Pernikahannya kandas karena pengkhianatan suaminya, tetapi kemudian seseorang datang dan menawarkan cinta yang manis pada Prilly!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cherryblossom, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dia suamiku
Prilly tidak bisa berkata-kata lagi, dadanya telah sesak dengan kebahagiaan. Anthony menyerahkan buket bunga itu pada Mike dan berpindah haluan dengan kamera-kameranya yang telah siap untuk di bidik ke arah mereka.
“Sayang, maafkan aku. Karena tidak sempat melamarmu dengan romantis,” kata Mike sambil menekuk satu kakinya dan berlutut di depan Prilly, menyerahkan bunga pada Prilly. Prilly menerimanya dengan senang hati.
“Istriku, maukah kau menemaniku selamanya? Melahirkan anak-anak kita, bersama-sama membesarkannya mereka hingga kita menua, dan terus saling mencintai hingga maut memisahkan kita?” tanya Mike.
“Tentu, aku mau suamiku. Kita akan membesarkan anak dan cucu kita dengan cinta hingga menua dan hanya maut yang mampu memisahkan kita,” jawab Prilly. Mike memindahkan bunga di tangan Prilly dan meletakkan bunga itu di sofa kecil yang ada di dekat Prilly.
Mike mengambil sesuatu di saku jasnya dan mengeluarkam sebuah kotak perhiasan, kemudiian membukanya dan mengambil sebuah cincin. Dengan penuh kasih ia memasukkan cincin itu ke dalam jari manis Prilly, lalu Prilly juga mengambil satu cincin yang tersisa dan memasukkannga ke jari tangan Mike. Kemudian mereka berciuman, bersamaan sengan kembang api yang menyala di langit London sebagai back ground keromantisan mereka.
“Terima kasih, suamiku,” bisik Prilly pada Mike. Mike mencium punggung telapak tangan istrinya dengan penuh ketulusan.
Semua yang ada di ruangan itu bergembira, setelah mengambil banyak foto untuk di abadikan kemudian mereka mulai pesta kecil dengan beberapa botol anggur dan beberapa hidangan yang secara khusus di pesan Mike dari restaurant bertaraf internasional. Chefnya langsung yang menghidangkan untuk mereka.
Mereka membubarkan diri saat jam menunjukkan pukul dua malam, setelah berterima kasih dan mengucapkan salam perpisahan, Mike dan Prilly menuju kamar William untuk melihat putra kecil mereka yang tampak tertidur pulas tanpa perduli dengan kebahagiaan yang sedang menyelimuti kediaman mereka.
Prilly mengecup pipi bulat putranya dan membelai rambutnya penuh kasih sayang. Mike yang menyaksikan itu tersenyum penuh kebahagaiaan di wajahnya.
“Sayang ayo kita lanjutkan misi kita yang telah tertunda selama tujuh hari,” bisik Mike di telinga Prilly dan segera menggendong istrinya ala bridal style menuju kamar mereka. Tidak ada perlawanan, karena Prilly benar-benar sedang bahagia dan akan memberikan layanan terbaik untuk suaminya malam ini.
Setiap detik yang mereka lalui malam itu terasa sangat berharga dan penuh cinta, bahkan kehangatan di kamar itu mampu melelehkan salju yang menutupi seluruh atap bangunan Kota London.
***
Tanggal dua Januari adalah hari ulang tahun William, putra Prilly dan Alexander. Hanya perayaan sederhana dan seluruh keluarga dan kerabat dekat dan beberapa sahabat orang tua Prilly yang datang untuk makan malam. Setelah meniup lilin ulang tahun dan memotong kuenya, William bermain dengan beberapa anak-anak kecil yang berada di perjamuan makan malam itu. Mike duduk di sebelah Prilly, tangannya terus melingkar di pinggang Prilly padahal mereka duduk di kursi makan. Hingga orang-orang di tempat itu memandangi mereka penuh kecurigaan. Tak terkecuali Diana dan Richard Johanson orang tua Alexander.
“Mike, singkirkan tanganmu, duduklah secara normal” bisik Prilly.
“Hmm.” Hanyaitu jawaban pria bermata biru itu.
“Hubby, ayolah!” bisik Prilly memohon.
Mike melepaskan lengannya dari pinggang Prilly, namun kali ini tangannya berpindah ke paha Prilly dan mengelus elus paha Prilly yang terbungkus kain namun tetap saja itu membuat Prilly sedikit terbakar api gairah yang menjalar melalui sentuhan di pahanya.
“Mike,” Prilly menggertakkan giginya kesal, suaminya benar-benar seorang yang tidak tahu tempat. Kenapa ia baru mengetahui sifat mesumnya setelah menikah.
Ya Tuhan.
“Bagaimana jika kita kembali saja,” bisik Mike.
“Kita tuan rumah, Sayang” bisik Prilly gemas. “Bagaimana jika kau berfoto lagi bersama Willy?” Prilly benar-benar tidak tahan lagi duduk di samping suaminya yang tangannya terus saja bergerilya tanpa peduli mereka sedang berada di perjamuan makan malam. Mike tidak peduli pada keluhan Prilly, tangannya tetap manari-nari di atas paha istrinya, sesekali ia mengecup pundak istrinya membuat Prilly semakin merasa tidak nyaman.
Akhirnya Prilly benar-benar bangkit dari duduknya meninggalkan Mike dan mendatangi mertuanya. Nyonya Victoria yang duduk bersama Diana dan Sandra tak jauh dari William yang sedang bermain-main dengan teman kecilnya karena kursi yang kosong hanya di sebelah Diana, Prilly duduk di sebelah Diana setelah menyapa ketiga wanita tersebut.
“Prilly, Alex akan segera datang, ia masih dalam perjalanannya,” kata Diana tiba-tiba.
“Ooh. Baguslah, Mommy,” jawab Prilly tenang.
Victoria dan Sandra saling berpandangan dengan tatapan berbeda, Victoria dengan sedikit cemas sedangkan Sandra berusaha menyembunyikan ekspresi sinis dan kebencian mendengar nama Alexander.
Benar saja beberapa setelah Diana mengatakan Alexander akan datang, pria tanpa ekspresi tersebut benar-benar muncul, setelah menyapa beberapa orang yang berada di sana setelah menyapukan pandangannya mencari putranya, segera ia berusaha mendekati William dengan memberikan sebuah kotak berisi mainan yang tentu saja menarik untuk anak-anak. Dengan sedikit takut-takut William mendekati Prilly dan tatapan mata pria kecil itu seolah mengisyaratkan bahwa ia menginginkan mainan itu.
“William, apa kau menginginkan itu?” tanya Prilly lembut ia menekuk kakinya agar sejajar dengan William.
William hanya menganggukkan kepalanya. “Lets take it, and say thanks to your dad,” kata Prilly lagi.
Pria imut itu mengambil hadiahnya “Terima kasih,” ucap William tanpa kata ‘dad’.
“Bisa kah kau memberikan ciuman untukku sebagai ucapan terima kasih?” tanya Alexander senatural mungkin.
William hanya memandangi mainannya dengan senang tanpa mempperdulikan kata-kata Alexander,ayahnya.
“Willy, give your dad a kiss,” kata Prilly hangat dan lembut membuat hati Alexander seperti ingin meraih Prilly ke dalam pelukannya saat itu juga.
Ragu-ragu William menuruti kata-kata ibunya untuk mencium Alexander, dan Alexander merasakan ciuman William sangat lembut. Sedikit basah dari bibir William menempel ke pipi Alexander memberikan rasa nyaman yang tak pernah ia rasakan. Inikah rasanya menjadi seorang ayah?
Ada kehangatan yang tak dapat di ungkapkan menjalari hatinya. Alexander ingin sekali mengambil William ke pelukan namun mengingat putranya menangis ketakutan pertama kali mereka bertemu. Alexander menahan keinginannya itu. Kemudian ia bangkit dan duduk bergabung dengan ayahnya dan Federick Smith, ayah Prilly.
Setelah mencium ayahnya, William berlari ke arah Mike untuk menunjukkan apa yang ia dapatkan. Prilly mendatanginya dan duduk bergabung bersamanya dan Mike beserta Anthony dan Linlin.
William berceloteh manja di pangkuan Mike, tentu saja Alexander melihat dari jarak beberapa meter dengan tatapan cemburu yang berkobar. Bahkan Anthony yang bersahabat dengannya sejak kecil tak menyapanya sama sekali dan menganggap kehadirannya seperti angin lalu. Alexander sangat tertekan.
Semua terjadi karena kehadiran pria bermata biru itu!
Dengan anggun Alexander bangkit dan mendekati mereka dengan wajah kaku
“Prilly, aku perlu berbicara denganmu” kata Alexander langsung dengan suara dinginnya. Prilly menatap wajah suaminya, Mike.
Mike tidak bereaksi apa pun, sedangkan Anthony tangannya telah terkepal, ia sudah sangat emosi hanya melihat wajah Alexander dari jauh, kini sahabat sekaligus mantan adik iparnya itu sangat dekat rasanya benar-benar ingin membunuh Alexander saat itu juga.
“Kau bisa mengatakannya di sini, Alex,” jawab Prilly tenang.
“Tidak, ini masalah pribadi” ujar Alexander, nadanya memaksa.
“Baiklah,” jawab Prilly. “Hubby, kau ikutlah bersamaku,” kata Prilly meminta Mike ikut bersamanya sambil bangkit dari duduknya.
Mike bangkit dari duduknya dan memberikan William pada Anthony yang wajahnya tampak memerah karena menahan emosi.
“Aku hanya ingin berbicara denganmu bukan dengannya,” kata Alexander dingin.
“Alexander, saat ini Michael Johanson adalah suamiku. Aku rasa, ia berhak mengetahui semua urusan yang berhubungan dengan istrinya,” ucap Prilly ramah. Sama sekali tidak seperti Prilly pemalu yang Alexander kenal “Bukan begitu, Suamiku?” tanya Prilly manja pada Mike.
“Tentu saja, Istriku, ” jawab Mike sambil mengusap rambut di kepala Prilly.