Laura gadis berparas cantik, manis dan polos namun sayangnya dia sangat tak percaya diri dengan wajah nya itu. karena memiliki mata biru laut yang indah.
selama ini laura selalu berpikir hidupnya sangat kosong dan hampa meski ayah nya selalu memberikan cinta padanya, namun yang dia inginkan kasih sayang seorang ibu yang sudah lama dia tak merasakan.
tiba-tiba hidupnya berubah seperti tersambar petir setelah bertemu dengan laki-laki tampan. namun sifatnya yang membuat laura sangat kesal.
"ck, dasar jelek! minggir lo" ucapnya dengan mendorong tubuh laura yang mungil.
"yang seharusnya minggir itu lo, gak punya mata emangnya? padahal lo sendiri berdiri ditengah jalan dasar bigfoot!" sahut laura yang sedang membawa tumpukan penuh buku ditangannya.
kayden merigoh ponselnya disaku ia menekan aplikasi browser dan mencari nama bigfoot yang disebutkan laura.
telinga kayden memerah dia menatap tajam kearah laura. "hahaha, lo bilang gue apa tadi?"
"gue bilang bigfoot, lo tuli emang!" cetus laura
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon love_chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan william dan laura
"Pak ada temen bapak." Ucap siti.
Charles yang berada didapur segera keluar melihat william sudah duduk dikedai nya, charles menghela nafas panjang. "Tino gue kedepan dulu."
"Oke jangan lama-lama pesanan online banyak nih." Sahut tino yang sedang masak.
Charles berjalan menghampiri william yang sedang duduk sambil membaca menu. "Kaya nya ini enak.." ucap william.
"Mbak saya mau pesan." William mengangkat tangannya, meski didepan nya sudah ada charles william bersikap tak melihat nya.
"Iya pak mau pesan apa?" Tanya siti.
"Saya mau pesan ini satu dan ini juga ya." Jawab william menunjuk menu yang dia pilih.
Siti menganggukan kepala mencatat semua pesanan william, lalu ia berjalan menuju dapur untuk memberitahu jika ada pesan baru.
Charles sudah duduk didepan william, ia hanya menatap penuh curiga pada william mengapa kembali lagi.
"Ada apa?" Tanya charles dingin.
William tersenyum ceria. "Gue kesini mau makan les bukan mau ribut sama lo." Jawab willi dengan santai.
Charles mendelik malas dengan sahabatnya itu, dia tahu jika william hanya basa basi saja apa lagi charles belum menjawab permintaan dari direktur utama.
"Jangan pura-pura, lo kesini masih mau minta buat jodohkan kedua anak kita bukan?" Ucap tegas charles.
Willi tertawa geli dengan sikap charles yang selalu berbicara langsung ke intinya, charles hanya menatap penuh waspada pada william.
"Gue kesini memang ingin makan, lo tau pekerjaan gue sekarang banyak banget apa lagi putra sulung gue sudah pulang. Dan sekarang dia lagi bawa adik-adik nya entah kemana?" Ujar william dengan lembut.
Charles masih tak mengerti dengan apa yang dimaksud william. "Ke intinya aja gue gak punya waktu."
"Gue emang berharap kita bisa satu keluarga tapi gue gak bisa paksa lo juga, lo tau putra sulung gue terlalu dingin dan tegas sampai sekarang dia gak punya pasangan. Putra bungsu gue selalu membuat masalah yang buat gue pusing sebenarnya gue pengen hidup lebih tenang aja les. Dan gue harap lo bisa bantu perusahaan yang ada di london." Ucap charles dengan penuh permintaan.
Charles terdiam sampai sekarang william tak pernah mengeluh apapun, seberapa keras keluarganya pria itu selalu bersikap seperti tak ada masalah.
Dan terkadang membuat charles begitu sangat iri dengan william, selalu terlihat ceria didepan orang yang dia sayangi. Dan bisa bersikap tegas ketika menjalankan peran nya sebagai direktur.
"Gue masih pikirkan itu, soal kerjaan ini harus dibicara sama putri gue." Ujar charles.
William menganggukan kepala. "Gue paham, yaudah lo kembali kerja sekarang gue mau nikmati makan siang."
Tring..
Suara pintu kedai bunyi charles dan william dengan bersamaan menoleh kearah pintu.
Mata william terpukau dengan pertumbuhan laura sewaktu kecil. "Itu putri lo?" Tanya william.
Charles yang melihat william begitu tampak antusias dengan cepat charles bediri dan menghampiri laura.
"Kamu ngapain kesini?" Tanya charles yang mencoba menghalangi william menatap putrinya.
"Aura kesini mau ambil sepeda dan mau bantu dikedai sekarang weekend pasti rame pa." Jawab laura polos.
Charles terus menghalangi william yang membuat laura kebingungan. "Ada apa pa?"
"Nggak, kamu ambil sepeda terus pulang ya hari ini kebetulan agak sepi." Ucap charles.
William hanya terkekeh dengan tingkah charles dengan rasa ingin menggoda william bangun dari duduknya.
"Halo, kamu laura anak nya charles bukan?" Sapa william dengan ramah.
Laura tersenyum sangat manis. "Iya om, kalau boleh tau om siapanya papa?"
Charles menatap tajam kearah william yang membuat william semangat menggoda charles.
"Kamu lupa sama om ya, wajar sih soalnya dulu kita terakhir ketemu pas kamu umur 4 tahun sih. Om ini sahabatnya papa kamu dan biasa dipanggil william." Ucap william.
Laura benar-benar lupa dengan william karena diusia 4 tahun itu sulit untuk mengingat kenangan.
Laura memberikan senyuman pada william yang membuat charles semakin kesal. "Kamu jangan senyum sama om gila ini. Nanti diculik papa jadi sedih." Celetuk charles memeluk laura.
Laura terkekeh. "Om william baik kok pa, mana mungkin culik aku secara terbuka."
William tertawa renyah mendengar sahutan laura, dan charles kalah telak bisa-bisanya laura mengatakan seperti itu.
"Sudah lah les, putri lo tau kalau gue ini orang baik-baik." William menepuk bahu charles namun ditepis dengan kesal.
"Ingat ya, kalau lo berani sentuh dan ambil putri gue. Pulang-pulang tinggal nama aja." Ancam charles.
Laura mencubit perut charles. "Aduh sayang kenapa kamu cubit papa sih." Lirihnya.
"Papa kenapa ngomong gitu sih, segala mengancam om william itu sudah termasuk tindakan kriminal tau." Ucap laura dengan polos.
"Ya papa tau itu, tapi papa takut kamu diculik dia sayang. Maafin papa ya." Charles memasang wajah sedih.
William yang melihat itu merasa iri dengan charles begitu dekat dengan putrinya, berbeda dengannya yang sedikit jauh dengan anak-anaknya karena sibuk bekerja.
"Papa minta maaf ke om william cepat." Titah laura tegas.
"Kok ke dia sih! Papa gak mau ah." Rengek charles.
"Papa!!"
Charles mengalah jika putrinya berbicara sambil menghela nafas. "Sorry will, gue cuma takut lo ambil putri kecil gue aja."
William tertawa. "Hahaha, santai gue juga tau kalau laura putri kecil lo. Tenang aja gue juga punya putri kecil ya meski kita gak terlalu dekat sih."
~o0o~
Allen hanya diam berjalan perlahan menghampiri mereka berdua, kayden berusaha untuk melindungi bianca agar tak disakiti allen.
Bianca hanya diam dan menatap kayden adik bungsunya yang begitu mengkhawatirkan nya.
"Makasih lo udah perduli sama gue." Ucap bianca melepaskan tangan kayden.
Kayden tak menoleh sama sekali. "Kita itu saudara kandung wajar saling melindungi, kalau lo pergi siapa temen berantem gue babi."
"Hahaha, gue pikir lo takut kalau gue beneran hilang." Beo bianca sambil tertawa dan melepaskan tangan kayden.
Allen semakin mendekat kearah kayden dengan cepat bianca mengambil kesempatan untuk terjun dari tebing, meski dibawah sana ada sungai namun tetap saja bianca tidak bisa berenang.
Kayden terkejut melihat bianca yang nekat terjun, kayden segera ingin menolong bianca namun dengan cepat allen sudah terjun terlebih dahulu.
Bianca menatap keatas tubuhnya perlahan tenggelam jatuh kebawah, ia tersenyum entah apa yang ada dipikirannya saat ini.
Allen terus berenang dan mencoba meraih tangan bianca. "Gak mungkin itu kak allen bukan." Ucap bianca dalam hatinya.
Nafas bianca semakin sesak terlalu banyak menghirup air, allen dengan cepat menarik bianca keluar dari air. Ditepi sana sudah ada kayden yang menunggu allen menggendong bianca ala bride style.
Ia menurun kan bianca ditanah dan melakukan CPR, allen terus berusaha agar bianca segera sadar dan kayden sudah menghubungi sekertaris pribadi allen.
"Bian bangun kakak mohon." Ucap allen dengan penuh harapan.
Bianca tersadar dan melihat wajah allen begitu khawatir, ia melihat kesamping kayden sudah menangis dan berpikir sekarang dia sudah ditempat lain.
Allen menggendong bianca menuju villa, sesampainya disana bianca sudah dirawat oleh dokter pribadi keluarga alexander.
Kayden sangat khawatir dengan kondisi bianca, saat allen datang ingin memastikan kondisi bianca kayden dengan cepat memukul allen.
Apa tak lebih kurangnya sakit mental ya begitu? 🤷🏻♀️🤷🏻♀️🤷🏻♀️🤷🏻♀️🤷🏻♀️