Beberapa tahun lalu, Sora dikhianati oleh kekasih dan sahabatnya. Mengetahui hal itu, bukannya permintaan maaf yang Ia dapatkan, Sora justru menjadi korban kesalah pahaman hingga sebuah ‘kutukan’ dilontarkan kepadanya.
Mulanya Sora tak ambil pusing dengan sumpah serapah yang menurutnya salah sasaran itu. Hingga cukup lama setelahnya, Sora merasa lelah dengan perjalanan cintanya yang terus menemui kebuntuan. Hingga suatu hari, Sora memutuskan untuk ‘mengistirahatkan’ hatinya sejenak.
Tanpa diduga, pada momen itulah Sora justru menemukan alasan lain dibalik serangkaian kegagalan kisah cintanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rin Arunika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#4
Siang itu, tiupan angin yang terasa dingin menyambut Sora ketika dirinya tiba di puncak gunung. Lautan awan yang terhampar seluas mata memandang membuat Sora melupakan sejenak beban pikirannya.
“Aaa… Uuuu…” Sora berteriak sekencang yang Ia bisa. Teriakan itu kemudian terganti gelak tawa ringannya. Sora merasa ada sebagian dirinya yang benar-benar terbang di atas indahnya lautan awan.
Ketika Sora melempar pandangannya ke sisi lain gunung, Ia terkesiap saat dirinya menyadari bahwa orang-orang yang berada di sana tengah menatapnya seperti melihat satwa liar yang lepas dari pengawasan.
“Eheh…” Sora tersenyum simpul pada semua orang itu sambil menggosok hidungnya yang tiba-tiba terasa gatal.
Jauh di dalam hatinya, saat itu juga Ia ingin berubah menjadi seekor burung dan terbang menuju langit hingga ke angkasa sana. Menjadi pusat perhatian manusia ternyata bisa se-mengerikan itu.
Kemudian, Sora mulai bersikap seperti kebanyakan orang di sana. Ia menghirup dalam-dalam oksigen dari udara yang berbeda dengan yang biasa Ia hirup setiap hari.
Mengatur nafas sambil menikmati pemandangan indah setelah bersusah payah meniti langkah ternyata memberinya ketenangan yang baru.
Saat itu, Sora merogoh ponselnya dan mengambil cukup banyak gambar untuk nanti Ia bagikan di media sosialnya. Orang-orang harus tahu bahwa saat ini Ia bahagia, begitu bahagia sampai terbang ke puncak gunung.
#
Matahari sudah tergelincir ke sebelah barat. Saat itu, Sora harus kembali berkemas untuk menuruni gunung karena Ia tak menyiapkan perlengkapan camping. Dan sebenarnya Sora memang tidak pernah berniat bermalam di puncak gunung itu walaupun tiba-tiba saja Ia sedikit merasa enggan meninggalkan tempat itu.
Sejujurnya, Sora masih merasa takut untuk berkemah di alam bebas. Apalagi saat itu Ia tidak mengenal satu orang pun dari orang-orang yang berada di sana.
Sedikit cerita.
Dulu, Sora pernah ikut teman-teman kuliahnya menginap di sebuah gunung. Semuanya baik-baik saja sampai tengah malam tiba. Dalam malam yang dingin itu tiba-tiba saja seekor babi hutan liar berlarian di sekitar tenda Sora dan teman-temannya.
Sora dan teman-temannya ketakutan setengah mati karena kehadiran sosok tak diundang itu. Sejak saat itu, Sora masih belum memiliki nyali untuk kembali bermalam di puncak gunung.
Gunung yang Sora kunjungi sekarang memang terbilang aman bagi pemula. Jalur yang dilalui memang tidak terlalu ekstrim. Meski begitu, tetap saja terdapat beberapa titik yang sepi karena melewati pepohonan dan semak yang tinggi. Jalur yang curam juga beberapa kali Sora lintasi.
“Eh, eh. Gua di mana nih?” Sora kebingungan ketika Ia tak melihat rombongan yang tadi berjalan di depannya.
Memang bukan rombongannya dan tak ada yang Sora kenal, Ia hanya mengekor saja.
Tadi ketika Sora memasuki area hutan yang jarak antar pohonnya cukup jarang, Ia merasa perlu mengabadikan pemandangan itu.
Ia penasaran dengan keindahan hutan itu hingga Sora tak sadar telah terpisah dari rombongan itu. Sora berjalan dengan cemas takut dirinya benar-benar kehilangan jejak.
Sialnya, perasaan panik Sora justru mengantarnya pada kemalangan. Sora berjalan terlalu cepat sampai-sampai Ia kurang memperhatikan pijakannya. Sora tersandung pada akar pohon yang melintang sehingga Ia kehilangan keseimbangannya.
Nahas, area itu ditumbuhi banyak lumut hingga Sora terjerembab dan jatuh terguling menuju tepian lembah yang curam dan terjal. Ia berusaha mencari pegangan namun sayangnya usahanya itu sia-sia saja. Yang ada justru telapak tangannya penuh luka gores setelah gagal mendapat pegangan.
Sora baru berhenti terperosok ketika tubuhnya menghantam sebuah pohon dengan keras.Pada momen ituIah Ia merasakan sakit yang luar biasa pada bahu sebelah kirinya. Mungkin bahunya terkilir karena Sora merasa lengannya tak bisa Ia gerakan sama sekali, ditambah lengannya itu terhimpit diantara tubuhnya dan pohon besar itu. Ia hanya bisa meringis.
Tubuh Sora yang malang kini dipenuhi luka setelah terkena goresan dari akar pohon yang mencuat dan semak belukar yang berduri ketika meluncur dari atas lembah tadi.
Tas besar yang tadi masih digendongannya kini entah berada di mana. Mungkin Sora harus ikut merelakan beberapa perbekalannya menghilang di hutan itu.
Sora merasa bahwa hari itu mungkin adalah hari terakhirnya Ia bisa menatap langit. Apalagi ketika Ia melihat kedua kakinya, sangat tidak memungkinkan untuk dirinya bisa pergi dari sana. Lutut kirinya terpelintir sementara kaki kanannya mendapat luka lebar pada bagian betisnya. Bahkan luka robek itu cukup parah hingga memperlihatkan tulang keringnya.
“Jadi gua bakal meninggal di sini?” Sora menatap langit yang saat itu tampak begitu indah. Mungkin sebentar lagi langit biru itu akan berubah menjadi oranye sebelum nanti berganti malam.
“Kalo iya, gua mohon supaya nanti jasad gua cepet ditemuin Tim SAR. Gua pengen dimakamin di sebelah makam nenek gua…” tangis Sora pecah. Derai air mata langsung menetes menuju tanah tempatnya terbaring lemah.
Dalam tangisnya, tiba-tiba saja sekelebat ingatan tentang masa lalunya muncul. Raut wajah Ibu Reza yang menyeramkan muncul disaat Sora berpikir bahwa nyawanya sebentar lagi akan meninggalkan dunia ini.
“Saya sumpahin gak bakal ada cowok yang mau sama cewek pembawa sial kayak kamu!”
Suara yang menyakiti telinga itu seperti persis diteriakkan di depan wajah Sora. Sora kembali terisak.
‘Apa ini beneran kutukan buat gua? Apa gua ini beneran cewek pembawa sial?’ pikiran Sora mendadak dipenuhi emosi negatif.
#
Cahaya senja telah menghilang terganti gelapnya malam. Udara yang merebak diantara rimbunnya pepohonan yang tinggi menjulang semakin menyejukkan.
Kemunculan malam yang tenang bersama dengan semilir angin yang menyapa kulit sudah seperti hadiah yang disediakan oleh alam untuk mengakhiri hari. Karena satu lagi hari yang melelahkan telah selesai dilewati.
Momen seperti itulah yang selalu membuat Rayn rindu untuk kembali ke hutan. Pesona langit malam bertabur bintang selalu mengantarkan kedamaian bagi dirinya.
“Hmmmh…” Rayn duduk dengan kedua kaki menyilang di puncak sebuah batu yang cukup besar. Lengannya Ia lemaskan di atas kakinya. Pandangannya menengadah ke langit.
Iris mata berwarna biru terang miliknya sudah seperti kiriman bintang dari langit untuk gelapnya hutan malam itu. Senyum Rayn semakin mengembang ketika bulan sabit di atas sana akhirnya tak lagi bersembunyi di balik awan.
Rambut Rayn yang panjang dan berwarna putih tampak berkilau seperti silver ketika hembusan angin yang semakin kencang menyapa kesendiriannya.
Rupanya, kehadiran sosok ‘Drach’ peliharaan Rayn-lah yang menambah kekuatan hembusan angin. Rayn menamai Drach peliharaannya itu ‘Bintang’.
‘Drach’ adalah seekor hewan yang bentuk kepalanya seperti seekor elang namun dengan postur yang menyerupai seekor singa. Tingginya akan sama dengan Rayn jika kedua sosok itu berdiri berhadapan. Bulu-bulunya berwarna putih dan terdapat sejumlah bulu berwarna abu-abu yang melengkung di bawah lehernya sehingga Bintang seperti menggunakan sebuah kalung. Makhluk itu memiliki empat buah sayap yang gagah. Drach juga memiliki ekor indah yang panjang menjulur menyerupai ekor Phoenix.
Sejak pertama melihat drach itu, Rayn langsung jatuh hati pada burung raksasa itu. ‘Bintang’ adalah nama yang terlintas dalam pikiran Rayn ketika melihat drach putih itu. Bintang memang drach paling berkilau dimata Rayn dari sekian banyak drach yang pernah Ia temui.
“Hei…” Rayn menyambut kedatangan Bintang dengan segurat senyum.
Biasanya, Bintang akan ikut menikmati semilir angin sambil melipat tubuhnya di sekitar Rayn. Namun, saat itu Bintang terus terbang memutar dan enggan mendaratkan tubuhnya.
“Bin… Ada apa, hei?” pandangan Rayn ikut berputar mengikuti Bintang yang masih meliuk di udara.
Kemudian, Bintang terbang mensejajarkan tinggi dengan Rayn. Melihat sikap Bintang yang tak seperti biasanya, Rayn langsung menyadari ada yang tidak beres dengan Bintang.
Setelah puas melihat tingkah Bintang, Rayn akhirnya memutuskan untuk menunggangi makhluk itu dan ikut terbang bersama Bintang.
Mereka mengudara menuju kedalaman hutan yang untungnya tak jauh dari tempat Rayn sebelumnya.
Kemudian, Bintang mendarat di dekat sebuah pohon besar dan mendorong Rayn menuju pohon itu.
“Ada apa sih Bintaannggg…?” tanya Rayn sambil melangkah menuruti kemauan Bintang.
Sesaat setelahnya, Rayn dibuat terkejut dengan apa yang ditunjukkan oleh Bintang. Rupanya, Bintang mengarahkannya pada seorang wanita yang kondisinya cukup mengenaskan. Wanita itu terbaring kehilangan kesadarannya dengan sejumlah luka di tubuhnya.
Hampir seluruh permukaan kulit wanita itu mendapat luka gores. Terdapat luka gores yang cukup dalam yang memanjang pada pipinya dari bawah mata hingga dagu, lengan wanita itu terhimpit antara tubuhnya dan pohon, satu lutut kirinya terpelintir, betis kaki kanan wanita itu robek.
“Hmm… Kamu pengen aku nolongin cewek ini, Bin? Kenapa?” tanya Rayn sambil mengelus leher Bintang.
Tentu Bintang tak akan bisa menjawab pertanyaan Rayn. Namun, tingkah Bintang jelas memaksa Rayn untuk menolong wanita itu. Bintang terus mendorong Rayn mendekati wanita itu.
“Okay… Okay… Kamu pasti punya alesan yang masuk akal.”
Kemudian, Rayn berlutut di dekat wanita itu. Rayn seperti menyalurkan energi dari telapak tangannya yang tampak mengeluarkan seberkas cahaya putih yang sangat samar.
Mulai dari kepala, Rayn benar-benar mengobati wanita itu dengan energi ajaib dari kedua tangannya. Luka gores itu berangsur lenyap. Begitu seterusnya hingga setelah lama akhirnya Rayn mencapai luka pada betis wanita itu.
Untuk sesaat, Rayn merasa kepalanya sedikit pusing. Memang, salah satu akibat dari terlalu banyak menggunakan tenaganya adalah Rayn bisa saja kehilangan kesadarannya.
Namun, melihat Bintang terus menunggunya di sana, Rayn memutuskan untuk menggunakan kekuatannya hingga wanita itu benar-benar sembuh. Rayn percaya pada Bintang yang merupakan seekor Drach. Sebab hewan magis sejenis Drach tak akan sembarangan meminta sesuatu yang melawan hukum alam.
Saat luka menganga pada betis wanita itu hampir sembuh, tiba-tiba saja wanita itu berteriak dan mengejutkan Rayn.
‘Gawat… Gak mungkin dia bisa liat wujud gua, kan?’ batin Rayn.
“Huwaa…! S-siapa kamu?! Kamu mau apain Saya? Cabul ya kamu?!” Wanita itu berteriak sambil menatap Rayn. Ia bahkan tampak akan bangkit jika lengannya tak terhimpit oleh tubuhnya.
‘Kok? Dia bisa liat aku?’ tanya Rayn dalam pikirannya.
“Jangan gerak dulu. Yang ini bentar lagi sembuh” ucap Rayn pada wanita itu. Dengan kekuatannya, Rayn membuat tubuh wanita itu menjadi kaku sehingga wanita itu berhenti berontak.
Salah satu keajaiban Rayn adalah tubuhnya akan mengeluarkan semacam pelindung ajaib yang memungkinknan tubuhnya tak bisa disentuh oleh apapun dan siapapun.
“Diem dulu. Nanti abis ini baru yang satunya.” Kata Rayn.
Kemudian, luka menganga pada betis wanita itu pun terkatup dan sembuh tanpa menghilangkan bekas. Sialnya, kepala Rayn berdenyut dengan hebat. Ia bahkan nyaris terjengkang jika kedua tangannya tak refleks menopang tubuhnya.
Namun, Rayn kembali meneruskan pilihannya untuk mengobati wanita itu. Ia kemudian memusatkan energinya pada satu luka terakhir wanita itu. Benar, saat itu Rayn fokus memulihkan kondisi lutut wanita itu yang terpelintir.
Setelah beberapa lama, Rayn akhirnya memastikan bahwa wanita itu telah sembuh sepenuhnya. Bersamaan dengan itu, pandangan Rayn juga menjadi semakin gelap, kepalanya berputar, dan kesadaran Rayn akhirnya hilang. Rayn terjatuh ke samping dan wajahnya berada tepat di sebelah wajah wanita yang telah ditolongnya itu.
#
•
•
•
Hallo temen-temen readers! Terima kasih udah ikut temenin perjalanan Sora! Yuk bantu ramaikan perjalanannya dengan tinggalkan jejak kalian!
Thank you all ( ◜‿◝ )♡