bebas akan ku buat perhitungan denganmu! Dasar gondrong!" batin Dhira. Pria itu memang berambut gondrong.
"Lihat dia Bang, dia menatapmu tajam!" ucap salah satu penjahat pada pria berambut gondrong.
"Apa kau lihat-lihat! Mau aku pukul kau?" tanyanya dengan garang pada si kembar.
Tak lama masuklah seorang wanita yang berpenampilan sangat sexy dan cantik. "Jasmin?" Anita tentu saja terkejut, dia tidak pernah menduga kalau Jasmin adalah orang yang ada di balik penculikan ini.
"Hai, Anita si pelayan restoran, kita ketemu lagi. Apa kabar? Semoga baik, ya," ucapnya sambil terkekeh.
"Hmp... hmp ...."
"Oh, hai juga twins. Bagaimana kalian suka kejutan dariku?" tanyanya lalu tersenyum miring.
"Hmp... hmp ...."
"Aku lupa, buka sumpelan mulutnya. Saya mau dengar kata-kata manis mereka!" Perintah Jasmin.
"Ternyata kau memang jahat. Untunglah Papi tidak menyukaimu," sarkas Dhara.
"Selain bodoh, hatimu juga busuk!" Dhira melontarkan kata-kata tajamnya.
"Kalian sudah terancam dan tidak berdaya, masih saja kasar!" geram Jasmin.
"Kami bukan pengecut sepertimu, beraninya melawan musuh yang tidak berdaya." Dhira membalas ucapan Jasmin.
"Lebih baik mulut kalian tersumpal!" Jasmin memberi kode pada anak buahnya untuk menyumpal kembali mulut si kembar.
"Dengar bail-baik! Sebentar lagi kalian akan melihat bagaimana Alkan tidak berdaya. Dia akan menuruti kemauanku. Kita lihat siapa yang akan dia pilih di antara kalian untuk mati!"
***
"Iya Mah, Pah. Nanti akan Alkan kabari lagi. Doakan Alkan." Alkana lalu menutup telepon dari Orang tuanya.
"Jadi di sini tempatnya?" tanya Alkan pada Anton.
"Iya, Tuan."
"Kamu sudah telepon ambulance, buat jaga -jaga tetapi mereka jangan pakai sirine dan harus senyap."
"Sudah sesuai instruksi."
"Kalau bisa, mereka jangan sampai terluka!"
"Siap!"
"Ayo, kita masuk dan bantai mereka."
Alkana dan anak buahnya masuk dengan mengendap, ke dalam bangunan yang seperti bekas pabrik yang sudah lama ditinggalkan.
Mereka waspada melihat ke sekelliling.
"Di mana mereka?" tanya Alkana dengan berbisik.
"Sebentar Tuan," jawab Anton pelan.
"Sebelah sini, Tuan." Anton melihat GPS yang ada di anting Dhara.
***
Gubrak
Pintu itu terjatuh didobrak oleh anak buah Alkan.
"Kalian datang juga! Kenapa lama sekali?" tanya Jasmin lalu terkekeh.
"Jasmin, jika mereka terluka sedikit saja, aku habisi kau!" ancam Alkana pada Jasmin.
"Kau berani mengancamku, sayang? Tidak lihat sekarang siapa yang memegang kendali." Jasmin tersenyum sombong. Anak buahnya sedang menodongkan senjata api pada Dhara dan Dhira.
"Apa maumu?" tanya Alkan
"Simple, kamu! Aku mau kamu menikah denganku, atau mereka mati!" Jasmin mengancam balik.
"Wanita dengan pikiran pendeknya, kau pikir dengan begini aku mau menikahimu?" Alkana lalu tersenyum miring.
"Oh, ya! Apa aku harus bunuh satu diantara mereka? Baiklah, kita lihat!" Jaamin memberi kode pada anak buahnya untuk menembak Dhira.
Dor
Suara letusan senjata api mengejutkan Anita sehingga dia reflek berteriak. "Dhara, Dhira!" Anita memanggil nama mereka. Anita berada di balik tirai.
"Lain kali, peluru ini akan bersarang di kepalamu!" Anton menembakkan pistolnya dan mengenai tangan orang yang akan menembak Dhara. Sehingga pistolnya terlepas, dan tangan pria itu terluka.
"Mereka pasti sangat berharga buatmu. Lalu bagaimana dengan ini?" tanya Jasmin. Tirai pun terbuka dan nampaklah Anita yang sedang terikat tangannya. Di mana tangannya digantung ke atas.
Ada seorang pria yang sedang menodongkan senjata api di pelipis Anita.
"Anita?"
"Silahkan pilih Alkan. Orang yang kau pilih akan selamat, dan yang tidak kau pilih akan mati."
"Saya tidak mau mengikuti permainanmu!"
"Kalau begitu meeka semua akan mati!"
"Kau gila!"
"Ya, itu karena kau menolakku."
"Untung saja aku menolakmu. Keputusanku sudah benar."
Jasmin memberi kode pada anak buahnya untuk menembak Dhira.
Suara letusan senjata api terdengar. Namun, bukan dari senjata anak buah Jasmin, melainkan dari senjata Anton yang menembak anak buah Jasmin. Dhara dan Dhira tersenyum tidak terlihat rasa takut dari wajah mereka.
"Lihat kan Tante, Papi akan menghabisimu," ucap Dhara.
"Tidak! Kalian yang akan mati. Aku sudah memasang bom di tempat ini." Jasmin menekan sebuah pemicu bom yang ada di tangannya kirinya, sedangkan tangan kanannya memegang pistol.
Dor...
"Dhira!"
"Anita!"
"Kak Nita!"
Jasmin menembakkan pistolnya ke arah Dhira, Anita yang melihatnya reflek memanggil Dhira dan berlari ke arah Dhira dia menjadi tameng hidup untuk Dhira. Si kembar dan Alkana yang melihatnya teriak memanggil Nita begitu melihat Anita tertembak.
Jasmin yang melihatnya tersenyum lebar, tidak masalah baginya salah sasaran, mau siapa saja yang mati sama saja. Mereka adalah orang yang berarti buat Alkana. Jasmin lalu keluar di saat mereka semua panik dan tidak memperhatikannya.
Jasmin keluar lewat pintu rahasia yang berada di bangunan bekas pabrik itu. Dia sudah berada di luar bangunan, Jasmin menyeringai. Dia melihat jam yang menghiasi tangannya, lima menit lagi waktu yang mereka butuhkan untuk bisa keluar dari bangunan itu atau mereka mati.
Jasmin berjalan ke mobil, dia pergi meninggalkan kepanikan di dalam bangunan. Anton menmbaki anak buah Jasmin. Alkana segera menghampiri Anita yang terbaring tak berdaya di lantai. "Anita mengapa kamu melakukan ini? Bertahanlah, bertahanlah untukku dan anak-anak." Alkana mengangkat Anita dengan menggendongnya ala bridal style.
"Kak Nita, mengapa Kakak mengorbankan nyawa Kakak! Papi cepat bawa Kak Nita ke rumah sakit!" Dhira berteriak pada Papinya yang sedang menggendong Anita.
"Cepat Tuan, ada bom di tempat ini!" Anton mengingatkan.
"Twins kalian keluar lebih dulu, lari cepat!" perintah Alkana, dia pun berusaha berlari sambil menggendong Anita.
"Anton! Bawa mereka keluar, ini perintah, cepat!" Alkana menyuruh Anton, karena si kembar tidak mau berlari.
"Baik Tuan." Anton segera menarik tangan si kembar dan berlari. Otomatis Dhara dan Dhira mengikuti karena tangan mereka ditarik. Dhara dan Dhira berlari sambil melihat ke belakang.
"Papi cepat!" teriak mereka.
Sampailah mereka di luar bangunan, tapi Anton masih terus berlari menuju tempat yang aman dari ledakan. Mereka berlari ke mobil. Ambulance diperintahkan untuk standby.
Bom...
Suara ledakan terdengar, tetapi Alkana belum terlihat keluar dari bangunan. Jasmin yang mendengar suara ledakan dari jauh, lalu melihat ke arah spion mobil. Terlihat api berkobar menerangi malam dari bangunan itu. Dia tersenyum senang.
"Selamat tinggal, hahahaha...." Jasmin sangat bahagia.
Sementara itu di luar bangunan pabrik, Dhara dan Dhira sedang histeris karena Papi mereka dan Kak Nita belum keluar. "Papi!" teriak meraka, memanggil Alkana.
Mereka hendak berlari ke arah bangunan tetapi Anton menahannya. Kini mereka berdua adalah tanggung jawabnya. Anton masih berharap Alkana dapat keluar dari tempat itu.
Bom...
Ledakan kedua terjadi di bangunan belakang, si kembar semakin histeris. "Papi!" Mereka terus berteriak memanggil Papi mereka.
Api semakin membesar, Alkana dan Anita juga empat orang anak buah Alkana masih di dalam.
"Papi! Itu Papi!" Dhara berteriak senang saat melihat Alkana keluar dari kobaran api dengan berlari sambil menggendong Anita, bersama empat orang anak buahnya yang lain.
Anton segera berlari menghampiri Alkana bersama paramedis yang berlari mengikuti sambil membawa tandu. Anton segera mengambil alih Anita dan berlari ke mobil ambulance. Sedangkan paramedis yang lain menolong Alkana yang jatuh terduduk. Mereka lalu menggotong Alkana ke atas tandu dan berlari menuju ambulance.
Anita sudah di tangani, dia dilarikan lebih dahulu ke rumah sakit. Alkana, menyusul dengan mobil ambulance yang lain bersama si kembar yang ingin ikut ke dalam ambulance. Anton menelepon Arsen dan menyuruhnya ke rumah sakit. Anton akan menyusul setelah dia mengurus teman-temannya yang terluka.
.
.
.
jgan2 Dominic kaka na anita yg tetpisah
kayanya anita bakal menimbulkan trauma