Dulu Renes berkenalan sejak masih kecil bahkan saat Valia melaksanakan pendidikan, renes selalu ada. Tapi sayang saat akan bertunangan, Valia kabur memilih menjadi istri senior yang notabene adalah duda satu anak. Luka hati tersebut membuatnya sulit menerima hadirnya wanita lain di dalam hidupnya.
Namun di waktu berganti, siapa yang menyangka Tuhan mengirimkan gadis pecicilan, kekanakan, ceroboh dan keras kepala hingga kecerobohan gadis itu membuat Renes harus bertanggung jawab dan menikahi gadis tersebut, gadis yang juga adalah adik dari suami mantan kekasihnya.
Belum cukup dengan itu, sulitnya mengatakan cinta membuat sahabatnya Aria, masuk ke tengah hubungan mereka dan membuat Renes meradang. Apakah sebenarnya Renes mencintai gadis itu.
Saat bunga rasa mulai bermekaran, ujian cinta datang. Kehilangan kekasih hati membuat guncangan batin yang hebat pada diri Renes, hingga Tuhan kembali mengirim satu cinta yang sebenarnya ia pendam dalam diamnya sejak lama.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bojone_Batman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
30. Cinta membuncah.
Bang Renes menggeleng lemah. "Tidak tau.. Tiba-tiba saja..."
Bang David membantu Bang Renes berdiri dan memapahnya ke pinggir lapangan. Bang Renes duduk di bawah pohon rindang, berusaha mengatur napasnya.
"Kamu kenapa sih? Sakit beneran?" tanya Bang David cemas.
Bang Renes menggeleng lagi. "Tidak tauuu... Tapi rasanya aneh sekali."
Tiba-tiba, Bang Renes teringat sesuatu. Ia menatap Bang David dengan tatapan terkejut.
"David... Fia... Fia hamil..!!" seru Bang Renes.
Bang David mengerutkan keningnya. "Saya tau. Memangnya kenapa?"
"Saya... Saya juga merasa mual seperti ini saat Fia hamil..!! Jangan-jangan..." Bang Renes menggantungkan kalimatnya, matanya membulat besar.
Bang David terdiam. Ia menatap Bang Renes dengan tatapan tidak percaya.
"Tidak mungkin... Mana ada mual nyamber begini." gumam Bang David.
"Mungkin saja. Ini juga syndrome yang menyerang suami." seru Bang Renes. Ia berusaha berdiri, tapi tubuhnya masih lemas.
"Kamu jangan percaya takhayul. Mual dan ngidam itu nggak ada, semua hanya akal-akalan perempuan biar bisa manja. Dulu si Risha, istrinya Papaku itu juga sok mual. Ujung-ujungnya minta perhatian juga." Jawab Bang David.
"Bisa ya kamu bilang begitu. Mual dan ngidam itu karena hormonnya berantakan. Jangan lah kamu bilang begitu. Perempuan hamil karena kita-kita ini juga, istri saya hamil juga karena saya yang pengen anak. Masa berani buat, nggak berani tanggung resikonya." Kata Bang Renes.
Bang David sejenak terdiam, ia tidak ingin berdebat lagi dengan sahabatnya. Tak banyak bicara, ia memapah Bang Renes ke ruang kesehatan lapangan.
...
Sementara itu.. di tempat yang berbeda, di rumahnya, Laras sedang merasakan kontraksi hebat. Perutnya yang besar terasa semakin berat dan sakit. Ia sudah tidak sabar ingin segera melahirkan anaknya.
"Aduh... Sakit sekali..." rintih Laras sambil memegangi perutnya.
Bang Arial, yang berada di sampingnya, tampak panik. "Kamu kenapa, dek? Apa sudah mau melahirkan? Masih tujuh bulan, kan?" tanya Bang Arial cemas.
"Sepertinya iya... Sakit sekali..." jawab Laras dengan napas tersengal-sengal.
"Kita harus segera ke rumah sakit!" seru Bang Arial kemudian menyambar tas yang sudah selalu siap di ruang tamu.
Bang Arial pun membantu Laras berdiri dan membawanya ke mobil. Mereka segera melaju menuju rumah sakit terdekat.
Di dalam mobil, Laras terus mengerang kesakitan. Bang Arial berusaha menenangkannya, meskipun ia sendiri juga merasa panik.
Tak lama Laras membuang nafas lega. "Sudah, Bang. Nggak sakit lagi."
"Apa sih, dek?? Yang benar saja. Abang panik nih." Omelnya kesal karena dirinya benar-benar panik.
"Iyaa, rasanya sudah hilang."
Terang saja Bang Arial geregetan tapi apa daya, dirinya tidak mungkin berdebat dengan bumil.
"Kita putar balik saja ya? Nggak jadi ke rumah sakit?" tanya Bang Arial hati-hati.
"Nggak mau. Mau makan sate kelinci di sana." Jawab Laras.
"Ya ampun, dek..!! Kirain mau lahiran. Ya sudah lah, nurut saja." Bang Arial menghela nafas pasrah.
...
"Benar Pak Ren. Couvade Syndrome adalah kondisi di mana seorang pria mengalami gejala-gejala kehamilan yang dialami oleh istrinya. Gejala-gejala ini bisa berupa mual, pusing, ngidam, bahkan kenaikan berat badan," jelas dokter.
"Apa penyebabnya?" tanya Bang David.
"Penyebabnya belum diketahui secara pasti. Tapi diduga, Couvade Syndrome disebabkan oleh faktor psikologis. Pria yang sangat dekat dan empatik dengan istrinya yang sedang hamil, cenderung mengalami gejala-gejala ini," jawab dokter.
Bang David menatap Bang Renes dengan tatapan penuh pengertian. Ia tahu, Bang Renes sangat mencintai dan menyayangi Fia. Ia sangat peduli dengan kehamilan Fia.
"Jadi, ini hanya masalah psikologis?" tanya Bang David.
"Kemungkinan besar begitu. Tapi sebaiknya, Anda tetap berkonsultasi dengan psikolog untuk memastikan diagnosisnya," jawab dokter.
Bang Renes mengangguk setuju. "Baiklah. Saya akan berkonsultasi dengan psikolog," kata Bang Renes.
"Semoga cepat sembuh, Pak Renes," kata dokter.
"Terima kasih," jawab Bang Renes.
Bang David dan Bang Renes pun meninggalkan ruang kesehatan. Mereka berdua merasa lega karena tidak ada yang aneh dengan kondisi Bang Renes. Namun, mereka juga penasaran dengan Couvade Syndrome yang sebenarnya.
"Jadi, kamu cuma mengkhayal, Ren?" tanya Bang David sambil tertawa.
"Enak saja, Ini bukan khayalan. Ini namanya cinta dan perhatian. Sayang sama adikmu itu." balas Bang Renes.
"Iya deh, iyaa. Yang bucin memang beda." goda Bang David.
Bang Renes hanya tersenyum. Ia tidak peduli dengan ejekan Bang David. Yang penting, ia tahu bahwa ia sangat mencintai Fia dan ia akan selalu ada untuknya.
...
Kondisi Fia berangsur membaik. Ia merasakan kandungannya semakin kuat, dan senyumnya mulai kembali menghiasi wajahnya.
Usai jam dinas, Bang Renes membawa Farra kecil datang menjenguk Fia. Gadis kecil itu berlari memeluk Fia erat-erat, melampiaskan rasa rindunya.
"Mama Fia, Ayya kangen sekali sama Mama," ucap Farra kecil dengan suara bergetar.
Fia membalas pelukan Farra dengan sayang. "Mama juga kangen sekali sama Farra. Maaf ya, Mama belum bisa main sama Farra," kata Fia lembut.
"Tidak apa-apa, Mama. Farra senang Mama sudah sehat. Kata Papa, adik kecil juga harus istirahat." balas Farra kecil sambil tersenyum.
Bang Renes tersenyum melihat interaksi Fia dan Farra. Hatinya menghangat melihat kebahagiaan di wajah kedua wanita yang sangat ia cintai itu.
"Farra, sini sama Papa. Kita belikan Mama Fia makanan yang enak, ya?" ajak Bang Renes.
"Oke, Papa!" jawab Farra kecil dengan semangat.
Bang Renes dan Farra kecil pun pergi mencari makanan untuk Fia. Fia menatap kepergian mereka dengan tatapan haru. Ia bersyukur memiliki keluarga yang begitu menyayanginya.
:
"Ini, Sayang. Martabak kesukaanmu." Bang Renes menyodorkan martabak manis kepada Fia.
"Wah, terima kasih, Papa sayang. Papa memang yang terbaik," kata Fia sambil tersenyum. Mungkin memang martabak bukanlah makanan mewah tapi perhatian Bang Renes sungguh luar biasa memberinya semangat.
"Apa?? Coba ulang lagi..!!" Pinta Bang Renes.
Fia tersipu malu untuk mengulangnya kembali. "Terima kasih, Papaa..!!"
Senyum Bang Renes terkembang lebar. "Sama-sama kasihku.." Jawabnya kemudian mengecup kening Fia. "Mama Fia sayang."
.
.
.
.
bagus detun, kerjain ayahmu biar gak emosian terus, bang Renes mabok sekalian ngidam disusul bang David jg kebobolan 😂😂😂
awas tumbuh benih² sayang eh cinta 😂😂😂