Bias Fajar Angkasa
&
Marsya Nanda Pramudita
ORION
Berawal dari sebuah pertengkaran antara seorang ketua geng motor yang bernama Angkasa dengan seorang ratu wacana bernama Marsya. Membuat keduanya saling dekat.
Apakah dihati mereka akan hadir perasaan saling suka ataukah tidak?
Disini juga menceritakan kehidupan suatu club motor di SMA Respati yang benama ORION.
Dengan semboyan mereka yaitu :
Dimana bumi dipijak, disitu kami melangkah.
Jangan lupa vote, like, and komennya ya!
Ini adalah novel kedua yang aku buat.
Semoga kalian suka sama ceritaku ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurul Setya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dare
...Makasih. Gue suka waktu lo cium punggung tangan gue, Sya....
..._________________________...
Malam ini para peserta camping berkumpul di tengah-tengah alam terbuka yang dikelilingi oleh banyak pohon pinus untuk melaksanakan acara api unggun. Tumpukan kayu sudah di tata berdiri. Sambil menunggu api unggun berkobar para peserta camping sibuk bermain gitar, makan jagung bakar atau makanan ringan yang mereka bawa dari rumah, mengobrol dengan temannya, ada yang bermesraan dengan pacar mereka, dan ada juga yang hanya diam sambil bermain ponsel.
Sementara itu Marsya dan keempat temannya Kiran, Laras, Fina, dan Qinan justru sedang bermain truth or dare sambil memakan jagung bakar. Qinan memutar botol kaca sekali. Botol itu berputar semakin lama semakin pelan. Lalu perlahan berhenti tepat menunjuk Marsya.
"Lo kali ini harus pilih dare, Sya. Lo udah 3 kali milih truth mulu. Jadi kali ini harus dare! Gimana teman-teman?" ujar Qinan pada Marsya yang kini tengah menelan salivanya susah payah.
"Tapi gue penginnya truth!" tutur Marsya. Bagaimana kalo dare yang di berikan teman-temannya itu aneh-aneh?
"No! Gak bisa, lo harus pilih dare!"
"Tapi kan di dalam permainan gak boleh ada pemaksaan. Lah ini kalian maksa gue buat pilih dare," ujar Marsya.
"Bodo amat. Tuh aturan gak berlaku di kita-kita. Pokoknya lo harus pilih dare, Sya!"
"Betul tuh!"
"Harus!"
"Wajib!"
"No debat!"
Teman-teman Marsya memaksanya untuk memilih dare. Kini ia harus apa? Debat dengan 4 orang sekaligus. 4 vs 1? Jelas yang menang adalah yang paling banyak pendukung bukan?
"Lo gak bisa milih truth lagi Sya. Kalo udah lebih dari tiga kali," ujar Fina.
Marsya menghela napas pasrah. "Ya udah gue pilih dare. Emang apa dare nya?" tanya Marsya sembaru memakannjagung bakarnya.
Qinan tersenyum licik seakan sudah merancang sebuah rencana mematikan untuk Marsya. Demi apapun dare yang akan di berikan Qinan pastu bebahaya bagi Marsya. Bukan bahaya dalam artian mencelakai. Tapi bahaya dalam arti membuat serangan jantung dadakan dan malu sampai ke tulang belulang.
"Dare nya lo harus nyium tangan Angkasa di depan semua orang pas api unggun udah nyala," kata Qinan membuat Marsya tersedak jagung bakarnya.
"APPAAA?!!" kaget Marsya melebarkan kedua bola matanya.
"Bagus bener dare lo Qi," puji Laras.
"Kalo kata boboiboy, kartun favorit gue. TERBAIK!" ujar Kiran.
"Ide lo is Amazing tralala, Qi!" sorak Fina.
"BAGUS DARI MANANYA?! NGGAK!! GUE GAK MAU! OGAH BANGET GUE. NO! NIH DARE GUE TOLAK MENTAH-MENTAH. FIKS NO DEBAT!" tolak Marsya.
"Dare tetep dare, Sya. Masih mending gak gue suruh lo nyium pipi Angkasa," kata Qinan santai.
"Lo mending nyuruh gue lari keliling hutan atau yang lainnya. Tapi jangan yang berkaitan sama Angkasa!" ujar Marsya.
"Keliling hutan terlalu bahaya Sya," balas Qinan.
"TERUS LO PIKIR NYIUM TANGAN ANGKASA GAK BAHAYA APA? BUSA SAKIT JANTUNG DADAKAN GUE!" teriak Marsya membuat semua orang langsung menoleh padanya.
"Kecilin dikit tuh suara lo, Sya. Lo mau tambah malu?" tanya Laras.
"Bodo amat! Tetep aja ntar gue malu juga. Mau di taroh mana muka gur nanti, hah?!" tanya Marsya.
"Gampang, taroh hatinya Angkasa aman kok, Sya," goda Fina sambil tertawa cengengesan.
"Pengin gue gampar muka lo Fin?!" kesal Marsya.
"Pokonya ntar lo harus jalanin dare lo. Titik gak pake koma!" tegas Qinan.
"Woy ntar gimana kalo si Angkasa bentak-bentak gue atau marah-marah sama gue di depan semua orang?" tanya Marsya khawatir.
"Gini ya Sya. Kalo Angkasa suka sama elo. Gue jamin tuh cowok gak akan bikin lo malu depan banyak orang," tutur Kiran.
"Api unggun di mulai sepuluh menit lagi. Lo siapin aja mental buat jalanin dare lo nanti," ujar Qinan.
"Angkasa udah dateng sama temen-temennya tuh Sya!" tunjuk Laras membuat Marsya mengikuti arah tunjuk Laras.
Angkasa berjalan paling depan di antara teman-temannya. Cowok itu memakai kaos hitam bolos di balut jaket berwarna merah. Tatapan datar Angkasa seketika menghangat ketika bertemu dengan tatapan kekhawatiran Marsya.
"Angkasa baru dateng aja udah ngeliatin lo Sya. Itu artinya Angkasa suka sama elo!" ucap Qinan membuat kontak mata Marsya dengan Angkasa terputus karena Marsya beralih menatap Qinan.
"Palingan cuman kebetulan aja Qi!" bakas Marsya tak mau terlalu percaya diri.
"Kalo nanti Angkasa nggak marah waktu lo cium tangannya. Udah fiks itu Angkasa bener-bener suka sama elo!" kata Qinan.
"Dan kalo semisal Angkasa marah-marah sama gue ntar dan bikin malu gue deoan banyak orang. Kalian yang bakal tanggung jawab!" kata Marsya menunjuk teman-temannya.
*****
"KALA CINTA SUDAH MEMBARA AHAK!! AHAK!!" nyanyi Asep sambil memainkan gitarnya.
"RINDU JADI MENGGEBU-GEBU UHUK!! UHUK!!" sambung Maul menambah kehebohan.
"JANJI SERIBU JANJI!!!"
"JANJI APEL MALAM INI!!!"
Jika Angkasa di beri sebuah permintaan. Ia akan meminta untuk menulikan sebentar indra pendengarannya hingga teman-temannya selesai bernyanyi. Tak peduli dengan Angkasa, Asep dan Maul semakin heboh bernyanyi.
"Sadarkan teman-teman hamba ya Alloh!" ucap Oji mengangkat kedua tangannya berdo'a.
"Amin," Fira mengamini do'a yang di panjatkan Oji.
"Tiada hari tanpa kegilaan yanf merajalela!" ucap Dul melirik Asep dan Maul yang masih sibuk bernyanyi.
"Perlu di ruqiyah," ujar Nauval memijat pelipisnya yang tiba-tiba pusing karena mendengar nyayian Asep dan Maul.
Jika saja suara kedua orang itu seperti Judika atau Ariel Noah pastinya telinga mereka akan menikmati suaranya. Lah ini suara macam kodok kejepit yang di perdengarkan. Bisa-bisa gendang telinga mereka rusak seketika.
"Gak mau ikut nyanyi Ka?" tanya Asep pada Angkasa yang hanya diam saja. Tapi dalam hatinya Angkasa banyak mengumpati suara Asep dan Maul yang merusak fungsi gendang telinga.
"Gak!" tolak Angkasa cepat.
"Kapten mah malu-malu orangnya kalo di siruh nyanyi. Padahal gud tah kalo mandi Angkasa suka nyanyi," ujar Maul membuat Angkasa langsung menatapnya tajam.
"Wah wah wah! Jangan-jangan Maul suka ngintipin lo waktu mandi Ka!" tebak Ojan yang langsung mendapat jitakan kepala yang cukup keras dari Angkasa.
"Lo ngomong yang aneh-aneh lagi gue kubur lo hidup-hidup!" ancam Angkasa.
"Tuh si Marsya kesini mau ngapain? Ngapelin lo kali Kap!" ujar Asep sambil menepuk pelan lengan Angkasa.
"Mungkin!" kata Angkasa penuh percaya diri jika Marsya akan menghampirinya. Angkasa menatap Marsya yang semakin dekat berjalan menuju ke arahnya.
*****
"Tiga menit lagi api unggun bakal di mulai Sya! Cepet temuin pangeran Angkasa lo gih! " ujar Qinan mendorong pelan punggung belakang Marsya agar mau melangkah maju untuk menghampiri Angkasa yang sedang berkumpul dengan teman-temannya.
"No! Qi gue takut sumpah!" cicit Marsya sama sekali tidak berani menghampiri Angkasa.
"Ini dare Sya! Dare! Mau gak mau lo harus mau!" ujar Kiran membuat Marsya merasa terkepung.
"Kalian apa gak liat tuh Angkasa udah liatin gue mulu dari tadi?" tanya Marsya sambil melihat Angkasa dari jauh.
"Itu artinya Angkasa suka sama elo Sya!" ujar Qinan.
"Kepala gue pusing Qi. Kayaknya gue masuk angin deh. Gue harus balik ke tenda," ujar Marsya berusaha kabur dengan berbagai alasan.
"No! Lo gak bisa kabur dari kita Sya!" balas Qinan menahan Marsya yang mau kembali ke tenda.
"Udah sana Sya! Samperin gih tuh Angkasa keburu pergi ntar," paksa Fina.
"Selamatkan hambamu ini Tuhan!" batin Marsya was-was.
*****
Ketua acara camping sudah menyulut api unggun dengan obor. Dalam sekejap api dari obor itu merambat membakar seluruh kayu bakar hingga kobaran apinya menjulang tinggi. Percikan api berterbangan karena semilir angin yang berhembus sedikit kencang.
Semua orang duduk menepi dari api unggun agar terhindar dari percikan api. Tapi bagi Marsya percikan api itu sudah mengenainya setelah Angkasa memarahinya habus-habisan.
Marsya dengan keraguan di dalam hatinya mendekati Angkasa yang beranjak berdiri bersama teman-temannya. Angkasa akan kembali ke tenda jika Marsya tidak segera menuntaskan misi menantangnya.
"Angkasa!" panggil Marsya. Angkasa dan teman-temannya menoleh pada Marsya yang berdiri di belakang Angkasa.
"Tumben nyari abwang Angkasa neng? Kangen ya?" tanya Dul bergurau pada Marsya.
Angkasa memasukan kedua tangannya dalam saku celananya. Lalu ia berjalan mendekati Marsya yang masih berdiri diam di posisinya.
"Mau apa?" tanya Angkasa.
Marsya melirik tangan Angkasa yang berada di dalam saku celana. Lalu beralih menatap cowok itu.
"Gimana mau nyium tangan tuh cowok coba. Kalo tangannya aja dua-duanya masuk ke saku celana," batin Marsya kebingungan.
"Lo cuman mau manggil gue terus diem. Lo mau apa hmm?" tanya Angkasa mulai tak sabar karena Marsya justru melamun.
"Eh itu gu–gue ma–mau," ucapan Marsya terhenti karena bingung dalam merangkai kata-kata. Masa mau bilang Angkasa izin cium tangannya boleh gak?
"Mau apa Sya?" tanya Angkasa semakin tak sabar.
"Bo–boleh pinjem ta–tangannya gak?" tanya Marsya dengn terbata-bata.
"Pinjem tangan? Buat apa?" tanya Angkasa lagi.
"Bu–buat it–itu," Marsya kembali menggantukan kata-katanya.
Angkasa memincingkan matanya menatap Marsya curiga. Angkasa yakin ada yang memaksa Marsya untuk menemuinya. Lalu tatapan Angkasa menangkap keempat sahabat Marsya yang tengah bersembunyi dari balik pohon.
"Lo mau apa? Buruan ngomong, gak usah takut!" suruh Angkasa.
"Ya itu gue mau pinjem tangan kanan lo sebentar."
"Buat apa? Lo gak akan amputasi tangan gue kan?" Angkasa menaikan saru alisnya.
Marsya menggelengkan kepalanya. "Enggak kok. Tenang aja. Tangan lo aman , kagak gue amputasi. Gue cuman mau liat tangan kanan lo bentar," ujar Marsya.
"Udah lah Kap! Kasih aja tangan lo. Paling neng Marsya cuman mau ngeramal apa lo masa depannya apa bukan," ujar Munggar lalu tertawa beesama teman-teman yang lainnya.
Angkasa mengeluarkan tangan kanannya pada Marsya. Detik itu juga jantung marsya mulai pacuan kuda dan berdetak tak beraturan. Di raihnya tangan Angkasa. Lalu....
Cup!
"Sorry," cicit Marsya lalu sebelum mencium punggung tangan Angkasa hingga membuat teman-teman Angkasa yang melihatnya melongo. Bukan hanya mereka, orang-orang di sekitar api unggun pun di buat terkejut bukan main dengan perlakuan Marsya pada Angkasa. Angkasa saja juga terkejut.
Coba jelaskan sedetail-detailnya pada Angkasa sejak kapan Marsya mempunyai mental seberani dan sebesar ini? Apa urat malu cewek ini sudah putus?
"WAH KAP!! NENG MARSYA LAGI OTW GELADI BERSIH BUAT JADI ISTRI LO!" teriak Munggar heboh.
"LANGSUNG CUS GAS POL KE KUA AJA UDAH!" teriak Dul tak kalah hebohnya.
"Sorry ya gue lagi jalanin dare," lirih Marsya serekah mencium punggung tangan Angkasa. Kedua pipi Marsya sudah semerah tomat matang menahan malu yang luar biasa sampe ubun-ubun.
Marsya ingin cepat-cepat beranjak pergi namun tangannya di tahan oleh Angkasa. Dengan sekali tarikan tubuh Marsya tertarik hingga menabrak dada bidang Angkasa.
Cup!
Angkasa mencium kening Marsya. Semakin membuat heboh suasana di sekitar api unggun.
"Makasih. Gue suka waktu lo cium punggung tangan gue, Sya," bisik Angkasa tepat di telinga Marsya.
AUTHOR AUTO MENJERIT KEGIRANGAN!!! JADI PENGIN DAPET DARE KAYAK MARSYA DEH. HEHEHE.
...√...
Bersambung...
Wajib kasih vote, like, dan komen ya!!!
mulai ada konflik nih,,,, kaya nya bakalan ada baku hantam dan pengorbanan dan air mata nih hahahahahaha,,,
aku pembaca baru nih,,,, baru semalem nemu nya novel ini,,,,,
jadi aku bacanya marathon sampe skrg,,,,, semoga kedepannya ga bikin kecewa dengan menunggu up lama
konflik nya sedang aja jangan yg berat2