NovelToon NovelToon
Dok, Berikan Aku Obat Cintamu!

Dok, Berikan Aku Obat Cintamu!

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / One Night Stand / Anak Genius / Dokter Genius / Menikah Karena Anak
Popularitas:34.6k
Nilai: 5
Nama Author: Aisyah Alfatih

Satu malam naas mengubah hidup Kinara Zhao Ying, dokter muda sekaligus pewaris keluarga taipan Hongkong. Rahasia kehamilan memaksanya meninggalkan Jakarta dan membesarkan anaknya seorang diri.

Enam tahun kemudian, takdir mempertemukannya kembali dengan Arvino Prasetya, CEO muda terkaya yang ternyata adalah pria dari malam itu. Rahasia lama terkuak, cinta diuji, dan pengkhianatan sahabat mengancam segalanya.

Akankah, Arvino mengetahui jika Kinara adalah wanita yang dia cari selama ini?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah Alfatih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

28. Akhirnya terbongkar semua

Semua orang tertegun, Savira mematung di tempatnya, wajahnya pucat pasi.

“D-Daddy?” gumam salah satu perawat, tak percaya.

Arvino mengangkat wajahnya, menatap seluruh staf dan dokter yang memenuhi area rumah sakit itu. Tatapannya tegas, suaranya mantap dan berwibawa.

“Mulai hari ini, aku ingin semuanya tahu,” katanya sambil menggenggam tangan Ethan dan menatap ke arah Kinara yang berdiri di belakang. “Dokter Zhao bukan hanya dokter keluarga kami. Dia adalah wanita yang akan menjadi istriku.”

Bisik-bisik langsung pecah di antara staf rumah sakit.

“Benarkah?”

“Berarti Ethan…?”

“Ya Tuhan, jadi itu anak Tuan Arvino?”

Arvino menatap Ethan penuh kebanggaan, lalu menoleh pada semua orang.

“Dan anak ini ... Ethan, dia adalah darah dagingku. Dia putraku.”

Savira menutup mulutnya dengan tangan, matanya membulat tak percaya. “Kau … kau tidak bisa lakukan ini padaku, Arvino!”

Namun, Arvino tetap tenang, bahkan suaranya semakin dingin.

“Yang tidak bisa kulakukan, Savira, adalah terus memaafkan kebohonganmu. Enam tahun kau menipuku, mencuri tempat yang bukan milikmu.”

Savira menjerit, wajahnya merah padam. “Aku lakukan itu karena aku mencintaimu! Karena aku ingin bersamamu, Arvino!”

“Cinta tidak bisa tumbuh dari kebohongan,” potong Arvino tajam.

“Mulai hari ini, seluruh fasilitas atas namamu dicabut ... jabatan, vila, mobil, dan semua tunjangan yang pernah kuberikan. Kau tidak lagi menjadi bagian dari keluarga Prasetya maupun rumah sakit ini.”

Kerumunan hening, beberapa staf menunduk, sebagian lainnya menatap Savira dengan pandangan iba.

Kinara yang sejak tadi diam hanya menatap pemandangan itu dengan perasaan campur aduk. Tangannya refleks menggenggam jari kecil Ethan yang berdiri di sampingnya, menatap Arvino dengan bangga.

“Pemutusan tunangan ini sudah final,” tambah Arvino tanpa ragu.

“Karena satu-satunya wanita yang pantas berada di sisiku adalah Dokter Zhao, ibu dari anakku.”

Tepat setelah itu, tepuk tangan pelan terdengar dari beberapa staf di ujung ruangan. Savira berdiri terpaku, air matanya jatuh tanpa suara, sementara Arvino menatap Kinara lembut, pandangan yang membuat seisi ruangan tahu, cinta dan kebenaran akhirnya menemukan jalannya.

Arvino tak ingin berlama-lama dalam keributan itu. Ia menatap Zaki dengan pandangan singkat namun tegas.

“Urus semuanya, Zaki. Aku tak mau lagi melihat dia di rumah sakit ini.”

“Baik, Tuan,” jawab Zaki cepat, dengan nada yang membuat seluruh staf paham kalau keputusan itu final dan tak bisa diganggu gugat.

Arvino lalu berbalik, menggandeng tangan Kinara yang masih tampak kaget namun berusaha tenang, sementara Ethan berlari kecil di antara mereka sambil menggenggam ujung jas Arvino.

“Ayo, kita lihat keadaan Kakek.” Nada suaranya hangat, namun tetap berwibawa.

Savira yang berdiri di tengah kerumunan menatap punggung mereka penuh amarah. Wajahnya memerah, matanya berkilat penuh kebencian.

“Kau pikir aku akan diam, Kinara?!” teriaknya lantang, suaranya menggema di seluruh lobi rumah sakit.

“Kau perampas! Dasar wanita murahan yang pura-pura suci!”

Namun Kinara hanya melirik sekilas, lalu melanjutkan langkahnya tanpa mengucap sepatah kata pun. Sikap dingin dan tenang itu justru membuat Savira semakin kalap.

“Lihat saja, kalian semua akan menyesal!” teriaknya lagi.

Beberapa perawat yang dulu sering diperlakukan kasar olehnya kini saling berpandangan dan mulai berbisik, tak sedikit yang berani mencibir keras-keras.

“Sekarang siapa yang jatuh, hah?”

“Dulu sombong banget, giliran dipecat malah ngamuk.”

“Rasain, karma nggak pernah tidur.”

Savira menatap mereka dengan marah, matanya penuh air mata bercampur dendam. “Diam kalian semua! Kalian cuma iri padaku!”

Zaki maju, berdiri tepat di depannya dengan ekspresi datar.

“Nona Savira, tolong jaga kehormatan dirimu. Kau sudah tidak punya hak apa pun di sini.”

“Aku tidak akan pergi! Ini rumah sakit milikku juga!”

“Bukan lagi,” jawab Zaki dingin. “Perintah Tuan Arvino sudah jelas kau mendengarnya.”

Ketika Savira masih menolak, Zaki memberi isyarat pada dua satpam yang berjaga di depan lobi. Tanpa berkata banyak, keduanya menghampiri Savira dan dengan sopan namun tegas memintanya keluar.

“Lepaskan aku! Lepaskan! Kalian tidak tahu siapa aku!” teriak Savira histeris, namun tak seorang pun menolongnya kali ini.

Para perawat hanya menonton, beberapa bahkan tersenyum lega melihat wanita yang selama ini menindas mereka akhirnya jatuh di tempat yang sama di mana dulu ia berdiri sombong.

Di sisi lain, Arvino, Kinara, dan Ethan telah menghilang di balik pintu koridor menuju ruang perawatan khusus. Langkah mereka beriringan, meninggalkan semua keributan di belakang. Bagi Kinara, hari itu terasa seperti akhir dari masa kelam yang lama menghantuinya dan awal dari babak baru, di mana kebenaran akhirnya berpihak padanya.

Begitu memasuki ruang perawatan khusus, suasana berubah tenang. Aroma obat dan suara mesin monitor jantung terdengar lembut di ruangan luas itu. Di sana, Tuan Besar Prasetya terbaring lemah, namun matanya sudah terbuka. Meski belum bisa berbicara banyak, pandangannya tajam menatap ke arah pintu ketika Arvino, Kinara, dan Ethan masuk.

“Kakek...” ucap Arvino pelan sambil menghampiri. Ia menggenggam tangan sang kakek dengan tatapan haru. Tuan Besar menggerakkan jari-jarinya perlahan, seolah mencoba menyampaikan sesuatu. Kinara segera memeriksa tekanan darah dan denyut jantungnya, memastikan semuanya stabil.

“Keadaannya mulai membaik, tapi jangan dipaksa bicara dulu,” ucap Kinara lembut.

Tuan Besar menatapnya lama, lalu memindahkan pandangannya pada Ethan yang berdiri di sisi ranjang sambil menggenggam boneka kecilnya. Anak itu menatapnya polos, lalu tersenyum.

“Aku Ethan, Kakek ingat aku kan? ... cucu Kakek,” katanya pelan seraya mendekat dan tersenyum pada Tuan Besar Prasetya.

Air mata mengalir di sudut mata Tuan Besar. Arvino menunduk, menatap pemandangan itu dengan perasaan campur aduk antara bahagia, lega, dan penyesalan.

Beberapa detik kemudian, Tuan Besar berusaha mengangkat tangannya dan menyentuh kepala Ethan. Gerakan kecil itu saja sudah cukup membuat semua orang di ruangan itu terharu.

“Enam tahun, Dokter Zhao. Enam tahun aku menunggu saat seperti ini.”

Kinara tersenyum kecil, tapi dalam hatinya masih ada kegelisahan tentang masa lalu yang belum seluruhnya terbuka, tentang bagaimana semua potongan teka-teki mulai mengarah pada satu titik. Namun, sebelum sempat berbicara lebih jauh, pintu ruangan terbuka. Mawar masuk dengan wajah lega.

"Bagaimana keadaan Ayah mertua?" tanya Mawar, Kinara tersenyum lembut pada calon ibu mertuanya.

"Tuan Besar sudah membaik, perlahan tapi pasti." Mawar mengangguk dan mengusap lengan Kinara, seolah mengatakan berkat kamu.

Ethan menarik tangan Arvino sambil berkata, “Daddy, Kakek sudah bangun. Berarti nanti kita bisa tinggal di rumah ini lagi, ya?”

Arvino tertawa pelan dan mengusap kepala anaknya. “Iya, Sayang.”

Namun jauh di luar ruangan, di parkiran belakang rumah sakit, Savira duduk di dalam mobilnya dengan wajah penuh amarah dan mata yang basah. Tangannya menggenggam ponsel, menatap foto Kinara dan Arvino bersama Ethan.

“Kau pikir sudah menang, Kinara ?” suaranya bergetar di antara tawa sinis.

“Kau belum tahu siapa yang sebenarnya kau lawan. Aku akan hancurkan semuanya.”

1
ken darsihk
Ini sudah siang thor di tunggu up nya 💪🏼💪🏼
Aisyah Alfatih: otw kak, sabar ya baru pulang 🤭
total 1 replies
ken darsihk
Savira seandainya kamu tobat dan mengakui kesalahan mu , mungkin masih ada pintu maaf buat mu Savira
ini koq semakin menjadi seolah lo yng terzholimi dan tersakiti
ken darsihk
Yesss memang harus seperti itu Arvino , kamu harus tegas ke uler keket Savira 😠😠😠
Agar orang-orang tidak salah menilai dr Zhao
Nanik Arifin
kamu aj yg buta Vir, g tahu dg siapa yg kau cari lawan. sekali kibaskan tangan, seluruh keluargamu musnah
Esther Lestari
Savira dikurung saja cepetan
sryharty
penjara aja savira
Citra
jgn dilepaskan ular berbisa Savira ya thoor bikin masalah baru aja😁
Ucio
Kenapa gk di kurung sj itu ular Betina Vino,,😄
A.M.G
akhirnya digusur juga 🤣🤣🤣🤣
A.M.G
heh lu yang pencuri teriak pencuri tolong mak tor tampol mulut ya 🤭🤭
A.M.G
gak sabar liat si mak lampir pake baju orange
A.M.G
semoga gak ada yang tau tes DNA takut di sabotase lagi smaa si ulet
A.M.G
akhirnya semoga terbongkar
IbuNa RaKean
knp ga ada pengumuman c tuh d RS kalo Savira bukan tunangan arvino lagi🤭biar ga merajalela trs tuh Mak Lampir..
tp lbih bgus skr lgsg d pecat
sryharty
dasar ma lampir
udah salah belaga playing victim lagi
Ucio
Lambat Vino,tapi boleh la tambh tamparan nya lagi
Teh Euis Tea
dasar ular betina jahat bgt
Ddek Aish
akhirnya terbebas dari ulat bulu
Kimo Miko
woi...... babi ngepet gak salah ? justru kamu yang seolah olah jadi korban waktu itu padahal kamu yang menjerumuskan kinara , kau buat kinara gak sadar. dasssaaarrr parahhh!!!
Kimo Miko: 🤭🤭🤭🤭🤭🤭😁
total 2 replies
ken darsihk
Eehhh Savira di sini yng jahat lo ya , koq membalikkan fakta seperti nya lo yng paling tersakiti 😠😠😠
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!