"Ma, Papa Anin masih hidup atau sudah pergi ke Sur_ga?" tanya bocah cantik bermata sayu yang kini berusia 5 tahun.
"Papa masih hidup, Nak."
"Papa tinggal di mana, Ma?"
"Papa selalu tinggal di dalam hati kita. Selamanya," jawab wanita bersurai panjang dengan warna hitam pekat, sepekat hidupnya usai pergi dari suaminya lima tahun yang lalu.
"Kenapa papa enggak mau tinggal sama kita, Ma? Apa papa gak sayang sama Anin karena cuma anak penyakitan? Jadi beban buat papa?" cecar Anindita Khalifa.
Air mata yang sejak tadi ditahan Kirana, akhirnya luruh dan membasahi pipinya. Buru-buru ia menyeka air matanya yang jatuh karena tak ingin sang putri melihat dirinya menangis.
Mendorong rasa sebah di hatinya dalam-dalam, Kirana berusaha tetap tersenyum di depan Anin.
Sekuat tenaga Kirana menahan tangisnya. Sungguh, ia tak ingin kehilangan Anin. Kirana hanya berharap sebuah keajaiban dari Tuhan agar putrinya itu sembuh dari penyakitnya.
Bagian dari Novel : Jodoh Di Tapal Batas.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24 - Tangisan Kirana
Awalnya Mia ingin diantar Rama agar kembali ke tempat karaoke saja untuk mengambil motornya. Namun, Rama beralasan rawan be_gal jika membiarkan Mia pulang sendirian naik motor larut malam seperti ini.
Akhirnya Mia yang sedang malas berdebat dengan Rama, menerima tawaran pria tersebut untuk mengantarkannya pulang ke kosan.
Namun, mobil Rama hanya sampai di depan gang. Sebab, gang tempat tinggal Mia tak bisa dilewati oleh mobil. Hingga kini Mia masih bungkam perihal tempat tinggal Kirana pada Rama.
"Tak perlu diantara ke dalam. Aku gak mau tetangga kampung sini menduga yang tidak-tidak karena diantar oleh seorang pria. Apalagi kamu bawa mobil bagus begini. Nanti heboh gosip di kampung ini tentangku," tutur Mia.
"Iya, aku paham kok. Makasih udah mau ngobrol sama aku,"
"Hem,"
"Kamu besok libur atau kerja?" tanya Rama.
"Aku libur sehari. Kenapa?"
"Kalau kamu gak sibuk, aku besok ingin ngajak jalan sekalian lanjutin obrolan kita."
"Ngobrol soal apa lagi?"
"Aku masih ingin ngobrol soal Kirana. Tapi boleh dicampur obrolan pribadi tentang aku dan kamu,"
"Dasar modus!"
"Enggak masalah kan sambil nyelem minum air," goda Rama.
"Enggak apa-apa. Nanti kalau perutmu kembung gara-gara kebanyakan air, resiko ditanggung sendiri!"
"Beres," sahut Rama.
Sebelum keluar mobil, Rama sempat meminta nomor W A Mia. Awalnya Mia menolak untuk memberikan kontak pribadinya pada Rama.
Akan tetapi, pada akhirnya Rama berhasil mendapatkannya setelah ia sedikit memaksa dan membujuk Mia.
Kemudian, Mia keluar dari mobil Rama. Mia masuk ke dalam gang tempat kosannya berada dengan berjalan kaki. Tanpa sepengetahuan Mia, Rama belum pergi dari sana. Setelah memberikan jeda waktu, Rama memilih untuk keluar dari mobilnya.
Ia melihat ke arah pos ronda yang terdapat beberapa warga duduk di sana sembari ngopi. Dominan tentunya warga laki-laki yang berada di sana. Lalu, Rama perlahan melangkah untuk menuju pos ronda tersebut.
"Permisi," sapa Rama saat sudah mendekat.
"Eh, iya Mas. Ada apa?"
"Maaf, saya mau tanya sebentar. Apa bapak-bapak di sini kenal dengan wanita yang namanya Mia?"
"Kenal. Mia yang kerja di tempat karaoke itu kan?"
"Iya, betul. Ini orangnya," jawab Rama seraya menunjukkan sebuah foto Mia di galery ponselnya pada bapak yang sedang berbicara dengannya tersebut.
Kebetulan tadi Rama berhasil memotret Mia secara diam-diam alias candid kala wanita itu sedang melahap makanan di piringnya.
"Iya, saya kenal betul sama Mia. Dia memang sudah lama tinggal di sini. Ada urusan apa Mas cari Mia?"
"Saya tak ada niat jahat kok. Saya cuma mau tanya alamat tinggal Mia karena ada barangnya dia yang tertinggal di mobil saya. Saya bermaksud ingin mengembalikannya," ucap Rama seraya menunjuk ke arah mobilnya yang terparkir tak jauh dari sana.
Warga tersebut pun akhirnya percaya dan memberikan alamat kosan Mia pada Rama. Tak lupa, Rama mengucapkan terima kasih serta memberi uang rokok pada bapak tersebut.
Setelah itu, Rama memilih untuk meninggalkan area tersebut. Ia mengatakan besok pagi saja akan mengembalikan barang milik Mia karena saat ini sudah larut malam.
Padahal faktanya, tak ada barang Mia yang tertinggal di mobilnya.
"Gotcha," batin Rama terlihat begitu bahagia usai mendapatkan alamat kosan Mia.
☘️☘️
Sedangkan di tempat lain tepatnya di sebuah kamar apartemen mewah di mana Aldo dan Kirana berada, terjadi aksi tak terencana.
Niat Aldo membawa Kirana ke apartemen miliknya, sebenarnya untuk bertukar kata. Walaupun rindu membumbung tinggi terhadap Kirana, Aldo sama sekali tak punya niatan untuk menyatukan raga dengan istri keduanya itu.
Akan tetapi, api cemburu tak kasat mata mendadak datang dan membakar hebat hati Aldo. Membuat logika Aldo buyar seketika. Menjelma bagaikan monster mengerikan yang siap melahap tubuh Kirana hingga habis tak bersisa.
Aldo menulikan pendengarannya atas rintihan Kirana. Ia melahap rakus bibir merah delima Kirana hingga bengkak.
Kirana pun merasakan kebas di area bibirnya. Api kemarahan terlihat jelas pada tindakan Aldo saat ini.
Cengkeraman tangan Aldo padanya, membuat Kirana tak bisa melepaskan diri. Bahkan Aldo mencekal kedua tangan Kirana ke atas. Terbungkus kabut penuh gai_rah membuat Aldo semakin ingin segera menenggelamkan diri dalam kubangan gelora ranjang.
Aldo menarik kasar pengait br_a milik Kirana.
Srekkk...
Lantas dengan cepat membuang benda kera_mat itu secara sembarangan hingga ter_0nggok mengenaskan di atas lantai.
Bibir dan hidung mancung Aldo berlarian menge_cupi rahang dan leher Kirana. Terlihat tak sabaran dan tergulung naf_suu.
Namun, tak dapat ditampik. Tubuh Kirana seolah menerima setiap inci dari sentuhan dari Aldo yang memabukkan tersebut, sehingga mengaburkan kewarasannya.
Napas Aldo terdengar tak beraturan dan berantakan, begitu pun Kirana.
Dalam hatinya, Kirana sempat merutuki dirinya sendiri. Terlebih sebuah desa_han lak_nat tiba-tiba lolos tanpa sengaja dari bibir Kirana. Di mana Aldo tengah sibuk mence_rup rakus keranuman membu_sung mahoni kembar Kirana secara bergantian dengan bibirnya.
"Ahhh..." de_sah Kirana.
Tubuh keduanya sama-sama bereaksi mendamba. Maklum kegiatan pele_buran in_tim seperti ini di antara mereka berdua telah lama diliburkan. Dahaga kehausan akan kebutuhan ragawi pun tak mampu dibendung lagi.
Kecu_pan bertubi-tubi Aldo layangkan pada sekujur tubuh Kirana. Hingga membuat sang empunya tubuh yang menjadi objek sasaran keganasan Aldo, telah basah di bawah sana. You know what I mean.
Di mana kondisinya saat ini pakaian Aldo masih lengkap. Sedangkan di tubuh Kirana, hanya menyisakan panty warna merah jambu yang masih membungkus area krusialnya di bawah sana. Rok mini yang sebelumnya dipakai Kirana pun telah lepas dari tubuhnya.
Kala tangan Aldo hendak melepaskan dala_man terakhir milik Kirana di bawah sana, tiba-tiba terdengar tangis Kirana di telinga Aldo.
"Aku mohon jangan lakukan," pintanya dengan suara parau di sela isak tangisnya.
"Hiks..."
Bersambung...
🍁🍁🍁
siapa ya yg fitnah kirana , kasian kirana yg sabar ya ki😭
kasian bgt bumil di dorong polisi ko gitu ya
astagfirullah, cmn bisa inhale exhale
Pen jambak Aldo boleh gak sih?? Tapi takut dimarahin pak Komandan...
Do, bnr² lu yee, suami gak bertanggung jawab!!! Pantes kmrn nangis sesunggukan, merasa berdosa yak... Tanggung Jawab!!! Kudu dibwt bahagia ntu si Kirana sama anak²nya sekarang!!!
lanjutkan.....
Hamil 1 ajah berat, apalagi ini hamil kembar dah gt gak ada support system... hebat kamu Kirana, mana cobaan datang bertubi² 👍👍👍 saLut
alasanya jelas karena dia merasa kecewa karena Kirana tidak lagi bisa digunakan sebagai boneka balas dendamnya pada Aldo