NovelToon NovelToon
Blood & Oath

Blood & Oath

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan Tentara / Perperangan / Fantasi Timur / Action / Fantasi / Balas dendam dan Kelahiran Kembali
Popularitas:659
Nilai: 5
Nama Author: Ryan Dee

Tharion, sebuah benua besar yang memiliki berbagai macam ekosistem yang dipisahkan menjadi 4 region besar.

Heartstone, Duskrealm, Iron coast, dan Sunspire.

4 region ini masing masing dipimpin oleh keluarga- yang berpengaruh dalam pembentukan pemerintahan di Tharion.

Akankah 4 region ini tetap hidup berdampingan dalam harmoni atau malah akan berakhir dalam pertempuran berdarah?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ryan Dee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Act 14 - Ser Torren The bold

James, Ser Garrick dan yang lain nya bergegas untuk kembali ke rumah Sandel sebelum para knight menyadari keberadaan mereka, bagaimana pun juga mereka tetap lah seorang buronan, tidak peduli jasa apa yang telah mereka perbuat status mereka sebagai buronan tidak akan berubah.

Cahaya matahari perlahan menyinari hutan menembus pepohonan yang sangat rindang. Hujan pun telah berhenti meninggalkan aroma khas yang meliputi seluruh hutan.

"Jadi apa yang kalian lakukan di iron coast?" tanya Ser Garrick.

James terdiam mendengar pertanyaan itu.

Zein menepuk pundak Ser Garrick dan berbisik kepadanya.

"Sebaiknya jangan tanyakan soal hal itu sekarang, kurasa dia masih merasa sangat kecewa atas apa yang telah terjadi" bisiknya.

Garrick pun membalas berbisik kepada Zein.

"Ceritakan padaku apa yang terjadi" ucap Ser Garrick.

Zein melihat kearah James sejenak sebelum melanjutkan pembicaraannya dengan Ser Garrick.

"Tujuan kami ke sini adalah untuk meminta bantuan pada teman masa kecil James yang bernama Erick" bisik Zein.

"Tapi Erick malah menghianati kami dan mengirim pasukan untuk menyergap kami semua, aku tertangkap tapi akhirnya aku bisa lepas" lanjut zein.

Ser Garrick terdiam.

"Erick, apa yang kau lakukan?" ucap Ser Garrick dalam hati.

"Tetaplah waspada, kita belum sepenuhnya berada di tempat yang aman!" ucap James dengan nada sedikit keras.

James terus mengingat kembali saat dimana orang yang sudah dia anggap sebagai teman menghianati nya begitu saja.

wajah Erick yang berlari kearahnya sambil menghunuskan pedangnya terus terbayang di ingatannya.

Tanpa disadari, James mengepalkan tangannya dengan keras.

Melihat itu Celeste lalu berjalan di sebelah James dan menggandeng tangan James untuk menenangkannya.

James menoleh kearah Celeste dan tersenyum tipis, Celeste membalas senyuman itu dan terus berjalan menyusuri hutan ini.

-

-

-

Tiba-tiba seseorang muncul dari balik pepohonan.

James langsung memegang gagang pedang nya dan menghunus pedangnya lalu mengacungkannya kearah orang itu muncul.

Langkah mereka semua terhenti, mata saling menatap dengan tajam dan atmosfer terasa semakin tegang.

Pria itu mengangkat tangannya dan perlahan menampakan dirinya.

"Tenanglah, aku kesini bukan untuk bertarung" ucap pria itu.

Melihat pria itu mata James terbelalak, begitu juga dengan yang lain. Zein ingin maju untuk menyerang tapi dihentikan oleh Galland yang menenangkan nya.

"Berani-beraninya kau menampakan wajah mu disini!" ucap Zein

"Erick!" ucap James.

"Aku kesini hanya untuk mengucapkan terimakasih atas apa yang kalian lakukan di peperangan tadi, jika bukan karena kalian kami sudah pasti kalah." ucap Erick sambil masih mengangkat kedua tangannya.

"Kami melakukan itu bukan untuk kalian!" ucap James dingin.

"ya aku mengerti, aku hanya ingin menyampaikan itu dan memberikan mu ini" ucap Erick mengeluarkan pedang dari pinggangnya.

"Apa yang-" ucap zein bersiap untuk bertarung.

Galland masih menahan zein agar tidak bertindak gegabah.

"Komandan ku ingin kau menerima pedang ini" ucap Erick.

Mendengar itu James berjalan mendekati Erick untuk mengambil pedang itu, tapi belum sempat melangkah Celeste menarik tangannya.

"Biar aku saja" ucap Celeste lembut sambil menatap mata James.

Celeste berjalan perlahan mendekati Erick yang masih memegang pedang di kedua tangannya.

"Ambil lah" ucap Erick.

tanpa sepatah katapun Celeste langsung meninju pipi Erick sehingga dia menjatuhkan pedang itu dan mundur satu langkah kebelakang.

Melihat ini James dan yang lain terkejut tapi tidak berkata apapun bahkan tidak mencoba untuk menghentikan Celeste.

"Kau adalah pria paling menjijikan yang pernah aku temui!" ucap Celeste tegas.

Erick hanya menunduk mendengar hal itu.

"Bagaimana kau bisa menghianati sahabat masa kecil mu dan ketika bertemu kembali kau sama sekali tidak mengucapkan sedikitpun permintaan maaf!" lanjut Celeste.

"Aku kesini hanya sebagai pembawa pesan, urusan pribadi hanya akan mengganggu misi ku ini" ucap Erick pelan.

Celeste terlihat sangat kesal mendengar perkataan Erick dan mengangkat tangannya untuk kembali melemparkan tinju kewajahnya.

Tapi sebelum bisa melancarkan tinju itu, James memegang tangan Celeste.

"Sudahlah, kita harus cepat pergi dari sini" ucap James.

Celeste lalu mundur dan James berdiri berhadapan dengan teman masa kecilnya itu.

"Erick, simpan saja pedang ini" ucap James singkat.

James berbalik badan dan berjalan meninggalkan Erick tanpa kata-kata lanjutan.

Erick hanya terdiam melihat sahabatnya pergi meninggalkan nya sendiri di hutan ini, dia pun mengambil pedang itu dari tanah dan pergi kearah berlawanan untuk kembali ke pantai.

-

-

-

Greywind beach

Para pasukan medis mencoba untuk menyelamatkan para knight yang terluka parah akibat peperangan besar malah tadi, sementara sisa pasukan yang masih bisa bergerak bebas membantu untuk mengubur pasukan yang gugur dan juga membersihkan pantai dari tubuh dan darah para Thal'kren yang mati.

Para penduduk desa setempat pun datang untuk membantu proses pembersihan pantai dan juga membawa makanan untuk membantu para knight disini.

Ser Torren duduk diatas pasir hitam yang masih basah akibat hujan tadi dan melihat kesekitarnya.

Banyaknya korban berjatuhan membuat beban dihatinya semakin berat, tembok yang tadinya kokoh sekarang hanya tinggal reruntuhan yang mungkin akan rata dengan tanah jika dihantam oleh angin yang sedikit besar.

Sementara itu Ser Edgar memerintahkan pasukannya untuk mengambil balista dan amunisi dari atas tembok pertama untuk dipindahkan ke tembok kedua karena tembok pertama sudah tidak mungkin untuk diperbaiki.

Ser Edgar yang sedang sibuk tiba-tiba melihat Ser Torren yang sedang tersungkur di pasir dengan tatapan putus asa yang terlihat jelas dimatanya.

Dia pun memutuskan untuk menghampiri Ser Torren dan berbicara kepadanya.

"Kau bertarung sangat berani Torren" ucap Sir Edgar dengan suara beratnya.

"Jika bukan karena mu dan pasukan mu, cavalry ku tidak akan bisa mengatur formasi untuk menyerang" lanjutnya.

"Apa yang terjadi disini bukan salah mu, jadi bangkitlah agar semua nyawa yang berjatuhan disini tidak menjadi sia sia" ucap Ser Edgar sambil mengulurkan tangannya.

Ser Torren pun mengambil tangannya dan bangkit dari duduknya.

"Terimakasih" ucap Ser Torren.

"Tapi nyawa yang berjatuhan disini itu semua tanggung jawabku, aku yang meminta mereka untuk bertarung bersamaku dan itu menjadikan aku bertanggung jawab atas pasukan yang gugur malam ini" ucap Ser Torren lalu pergi meninggalkan Ser Edgar.

Ser Edgar hanya terdiam dan membiarkan Ser Torren pergi untuk menenangkan diri.

-

-

-

Ser Torren berjalan menuju tenda tempat Ser Balon di rawat. Dia memasuki tenda itu dan melihat Ser Balon yang terbaring di ranjang dengan tangan dan kaki yang di balut perban.

Seorang perawat langsung bangkit dari kursinya melihat Ser Torren datang memasuki tenda itu.

"Komandan!" ucap perawat itu memberi hormat.

"Bagaimana keadaan Ser Balon saat ini?" tanya Ser Torren.

"Tangan kanannya remuk dan kaki kirinya juga patah, untuk kakinya kemungkinan bisa pulih seperti sebelumnya tapi untuk tangan nya kemungkinan untuk pulih itu kecil dikarenakan tulangnya yang remuk menjadi beberapa bagian" ucap perawat itu.

"Mungkin dia bisa sembuh tapi dia tidak akan bisa menggunakan tangannya seperti dulu lagi dan itu berarti dia tidak akan bisa bertarung lagi" lanjutnya.

Ser Torren terdiam menatap tubuh Ser Balon yang terbaring lemas lalu dia menepuk pundak perawat itu dan pergi keluar.

Dengan perban di kepalanya Ser Torren menaiki kudanya dan pergi ke arah tembok pertama melewati lubang yang dibuat monster Thal'kren raksasa itu.

Dia berhenti tepat di depan lautan yang luas laku turun dari kudanya. Dia berjalan perlahan dan berhenti ketika air laut menyentuh kakinya.

Bau asin dari laut yang sangat menyengat tercium di hidung Ser Torren, Pasir yang sangat jarang diinjak oleh manusia ini terasa seperti padang luas yang sangat kelam.

Ser Torren berdiri menatap lautan dengan perasaan marah yang amat dalam.

"KELUARLAH!" Teriak Ser Torren.

Matanya memancarkan aura kemarahan yang sangat dalam, seluruh otot ditubuh nya mengencang dan tangannya menggenggam gagang pedang di pinggang nya.

"AYO KITA SELESAIKAN INI SEKARANG JUGA!" Teriak Ser Torren.

Suaranya bergema diantara suara ombak yang saling bersahutan dan tiba-tiba sesosok Thal'kren datang dari balik ombak.

Tubuh besarnya terlihat berbeda dibanding Thal'kren lain dan dia memegang pedang yang seperti terbuat dari es yang membeku.

makhluk itu berjalan santai diantara ombak mendekati Ser Torren yang masih tetap berdiri tegap.

"Kau, apakah kau raja dari para Thal'kren?" ucap Ser Torren.

Makhluk itu mengangguk dan mengeluarkan pedangnya.

"Kalau begitu ayo kita selesaikan saat ini juga!" ucap Ser Torren.

"Pemimpin melawan pemimpin, siapapun yang menang akan mengakhiri ini semua" lanjutnya.

Tiba tiba 5 Thal'kren muncul dari belakang raja Thal'kren itu.

"S-sang Raja menerima tantangan mu!" ucap salah satu Thal'kren itu.

Ser Torren pun mundur ke tengah pantai dan bersiap untuk bertarung.

Erick dan Ser Edgar datang dan menghampiri nya.

"apa yang terjadi?" ucap Ser Edgar.

"Aku menantang pemimpin mereka untuk berduel agar semua ini selesai tanpa menambah korban jiwa lebih banyak lagi" ucap Ser Torren.

mendengar itu Ser Edgar mengangkat Warhammer nya.

"Biarkan aku yang bertarung, kau masih terluka dan akan sulit untuk mengalahkan makhluk itu dengan kondisi seperti ini" ucap Ser Edgar.

"tidak, ini pertarungan antar pemimpin dan disini akulah pemimpin nya!" ucap Ser Edgar.

"Kalian berdua berjaga lah disini untuk memastikan tidak ada yang menggangu jalan nya duel ini" Lanjut Ser Torren.

Mereka pun hanya bisa setuju dan membiarkan Ser Torren untuk bertarung melawan Thal'kren itu.

Ser Torren menghunus kan pedangnya dan berjalan perlahan mendekati Raja Thal'kren tersebut.

Armor silver nya bersinar terkena cahaya matahari, rambutnya berterbangan dihembus oleh angin laut yang membawa aroma asin dari laut.

Ser Torren bersiap untuk bertarung bukan hanya untuk dirinya sendiri, tapi untuk nasib seluruh Tharion.

1
Mr. Wilhelm
kesimpulanku, ini novel hampir 100 persen pake bantuan ai
Ryan R Dee: sebenernya itu begitu tuh tujuannya karena itu tuh cuma sejenis montage gitu kak, kata kompilasi dari serangan disini dan disana jadi gak ada kata pengantar buat transisi ke tempat selanjutnya, tapi nanti aku coba revisi ya kak, soalnya sekarang lagi ngejar chapter 3 dulu buat rilis sebulan kedepan soalnya bakalan sibuk diluar nanti
total 7 replies
Mr. Wilhelm
transisi berat terlalu cepat
Mr. Wilhelm
Transisinya jelek kyak teleport padahal narasi dan pembawaannya bagus, tapi entah knapa author enggak mengerti transisi pake judul kayak gtu itu jelek.
Ryan R Dee: baik kak terimakasih atas kritik nya
total 1 replies
Mr. Wilhelm
lebih bagus pakai narasi jangan diberi judul fb kek gni.
Mr. Wilhelm
sejauh ini bagus, walaupun ada red flag ini pake bantuan ai karena tanda em dashnya.

Karena kebnyakan novel pke bantuan ai itu bnyak yg pke tanda itu akhir2 ini.

Tapi aku coba positif thinking aja
perayababiipolca
Thor, aku hampir kehabisan kesabaran nih, kapan update lagi?
Farah Syaikha
🤔😭😭 Akhirnya tamat juga, sedih tapi puas, terima kasih, author.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!