Wulan, seorang bayi perempuan yang diasingkan ke sebuah hutan karena demi menyelamatkan hidupnya, harus tumbuh dibawah asuhan seekor Macan Kumbang yang menemukannya dibawa sebatang pohon beringin.
Ayahnya seorang Adipati yang memimpin wilayah Utara dengan sebuah kebijakan yang sangat adil dan menjadikan wilayah Kadipaten yang dipimpinnya makmur.
Akan tetapi, sebuah pemberontakan terjadi, dimana sang Adipati harus meregang nyawa bersama istrinya dalam masa pengejaran dihutan.
Apakah Wulan, bayi mungil itu dapat selamat dan membalaskan semua dendamnya? lalu bagaimana ia menjalani hidup yang penuh misteri, dan siapa yang menjadi dalang pembunuhan kedua orangtuanya?
Ikuti kisah selanjutnya...,
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Namamu
Wulan Ningrum yang tersindir, mendengkuskan nafasnya dengan kesal. Tetapi perutnya juga lapar, dan ia berjalan menghampiri sang pemuda yang sedang menghadap perapian.
Ia ikut duduk diatas bongkahan kayu tersebut, dan menyelipkan pedangnya dipinggang.
"Kau ini seperti Siluman, kadang datang, kadang pergi tanpa dapat ditebak," ucap Wulan, lalu meletakkan telapak tangannya didekat perapian untuk mendapatkan rasa hangat.
"Apakah kau bisa menebak apakah aku Siluman atau manusia," tanya sang pemuda, yang tak lain adalah Rajendra.
"Mungkin keduanya," sahut Wulan Ningrum dengan ketus.
Rajendra terkekeh. Lalu memberikan satu tandan pisang bakar yang sudah matang, dan kulitnya hampir hangus. "Makanlah, mungkin kau lapar." ia menyodorkannya kepada sang gadis.
Wulan yang sudah lapar, lalu mengambilnya, dan ia mulai memakannya.
"Kamu tinggal dimana?" tanya Wulan penasaran.
"Didesa itu," tunjuknya sembarang saja, pada kelipan cahaya pelita yang ada dikaki bukit.
"Aku juga mau kesana, mungkin kita dapat jalan bersama ke sana," sahut Wulan penuh semangat, setidaknya ia memiliki teman saat dalam perjalanan.
"Ya, jika kau mau," sahut Rajendra dengan hatinya yang dipenuhi debaran.
Sesaat Wulan mengendus aroma kasturi, aroma yang sering membuatnya merasa penasaran, tetapi ia mencoba mengabaikannya.
"Siapa namamu?" tanya Rajendra memberanikan dirinya. Sejujurnya ia sangat gugup saat berduaan ditengah hutan nan gelap ini bersama gadis cantik tersebut.
"Wulan Ningrum Ning...," ia menghentikan ucapannya, dan mencoba menyembunyikan identitasnya, itu yang dipesankan oleh sang Macan Kumbang yang sudah menjadi orangtua asuhnya selama ini.
"Ning.. Apa?" tanya Rajendra penasaran, sebab sang gadis terhenti seketika.
"Ya Ningrum," kilahnya, lalu mengambil pisang bakar itu, dan memakannya kembali.
"Kalau kamu, siapa namamu?" tanyanya balik.
"Kelana," sahutnya berbohong.
"Oh, begitu. Bagus juga," sahut Wulan, meski ia sendiri tidak faham apa artinya.
"Kamu disini sedang mencari apa?"
"Mencari seorang istri," jawab Rajendra cepat.
Wulan Ningrum mengerutkan keningnya. Sebab ia tidak mengerti maksudnya.
"Apa itu istri?" tanyanya dengan rasa penasaran.
"Sepasang pria dan wanita yang melakukan pernikahan dengan perjanjian sakral dan ritual," jawab Rajendra, ia sepertinya memanfaatkan kepolosan Wulan Ningrum.
Jika ia dapat menjadikan gadis itu permaisurinya, maka ia akan menikah berbarengan dengan Narendra.
Baginya Wulan Ningrum adalah wanita idamannya, sebab selain cantik, ia juga memiliki kemampuan bela diru yang cukup mumpuni, bisa jadi nantinya akan melatih para prajurit untuk membentuk benteng pertahanan dalam nusantara.
"Aku tidak faham akan hal itu," jawabnya dengan polos.
"Ya kalau tidak faham, biar aku beri tahu, tapi kamu harus menikah beneran dengan ku," sang Pangeran mulai menjebak gadis tersebut.
"Apakah hubungan itu terikat?" tanyanya lagi.
"Ya, hubungan yang terikat,"
"Tetapi aku sedang ingin melakukan sebuah tugas yang tidak boleh ada keterikatan dengan siapapun," jawab Wulan Ningrum.
"Aku tidak akan membuatmu terikat dalam urusanmu, hanya hubungan perasaan dan juga status yang terikat. Dengan menjadi istriku, kau akan lebih bebas untuk melakukan misimu," sahut Rajendra, berusaha untuk terus mempengaruhi sang gadis.
"Aku ingin ke Kadipaten Utara, apakah kau tau dimana tempatnya?" tanya Wulan Ningrum, yang terus saja berusaha mengalihkan pembicaraan tersebut.
"Aku tau dimana tempatnya, asalkan kau mau menjadi istriku, maka ke kadipaten Utara adalah hal yang sangat mudah bagiku,"
"Mengapa kau memberikan syarat untuk hanya menolongku?" Wulan Ningrum mulai terlihat sangat ketus. Ia merasa jika Rajendra mulai mempermainkannya, bahkan seolah sedang menjebaknya.
"Aku hanya mempermudah jalanmu yang sulit, dan itupun jika kau mau. Sebab ada banyak gadis yang sudah mengantri untukku," sahut Rajendra dengan sombongnya.
"Hah?! Ada banyak gadis? Apakah sama sepertiku?" tanya Wulan Ningrum dengan rasa penasarannya.
"Ya, ada banyak gadis, bahkan jauh lebih cantik darumu," pemuda itu mulai melancarkan serangannya.
"Heeem mengapa kau menikahi mereka saja," Wulan Ningrum beranjak dari duduknya lalu menuju pohon yang tumbuh tak jauh dari tempatnya tadi mengobrol.
Mendengar jawaban sang gadis, membuat Rajendra justru terjebak dengan ucapannya sendiri ia mengira jika nantinya sang gadis akan cemburu, tetapi justru mengabaikannya.
Setelah merasa kenyang justru rasa kantuk datang menghampirinya. Ia harus menghemat tenaganya sebelum esok kembali melanjutkan perjalanan.
Dalam sekejap, gadis itu sudah tertidur pulas, dan ia terlihat begitu sangat lelah.
Rajendra menghampirinya, lalu menatap wajah ayu sang gadis yang tampak mempesona saat tertidur seperti itu.
Saat bersamaan, satu sosok pria sepuh sedang memperhatikannya. Ia membawa sebuah tongkat ditangannya.
"Eheeem," ia berdehem, dan menyadarkan sang pemuda saat ingin menyentuh pipi sang gadis.
Sontak saja hal itu membuatnya terkejut dan menoleh ke arah pria berambut panjang dengan warna abu-abu alias ubanan.
Pemuda melimpat dan menghampiri pria tua yang tak lain adalah Macan Kumbang.
"Salam Guru, aku tidak nakal!" ucapnya dengan hormat.
"Jangan coba menyentuhnya,"
"Aku tidak menyentuhnya, hanya melihat saja," jawabnya meyakinkan. "Aku ingin mengajaknya menikah apakah Guru mengijinkannya?" ucapnya dengan wajah memelas.
Sang Macan Kumbang terlihat diam, tetapi ka sedang memikirkan sesuatu yang sangat rumit dan ia juga sedang dalam mencari jalan agar nantinya Wulan Ningrum menemukan tempat yang cocok.
"Sepertinya bagus juga, sebab bagaimana pun, puteriku harua mendapatkan Tempat yang layak," sang Macan Kumbang menanggapi.
Seketika wajah Rajendra kembali cerah, dan ia sudah mendapatkan restu dari kucing hitam besar tersebut.
"Waaah, terimakasih, Mertua aku sangat senang mendengarnya,"
"Tapi, sekali lagi ku ingatkan, nika sampai kau menyakitinya, maka bersiaplah untuk menerima cakaran dariku!" ancamnya dengan dengan suara yang tegas.
"Baik, Bapak Mertua, saya akan ingat semua nasehatnya,"
Sang Macan Kumbang menatap intens pada pemuda dihadapannya.
"Pria itu yang dipegang adalah janjinya,"
Rajendra menganggukkan kepalanya, dan mengambil kesempatan tersebut.
"Pria sejati berusaha untuk menantikan menepati janjinya," Rajendra meyakinkan sang calon besannya.
"Heeem, baiklah. Aku titipkan ia padamu, dan jaga baik-baik," pesan sang pria sepuh tersebut.
Setelah mengatakan itu, sang Macan Kumbang menghilang dari pandangannya.
Saat ini, hanya suara serangga malam yang terus saja berdendang dengan ria.
Rajendra kembali ke bawah pohon, tempat dimana sang gadis sedang beristirahat.
Ia duduk disamping sang gadis, lalu ikut menyandar dibatang pohon yang sama.
Karena tertidur sangat lelap, tanpa sengaja Wulan menjatuhkan kepalanya kepundak, sungguh membuatnya sangat gemetar.
"Aku tak sabar untuk membawamu menemui ayahandanya dan menyampaikan keinginannya untuk dapat menikahi sang gadis.
Ia tahu, pasti akan pertentangan, sebab Wukan Ningrum tidak diketahui siapa nasab gadis tersebut.
Namun, ia akan berusaha meyakinkan sang ayahanda, jika gadis ini benar layak mendapatkan gelar permaisuri.
"Esok semuanya akan berubah," Rajendra berujar dengan sangat lirih, hingga akhirnya ia pun berusaha meyakinkan sang Raja sepenuhnya.
Visual by Rhiney... Makasih ya..
~Maaf slow Up, baby Arsyi sedang demam
tp ini rajendra mah kok ya suka kali ngelitik si macan sih 🤔🤔
kk siti masih ada typo ya di atas hehehe
meski aq ratu typo sih 🤭🤭