Di Antara Cahaya Yang Luruh
.
.
Mata hitam sang gadis itu terus menelusuri kata demi kata yang terpampang pada ‘smartphone’ miliknya. Membaca dengan teliti setiap lowongan kerja yang tertera pada sebuah aplikasi pencari kerja yang selama ini dia gunakan sebagai harapannya semunya.
Walaupun itu hanya berujung kosong.
Walaupun itu hanya tidak menghasilkan sama sekali.
Tapi....
Entah kenapa dia masih berharap jika, ada sebuah titik keajaiban yang terjadi di sana.
Setelah beberapa menit berlalu, pada akhirnya gadis itu menyerah. Meletakkan ‘smartphone’ tua itu kepada meja kayu yang ada di depannya itu sembari menyenderkan tubuh pada kursi yang berdecit kuta menahan tubuhnya, sembari menghela nafas panjang.
Ingin rasanya menyerah untuk melakukan apa pun hal yang tengah dia lakukan saat ini.
Ingin pula dia berteriak lepaskan apa pun yang ada di dalam hati dan pikirannya untuk saat ini.
Namun dia tahu betul....
Jika, dia melakukan itu.
Orang-orang di sekitarnya hanya akan semakin menyalakan dirinya, membentaknya, ataupun menyakitinya tanpa mau tahu.
“apa lagi yang harus aku lakukan...” bisik gadis itu dengan perkataan yang selalu saja sama setiap kalinya. Kini pandangannya pun hanya menatap lurus kepada dinding bercat biru pada kamarnya.
Beberapa menit lainnya dia hanya termenung di sana tidak melakukan apa pun, tidak tahu harus melakukan apa pun.
Menit demi menit berlalu, keheningan di siang hari itu terus memenuhi ruangan pribadi miliknya itu, sampai pada akhirnya rasa lapar berhasil menghantamnya cukup kuat untuk kali ini.
Sudah berapa lama dia melamun?
Entahlah sudah berapa lama dia tenggelam pada perasaan tidak menentu dalam memikirkan kehidupannya itu.
Gadis itu bangkit dari duduknya berjalan ke arah pintu kayu kamar miliknya itu, dan berusaha sepelan mungkin untuk membuka pintu. Seakan takut jika suara yang dirinya hasilkan lebih kuat dari pada seharusnya akan mengakibatkan kesalahan fatal untuk dirinya.
Sedikit mengintip kepada ruangan selanjutnya, memastikan tidak ada orang lain yang akan melihat yang akan dia lakukan saat ini.
Setelah merasa aman dengan situasi hening di ruangan utama itu, gadis itu segera mungkin melangkah menuju tujuan utamanya yaitu dapur. Berniat untuk mendapatkan sedikit makanan yang dapat menghilangkan rasa laparnya ini.
Saat berhasil mencapai tujuannya, gadis itu sesegera mungkin mengambil apapun yang tersedia di sana.
Namun sayang, walaupun gerakannya telah secepat mungkin dirinya tetaplah seorang yang gagal.
Bahkan dalam melakukan hal sekecil ini saja dia tetaplah seorang yang gagal.
“baru mau makan?” tanya seorang wanita yang baru saja melangkah masuk ke dapur itu.
Dengan tubuh yang sedikit terkejut akan suara wanita paru baya itu, sang gadis dengan cepat menatap ke sumber suara tersebut. Mendapati sang ibu, dengan ekspresi tak terbaca yang sudah tak asing baginya lagi itu mendekat ke arahnya.
“ya...” balas sang gadis itu sedikit kaku. Segera kembali melakukan segala aktivitasnya lagi, berusaha secepat mungkin pergi sebelum percakapan mereka menjadi ke arah yang tidak dia sukai.
“bagaimana dengan hari ini?” tanya wanita itu lagi. “apa sudah ada panggilan pekerjaan lainnya?”
Sejenak gadis itu kembali berhenti.
“belum ada...”
Wanita yang kini berdiri di sampingnya menghela nafas panjang, tidak ragu menutup rasa kecewa yang tidak tertutupi sama sekali. “mau sampai kapan kamu terus begini?” gumam sang ibu lagi.
Walaupun dengan nada yang -terdengar lembut- tapi dia dapat mendengar jelas pula jika wanita itu sedang kesal kepadanya.
Ingin sekali dirinya menjawab, jika dia sudah berusaha semaksimal mungkin.
jika memang nyatanya keadaan yang tengah di hadapinya bukanlah kesalahannya.
Tapi....
Apa mungkin mereka akan mendengarkan semua perkataannya?
Dan dia tahu benar jawaban untuk pertanyaan yang bergema dalam kepalanya itu adalah ‘Tidak’
Diam adalah jalan yang terbaik selama hidupnya ini.
“kan sudah ibu bilang, pergilah keluar sana untuk mencari pekerjaan. jika kamu terus berada di dalam rumah bagaimana kamu bisa mendapatkannya!” kali ini suara sang ibu terdengar lebih tinggi lagi.
Dan itu berhasil membuat sedikit banyak dirinya menjadi panik, walaupun dia yakin mimik wajahnya sendiri tidak banyak berubah.
Gerakannya menjadi sedikit lebih cepat, mengangkat piring miliknya itu, segera mungkir keluar dari ruangan dapur kembali kepada tempat yang teraman untuknya.
Saat dirinya sampai kembali pada ruangan pribadinya bernuansa biru tua itu, gadis itu segera meletakkan makan siangnya pada meja belajarnya dan kembali memeriksa ‘smartphone’ miliknya, sembari menikmati suasana hening yang selalu tampak suram walaupun hari masih begitu cerah.
Membuka salah satu sosial media, berusaha mencari-cari informasi terkini tentang apa yang tengah terjadi di luar sana, dengan mulut yang juga mengunyah makanan sederhana.
Dengan hal-hal begini saja...
Bagi dirinya sudah lebih dari cukup.
Mata hitam miliknya itu kembali menelusuri kata demi kata, dan gambar demi gambar yang tertera pada benda kecil yang tergeletak tidak jauh dari piring yang kini setengah kosong miliknya.
Beberapa darinya sebuah berita tentang keadaan yang menunjukkan jika, kondisi ini benar-benar tidak baik-baik saja, mengenai politik, ekonomi, bahkan tentang perselisihan agama. Beberapa lainnya tidak lebih sebuah lelucon ironi, yang sengaja di buat oleh orang-orang untuk menertawakan hidup mereka yang entah baik ataupun buruk.
Untuk beberapa menit keheningan dirinya terus melakukan aktivitas yang sama, sampai akhirnya dia berhenti pada suatu berita mengenai perusahaan ternama yang akan datang ke dalam negeri dan akan menjadi investor.
Itu berarti akan ada peluang pembukaan lapangan pekerjaan.
Gadis itu membetulkan posisi duduknya berusaha memfokuskan tatapannya pada kalimat-kalimat yang tertera itu.
Perusahaan yang bergerak di beberapa bidang pengelolaan sumber daya alam dan energi, juga berjalan dalam bidang jasa dan teknologi.
Entah kenapa untuk beberapa saat, gadis itu merasakan sebuah hembusan angin yang berhasil membuat dirinya merasakan sebuah harapan.
Harapan sebuah masa depan cerah yang mungkin saja bisa menjadi miliknya.
Walaupun dia sadar jika, itu bukan hanya sebuah jalan kecil yang akan menjadi cabang-cabang yang mungkin tidak akan dia dapati pula.
Namun setidaknya ada harapan...
Dia kembali melahap suapan terakhir pada makan siangnya itu.
Sebelum kembali fokus mencari tahu informasi yang lebih mendetail lagi tentang berita ini.
Tapi sangat di sayangkan hasilnya nihil.
Jadi dirinya kembali menghela nafas, sebelum mengambil gelas plastik berisi air putih dan meminumnya sampai habis.
Menaruh piring miliknya itu sedikit pada sudut meja miliknya, sebelum bangkit dari kursinya dengan tangan yang masih memegang ‘smartphone’ itu, lalu terbaring pada kasur di dekatnya itu.
Kini pandangannya menatap langit-langit bercat biru pada kamarnya itu kembali. Pikirannya tidak beraturan dan detak jantungnya berdegup kencang tidak beraturan pula.
.
.
.
Perasaan ini....
Perasaan yang selalu terjadi kepadanya, dan dia tidak bisa berbuat banyak akan hal ini....
Karena....
Karena jika dia melakukan ataupun mengatakan apapun apa yang sedang terjadi pada dirinya seperti saat ini, maka mereka hanya akan tidak percaya kepada mereka.
.
.
.
Dia mengalami Panick Attack.
.
.
.
Dengan perlahan namun pasti, kedua matanya itu mengeluarkan tetes-demi tetes air mata.
Dengan perlahan namun pasti juga nafas semakin memburu seakan oksigen di sekitar dirinya terasa semakin menipis.
Tubuh gadis itu bergetar merasakan perasaan membeludak tidak menentu. Berusaha membaringkan tubuhnya berusaha mencari posisi yang lebih nyaman untuknya, dan lagi itu berujung nihil.
Air mata itu semakin deras, dengan pelan -sepelan mungkin dia mengeluarkan suara dari mulutnya yang masih berusaha tertekan menutup rapat itu.
.
.
.
Dia tidak tahu harus bagaimana lagi....
Dia tidak tahu harus melakukan apa lagi dengan kondisinya yang seperti ini....
Merasa terkurung dan tertekan dengan kuat tanpa bisa melangkah lebar untuk keluar....
Tapi dia menyadari dengan jelas jika waktunya semakin lama semakin menepis....
Tapi apa yang harus dia lakukan lagi
Dengan semua keterbatasan dan rasa tidak berdaya yang menggerogotinya setiap saatnya ini....
.
.
.
Tuhan tolonglah dirinya....
Tolonglah dirinya walaupun sedikit saja....
Sedikit saja...
.
.
.
.
.
Terlihat hari begitu berwarna kuning yang terik.
Beberapa kali angin bertiup kencang berhasil mengangkat sampah dan daun pada jalanan yang tidak terlalu ramai, di sertai pasir dan debu yang ikut beterbangan.
Gadis itu menghembuskan nafasnya panjang, menundukkan tubuhnya di depan salah satu mini market itu. memegang botol air mineral yang dingin, sebelum meminumnya untuk menghilangkan rasa dahaga yang luar biasa itu.
Sudah berapa lama dia berada di luar berjalan-jalan tidak menentu?
Dia tidak tahu...
Setelah menghabiskan setidaknya setengah dari isi botol itu, padangan gadis itu kembali lurus, menatap sebuah mobil yang begitu hitam mewah tengah terparkir rapi dan terlihat begitu arogan untuk di sekitarnya yang sekarang seperti begitu kumuh.
Tanpa sadar dia menaikkan salah satu alisnya, menatap bingung bertanya-tanya pada dirinya sendiri siapa pemilik mobil semewah ini di wilayah yang telah dia tempati selama dua puluh empat tahun lamanya.
Itu benar-benar terlihat tidak seperti hal yang tidak seharusnya berada di sini.
Dia tahu jika wilayah yang di tinggalinya itu jauh dengan pusat kota, namun juga tidak menunjukkan jika orang-orang di wilayah ini juga memiliki finansial yang berlebihan untuk membeli mobil seperti ini.
Bisa di bilang ini adalah wilayah diaman orang-orang berada di menengah akan tinggal.
Ini tidak seperti mobil-mobil mewah yang sering dia lihat berlalu-lalang untuk wilayah ini...
Mobil ini tidak terlihat seperti mobil untuk orang awam.
‘sejenis.... Rolls Royce?’ gumamnya dalam pikirannya sendiri. Masih dengan mata hitam miliknya yang masih menatap dalam mobil di hadapannya itu, pikiran-pikirannya kembali melayang-layang tidak menentu arah seakan secara otomatis menganalisis apa pun yang tengah dia lihat.
‘apa mungkin orang kaya baru? Jika dia membeli sesuatu di tempat ini, kemungkinan pemiliknya adalah orang perumahan ini? Ya mungkin saja.... jika pemiliknya berasal dari perumahan lainnya untuk apa dia membeli sesuatu di sini, jika mini market di sana juga lebih besar di bandingkan di sini?’ gadis yang masih tenggelam dalam pikirannya itu tersentak kuat saat mendengar suara pintu terbuka pada balik punggungnya.
Dengan cepat dia sedikit menoleh, mendapati sosok pria asing begitu tinggi menggunakan baju jas hitam formal keluar dari tempat yang begitu tidak di sangka, membawa sebungkus plastik putih di salah satu tangannya yang terlihat besar.
‘orang luar negeri?’ tanpa sadar gadis itu bangkit.
“Ah.... maafkan aku nona, aku tidak bermaksud untuk membuatmu terkejut....” ucap pria asing itu dengan bahasa Indonesianya yang terdengar kaku luar biasa.
Seketika itu pula perasaan malu dan panik menyatu.
“y-ya... tidak apa-apa....” balas gadis itu begitu gugup.
Dia tidak tahu harus berkata menggunakan bahasa Indonesia atau menggunakan bahasa inggris untuk membalas pria asing itu. “I'm also sorry for seeming to get in your way, s-sir...” lanjut gadis itu terdengar begitu bergetar pada setiap kalimat yang keluar dari mulutnya.
Sial...
Sial....
Apa yang kamu lakukan gadis bodoh....!
Seharusnya kamu langsung melangkah pergi dari situ!
“it’s fine miss...” balas pria itu lagi, kali ini memberikan senyuman sekilas sebelum melangkah pergi menuju mobil hitam yang terparkir di depannya itu.
Dia berkedip beberapa kali seakan berusaha memproses apa yang tengah terjadi beberapa waktu yang lalu.
Lalu tanpa sadar mulut perempuan itu terbuka membentuk huruf O.
Seakan dia telah berhasil menyambungkan satu titik ke titik lainya, dengan hanya melihat pria asing berambut pirang kusam yang kini tengah membuka salah satu pintu penumpang mobil itu.
Melihat hal itu, dan lagi membuat kedua alis sang gadis terangkat dengan mimik wajah sedikit takut dengan apa yang dia sadari. ‘benar-benar orang kaya ternyata...’
Lanjutnya kini dirinya sendiri berjalan mendekati sepeda miliknya yang terparkir yang tidak jauh dari posisinya berdiri saat ini.
Meletakan botol air mineralnya pada rangka yang ada di sepeda miliknya itu, bersiap untuk melanjutkan hal apa pun yang dia lakukan sebelum dia memutuskan untuk beristirahat di tempat ini.
Menghela nafas panjang, merapikan beberapa kabel yang entah kenapa terlihat melilit pada setang sepeda miliknya, dan terakhir menaikkan cagak sepeda itu.
Sebuah tepukan pelan terasa pada pundak sang gadis.
Yang kembali berhasil membuat dirinya terkejut.
“Nona...” panggil suara berat yang beberapa waktu lalu dia dengar, dan dia ketahui jika pemilik suara itu adalah milik sosok pria asing itu.
Lagi gadis itu menoleh dengan cepat kepada pria itu, yang kini tengah berdiri dengan tegap di dekat dirinya, membuat ia harus sedikit menadahkan kepalanya keatas agar dapat melihat wajah pria yang lebih tinggi darinya itu.
“iya tuan...?” balas sang gadis dengan bahasa formal juga.
Pria itu tersenyum sekilas, lalu merogoh saku jasnya, dan mengeluarkan sebuah kartu nama.
“maafkan atas tindakan tidak sopan ini nona... sebelumnya perkenalkan nama saya adalah Tobito, dan Tuan saya memerintahkan saya untuk memberikan Anda kartu namanya....” jawab pria asing itu masih dengan senyumannya.
“huh?....” tanpa sadar mata sang gadis terbelalak tidak percaya dengan apa yang dia dengar. “Apa maksud kamu tuan?” dia tidak tahu jika ini adalah sebuah keberuntungan, atau sebuah hal yang ingin merendahkan harga dirinya.
Dan dengan terang-terangan dia menunjukkan rasa tidak sukaannya dengan apa dari hasil pemikiran-pemikirannya.
“Ah... itu....?”
“apa kamu berpikir aku seorang....-“
“tidak-tidak nona... tentu saja tidak... tolong, jangan berpikiran seperti itu...” lanjut pria bernama Tobito itu. Sang gadis masih terdiam seakan menunggu kelanjutan penjelasan pria itu. “Sendari tadi Tuan saya memerhatikan Anda, yang menatap ke arah kendaraan miliknya.... dan beranggapan jika....-“
“apa yang salah dengan hal itu!” kali ini sang gadis menjawab memotong penejalasan pria dengan sedikit memekik kesal. Dan hal itu cukup berhasil menarik perhatian beberapa orang yang juga berada di sana.
Kenapa bisa jadi seperti ini?
Apa yang ku lakukan bisa sampai berakhir seperti ini!!!
Ya Tuhan!!!!
“Nona... Tuan saya beranggapan, jika Anda mungkin memerlukan sedikit bantuan. Maka dari pada itu Tuan saya, berinisiatif memberikan kartu namanya kepada Anda... Mungkin Anda memerlukan suatu bantuan seperti menemukan seorang relasi? “
“huh...?” Dan untuk kedua kalinya sang gadis hanya memberikan pandangan tak percaya, dengan ekspresi kemarahan yang dia tahu itu terukir dengan jelas pada wajahnya. Dan entah kenapa itu berhasil membuat pria yang dia tahu jauh lebih kuat dari dirinya itu tampak takut dan gugup kepadanya walaupun itu tertutup dengan sempurna pada wajah yang masih tersenyum itu.
Gadis itu tidak berkata banyak, namun mata hitamnya mengambil kertas kecil yang berada di antara jari sang pria Tobito itu.
Kini tatapannya terpaku kepada mobil hitam yang pintu penumpangnya masih terbuka itu. Sebelum menghela nafas panjang dan menaiki sepedanya.
Sejenak sang gadis menatap kembali kepada pria pirang yang masih berdiri di sampingnya itu.
“Baiklah tuan... terima kasih atas tawarannya” tutup gadis itu mengambil posisi mengayuh pedal sepeda miliknya. Meninggalkan tempat itu dengan perasaan bercampur aduk.
.
.
.
Dia benar-benar kehilangan rasa untuk berada di dunia luar saat ini...
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments