Zahra, seorang perempuan sederhana yang hidupnya penuh keterbatasan, terpaksa menerima pinangan seorang perwira tentara berpangkat Letnan Satu—Samudera Hasta Alvendra. Pernikahan itu bukan karena cinta, melainkan karena uang. Zahra dibayar untuk menjadi istri Samudera demi menyelamatkan keluarganya dari kehancuran ekonomi akibat kebangkrutan perusahaan orang tuanya.
Namun, tanpa Zahra sadari, pernikahan itu hanyalah awal dari permainan balas dendam yang kelam. Samudera bukan pria biasa—dia adalah mantan kekasih adik Zahra, Zera. Luka masa lalu yang ditinggalkan Zera karena pengkhianatannya, tak hanya melukai hati Samudera, tapi juga menghancurkan keluarga laki-laki itu.
Kini, Samudera ingin menuntut balas. Zahra menjadi pion dalam rencana dendamnya. Tapi di tengah badai kepalsuan dan rasa sakit, benih-benih cinta mulai tumbuh—membingungkan hati keduanya. Mampukah cinta menyembuhkan luka lama, atau justru semakin memperdalam jurang kehancuran?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fafacho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4.
BRAAK
Pak Zul menggebrak meja ruang tamu saat ini. Ia menatap marah pada Zahra sedangkan istrinya mencoba untuk menenangkan suaminya itu. Zahra sendiri hanya bisa menunduk tak berani melihat ayahnya yang tengah marah seperti ini.
“yah sudah yah, itu hak Zahra” Farida mencoba menangkan suaminya yang tengah dilanda emosi.
“Kamu itu bukannya nepatin janji kamu sama ayah bunda tapi kamu malah pengen seneng sendiri” Bentak Zulhan.
“Maaf yah, aku minta maaf. Tapi ini keputusan aku, aku janji meskipun aku nikah aku bakal tetap nepatin janji aku buat memperluas usaha kita yah” ucap Zahra ragu-ragu.
“mana mungkin kamu bisa, jelas kamu bakal jadi ibu rumah tangga seperti adik kamu. Kamu ingkar janji sama ayah Zahra..bisa-bisanya kamu bilang mau menikah dalam waktu cepat ini” Zulhan cukup marah saat mendengar putrinya akan menikah dalam waktu dekat.
Begitu terkesan tiba-tiba bahkan dia dan istrinya tidak tahu putrinya memiliki kekasih.
“Ayah seharusnya tidak egois yah, biarkan Zahra menikah kita beri restu padanya. Sudah pantas bagi dia menikah yah..tidak mungkin dia menjadi tulang punggung kita terus. Dia sudah banyak berkorban untuk kita yah.” Farida mencoba member pengertian pada suaminya.
“banyak berkorban apa hah, dia tidak berkorban sama sekali, justru kakaknya yang banyak berkorban untuk kita” Zulhan masih meledak-ledak, ia keberatan mengijinkan putrinya untuk menikah.
Zahra yang mendengar ucapan ayah merasa sakit hati, pengorbanannya selama ini tidak di anggap. Padahal dia sudah cukup banyak berkorban untuk keluarganya. Kuliah dia harus menunda karena kakaknya membutuhkan uang begitu juga dengan adiknya yang terkena masalah.Sehingga membuatnya terpaksa harus kuliah sambil bekerja sebagai joki untuk membiayai kuliahnya sendiri.
“Apa pengorbananku selama ini kurang buat ayah, ayah tahu nggak aku seperti di anak tirikan dirumah ini” Zahra menatap ayahnya .
“Apa pengorbanan kamu Zahra, pokoknya ayah nggak setuju kamu menikah. Calonmu saja tidak jelas yang mana..jangan bilang kau hamil duluan dengan laki-laki yang kamu tidak tahu” Zulhan tiba-tiba saja menuduh putrinya seperti itu.
Deg
“Ayah..” tegur Farida pada suaminya yang tega mengatakan hal itu pada putrinya sendiri.
Zahra begitu sedih mendengar semua yang keluar dari mulut ayahnya, ia begitu tak menyangka ayahnya berbicara sepertu itu padanya saat ini. Teganya ayahnya menuduh dirinya berbuat tercela seperti itu.
“Aku bukan Zera yah, aak ayah yang paling ayah manja itu. Dia perempuan murahan yang tidur dengan pria lain tapi menikah dengan calon kakak iparnya sendiri hik hiks” Zahra bena-benar tak kuasa menahan air matanya saat ini hatinya cukup sakit dengan perkataan sang ayah. Apalagi mengingat empat tahun lalu dimana dia tengah menjalin kasih dengans eorang pria tapi itu tiba-tiba saj tidur dengan adiknya dan tak lama dari itu adiknya hamil. Pria itu merasa tak melakukannya tapi Zera memiliki bukti..meskipun begitu Zahra mempercayai kekasihnya. Karena suatu hal ia juga harus merelakan kekasihnya itu menikah dengan adiknya.
Coba kurang berkorban apa dirinya di keluarganya saat ini,
Plakkk
Tamparan keras melayang di wajah Zahra, wajah putih itu langsung memerah bekas tammparan terlihat jelas saat ini.
“Ayah astagfirullah aya, istigfar yah. Zahra juga anak kamu..” Farida terkejut mendapati suami yang menampar putrinya. Ia begitu sedih melihat ini semua.
“jaga mulut kamu Zahra, Zera itu adik kamu.”
Zahra menangis sambil memegangi wajahnya menatap ayahnya,
“Aku tidak perduli ayah setuju atau tidak, dia akan datang nanti” setelah mengatakan itu Zahra langsung pergi dari hadapan ayahnya. Tapi baru beberapa langkah, dia menghentikan langkahnya dan kembali melihat kedua orang tuanya.
“Aku bukan mesin penghasil duit yah, tapi aku janji bakal bikin usaha ayah sukses lagi kayak dulu” Zahra langsung pergi menuju kamarnya dengan hati yang terluka.
Di dalam kamarnya Zahra menangis tersedu-sedu, ia tak menyangka akan diperlakukan seperti ini oleh ayahnya padahal hanya hal sepele hanya karena dirinya minta ijin untuk menikah. Tapi tanpa di sangka ia baru tahu kalau ayahnya terlalu membedakan dirinya dari saudaranya yang lain. Sungguh hatinya begitu sakit saat ini, kalau tidak ada paksaan dari Hasta ia tidak akan melanggar janjinya pada sang ayah tapi karena paksaan Hasta dia harus melakukannya.
………………..
“Kau serius Samudera..kau akan menikah? Siapa calonmu Mama sama Papa pengen ketemu sama dia” ucap orang tua Samudera antusias setelah mendengar itu.
“Aku akan mempertemukan kalian, tapi kalian janji berhenti menjodohkanku”
“Iya kita janji” Mama hasta cukup antusias.
“Nanti mama dan papa ikut aku, lamarkan gadis itu”
“APA?” keduanya kaget mendengar ucapan Hasta.
“Samudera, kau jangan bercanda. Kenapa secepat ini” ucap Mama Samudera yang terkejut mendengar ucapan putranya itu.
“Ya karena aku ingin menikah, bukannya itu keinginan kalian”
“I..iya tapi kenapa secepat ini, bukannya ba..”
“mama sama papa tidak usah bertanya lagi, kalian terus bertanya lebih baik aku tidak menikah” ancam Samudera pada kedua orang tuanya.
“ja..jangan begitu, oke..oke kita lamar kan. Iya kan pa..kita lamr perempuan pilihan Samudera” ucap mama Samudera panik sambil memegang bahu suaminya.
“Oke nanti kita bertemu dengan perempuan itu”
“bagus” Samudera terlihat senang, tapi tatapannya seketika tajam. Rencananya berhasil. Dia akan membalaskan dendamnya pada perempuan yang telah membuat dirinya dan kakaknya sakit hati.
………………..
Farida dan juga Zulhan serta adik Zahra tampak taak mempercayai yang terjadi di rumah mereka saat ini. Koki berpengalam dan beberapa orang dari restaurant terkenal datang dan membuatkan makan yang cukup banyak untuk mereka.
Zahra sendiri tidak tahu, dia tidur di dalam kamarnya hingga ada seorang yang membangunkannya saat ini.
“Mbak, Mbak Zahra” Zera adikd ari Zahra membangunkan kakaknya yang masih tidur sambil memeluk guling.
Zahra yang merasakan ada yang membangunkannya, berusaha untuk membuka matanya. Matanya sembab membuat dan terasa berat untuk di buka, ia sedari tadi menangis hingga tertidur.
“Ada apa?” tanya Zahra pada adknya tersebut.
“Mbak Zahra beneran mau nikah, hari ini mbak di lamar? Siapa calonnya mbak?’ Zera bertanya cukup banyak, dia tak tahu kakaknya akan menikah dengan siapa karena selama ini kakaknya tidak pernah bercerita.
“Orang, ini jam berapa?” Zahra tampak tak ingin menanggapi. Dia begitu karena ayahnya tadi, sebenarnya ia menyanyangi adiknya. Kalau dia tidak menyayangi Zera tidak mungkin ia melepas calon suaminya untuk sang adik
“Ya aku tahu mbak Zahra mau nikah sama orang tapi siapa mbak, kayaknya orang kaya raya ya. Dia mengirimkan tukang masak” ucap Zera memberitahu kakaknya.
“Tukang masak?”
“Iya liat aja, mereka hampir beres”
Zahra akan bangkit dari kasurnya, tapi kemudian dia ingat pesan yang dikirim oleh Samudera. Pri itu tadi mengiriminya pesan, tapi tak ia jawab karena suasana hatinya yang kacau.
“Mbak mau mandi dulu, makasih kamu sudah datang kesini” Zahra terdengar dngin berbicara dengan adiknya itu. Zera sendiri menyadari hal tersebut.
“Mbak, aku ada salah sama Mbak Zahra ya?” tanya Zera saat kakaknya akan menuju ke kamar mandi.
Zahra menghentikan langkahnya sambil melihat kebelakang dimana adiknya berada.
“Nggak” jawab Zahra singkat dan dia melanjutkan jalannya ke kamar mandi.
“maaf ya mbak, selama ini aku nyusahin mbak, semoga mbak bahagia dengan suamimu nanti” seru Zera saat kakaknya akan menutup pintu kamar mandi. Entah Zahra mendengarnya atau tidak yang jelas dia tidak merespon sama sekali.
…………..
“Ara ayah setuju kamu menikahs ekarang, calon suami kamu orang kaya ya? Dia kerja dimana?” bisik ayah Zahra di telinga putriny. Mereka kini berdiri di depan pintu menyambut keluarga Samudera yang masih berada di mobil.
Zahra hanya diam saja, wajahnya dingin tak menanggapi ayahnya, dia masih sedikit sakit hati atas apa yang terjadi tadi siang.
“Ara, kenapa ibu takut ya. Keluarga mereka keluarga kaya sedangkan ki..” ucapan Farida terpotong.
“Kita kenapa bun, keluarga kita juga lumayan. Dulu kita juga kayak an” Zulhan memotong ucapan istrinya.
Keluarga terdekat Zahra juga ada di situ tapi hanya beberapa orang saja, hanya Om dan bibinya saja.
“Mama kenapa lama sih, ayo” Samudera melihat kearah mamanya yang sibuk mencari sesuatu di dasbor mobil.
“bentar” ucap Kharisma.
“Ah ketemu juga” ucanya senang saat menemukan sesuatu yang ia cari.
“Apa yang kamu cari?” tanya Hendra pada istrinya yang sudah berada di sampingnya saat ini.
“Ini buat mantu kita nanti” ucap Kharisma sambil menunjukkan kotak cincin. Samudera/Hasta sendiri terkejut melihat mamanya memberikan itu pada Zahra.
“Kenapa mama memberikannya, aku sudah membelikannya” Samudera terlihat tidak senang.
“Mama tahu kamu sudah beli, tapi ini special dari mama karena cincin ini cincin turun temurun, bener kan pa” ucap Kharisma.
“bener ma, sudah kita bahas nanti ayo masuk mereka sepertinya sudah menunggu kita” ucap hendra mengajak yang lain menghampiri keluarga Zahra yang sudah menyambut mereka.
“Ara dimana adik kamu? Kenapa belum keluar juga.?” Tanya bunda Zahra saat melihat rombongan pria yang akan melamar Zahra.
“Dia lagi nidurin anaknya ma, bentar lagi keluar” jawab Zahra.
“Aku disini bun” jawab Zera sambil tersenyum.
“Calonnya mbak Zahra sudah datang ya..” ucap Zera sambil melihat kedepan, seketika dia langsung melebarkan matanya saat melihat siapa yang ada di depannya saat ini.
***