Secercah Kasih Dari Timor
Kali ini Letnan Renes Dhean Sidiq sangat benci hari Senin. Bukan karena harus kerja tapi dirinya sudah telat rapat pagi untuk kegiatan penilikan Kompi apalagi laporan keuangan yang membuatnya ingin menjedukkan kepala ke meja. Sebagai seorang perwira muda yang gagah dan berwibawa, Renes terbiasa menghadapi tekanan. Tapi hari ini, kesabarannya benar-benar diuji.
"Kuletakkan dimana map itu??? B*****t, sudah telat nih." gumamnya jengkel.
Jam sudah berputar ke arah kanan semakin cepat. Bang Renes pun memilih meninggalkan ruangan mengambil segala konsekuensi yang mungkin akan terjadi nanti.
~
Braaaakk...
"Aaaawwhh.. es kuuu..!!!!" pekik seorang gadis.
Bang Renes mendongak. Seorang gadis dengan rambut dikuncir asal dan kacamata yang melorot di hidung menatapnya panik. Di tangannya ada segelas plastik berisi es mocc yang sudah kosong melompong. Kemeja seragam Bang Renes basah kuyup oleh cairan manis berwarna cokelat itu. Sebagai seorang perwira, Bang Renes selalu menjaga penampilannya, kejadian ini benar-benar merusak citranya.
"Ya Allah Gustiii.. darimana datangnya kutu beras ini?????" Gerutunya semakin jengkel.
"Kutu???? Om tidak lihat gadis secantik ini?????" suara gadis itu sungguh memekkan telinga.
"Cantik darimananya??? Kalau mau cantik minimal tinggi, Neng. Badan hanya sebesar karet ban dalam saja bangga." Bang Renes pun berlalu meninggalkan gadis itu.
Tapi siapa sangka gadis itu tidak terima dengan hinaan pria yang jujur memang memiliki tubuh tinggi tegap.
Bang Renes mengibaskan pakaiannya berharap warna dan aroma kopi segera lenyap dari tubuhnya.
Gadis yang kesal itu lalu menghadang langkah Bang Renes, ia memegang kedua pundak pria itu lalu melompat hingga keningnya menghantam kening pria muda di hadapannya.
duuuggg..
"Aaahh.."
Tak hanya itu, gadis itu mencubit dua tombol rahasia di balik pakaian seragam loreng Bang Renes.
Geram dengan tingkah bocah itu, Bang Renes refleks berniat membalas tapi apa daya, dirinya tidak mungkin membalas hal yang sama pada seorang wanita karena jatuhnya akan menjadi hukum pelecehan.
"Apa?? Apaaa?? Mau balas?? nggak berani ya?? Nih kalau mau." Gadis itu sengaja menyodorkan dadanya.
Seketika Bang Renes menjadi salah tingkah dan panas dingin menghadapi gadis kecil itu.
"Gila..!!" umpat Bang Renes dalam hati. Gadis di hadapannya benar-benar tidak tau malu. Dengan cepat Bang Renes memalingkan wajahnya, berusaha menetralkan ekspresinya yang mulai memerah. Jelas tidak mungkin tidak ada rasa sedangkan dirinya sudah matang dengan interaksi antara pria dan wanita.
"Kamu ini siapa sih? Kenapa tiba-tiba menghadang saya dan berbuat kurang ajar seperti ini?" tanya Bang Renes dengan nada suara yang berusaha dikendalikan sekuatnya.
Gadis itu menyeringai. "Kenalan dulu dong, Om. Nama saya Raras. Kelas dua belas, sudah mau lulus dan ambil jurusan hukum. Kebetulan, Raras benci banget sama orang yang sombong dan merendahkan orang lain." ujar gadis tersebut panjang lebar.
Bang Renes mengernyit. "Jadi, ini alasan kamu melakukan semua ini? Kamu pikir dengan melakukan tindakan seperti ini, kamu bisa membuat saya merasa bersalah?"
"Tentu saja tidak, Om. Raras cuma ingin memberi pelajaran. Biar Om tau, kalau ucapan Om itu bisa menyakiti hati orang lain," jawab Raras dengan nada sinis.
Bang Renes menghela napas panjang. "Baiklah, saya minta maaf kalau ucapan saya tadi menyakiti kamu. Tapi, apa yang kamu lakukan ini juga tidak bisa dibenarkan. Kamu sudah melakukan tindakan yang tidak sopan dan bisa dianggap sebagai pelecehan."
Raras tertawa sinis. "Pelecehan? Ya ampun.. Raras hanya bercanda, Om. Raras cuma menguji keteguhan iman Om saja. Lagian, Om juga kelihatan menikmati kok."
Bang Renes terkejut mendengar ucapan Raras. "Sembarangan. Apa maksud kamu?"
"Sudahlah, Om. Nggak usah pura-pura polos. Raras tau kok, Om juga tertarik sama Raras." goda Raras sambil mengedipkan sebelah matanya.
Darah Bang Renes rasanya mendidih. Gadis ini benar-benar sudah keterlaluan. Namun, sebagai seorang perwira, ia harus bisa mengendalikan emosinya utamanya menjaga sikap. Teringat bahwa tentara harus menjujung tinggi kehormatan wanita.
"Sudah cukup..!!! Saya tidak mau berdebat dengan kamu lagi. Saya harus segera pergi. Permisi..!!" ucap Bang Renes sambil berusaha melewati Raras.
Namun, Keisha kembali menghadang langkahnya. "Nggak semudah itu, Om. Raras belum selesai memberi pelajaran."
"Apa lagi yang kamu inginkan?" tanya Bang Renes dengan nada frustrasi.
Raras mendekat ke arah Bang Renes, lalu berbisik di telinganya, "Raras mau, Om mengakui kalau Raras ini cantik dan menarik."
Bang Renes terdiam. Ia tidak tahu harus berkata apa. Ia menelan ludah dengan kasar menahan diri, bagaimana pun juga Raras adalah lawan jenisnya. Di satu sisi, ia merasa jijik dengan tingkah gadis ini. Namun, di sisi lain, ia juga tidak bisa memungkiri, kalau Raras memang memiliki daya tarik tersendiri, cantik dan sangat cantik lebih dari sekedar kata cantik.
Bang Renes tertegun mendengar bisikan Raras. Jantungnya berdegup kencang, bukan karena tertarik, tapi lebih karena merasa terkejut dan kesal. Bagaimana bisa gadis ini begitu percaya diri dan tanpa malu meminta hal seperti itu pada seorang pria yang baru saja di temuinya satu kali.
"Kamu benar-benar..." Bang Renes menggantungkan kalimatnya, mencari kata yang tepat untuk menggambarkan kekesalannya. "Tidak tau malu..!!!!!"
Keisha tertawa kecil. "Ooomm.. Itu kan cuma sebuah pengakuan. Apa salahnya?? Nggak akan bikin Om kehabisan uang juga."
"Saya tidak akan mengatakan hal yang tidak sesuai dengan kenyataan," jawab Bang Renes tegas tanpa menatap mata Raras.
"Begitu ya??? Jadi menurut Om..........." Raras mengusap nama dada Bang Renes lalu melanjutkan katanya. "Sidiq. Saya ini jelek dan tidak menarik?" tanya Raras dengan nada menantang setelah melihat nama dada R. D. SIDIQ.
Bang Renes menghela napas. Ia merasa terjebak dalam situasi yang konyol. "Saya tidak mengatakan seperti itu. Tapi, saya juga tidak akan mengatakan apa yang kamu inginkan."
"Oooomm." Raras mulai bertingkah membuat jemari Bang Renes mengepal kuat.
"Berhentilah menggatal, sebelum saya..........."
"Saya apa????" Senyum Raras tersungging kemudian berkedip-kedip menggoda Bang Renes.
'Ya Tuhan, apa sih ini??? Kenapa ada godaan setan di siang bolong.'
"Ijin, Danton...!!"
Seorang pria berkepala plontos menyapa. Seketika Raras menggamit lengan Bang Renes dan terus menempel padanya.
"Ada apa, Rud??"
Pratu Rudi terus menatap Raras. Seakan paham ada sesuatu yang tidak beres, Bang Renes menggenggam jemari Raras. Ia merasakan Raras begitu gemetar, wajahnya mendadak memucat.
"Ijin.. Kapten Zeni meminta berkas laporan."
"Nanti saya antar sendiri, silakan kembali kerjakan tugasmu..!!" perintah Bang Renes.
Pratu Rudi berlalu, tapi Raras masih gemetar bersandar pada bahunya.
"Kamu kenal dia??" Tanya Bang Renes.
"Ng_gak, Om." jawab Raras.
"Betul?? kamu tidak kenal??" kata Bang Renes menegaskan.
"Kenapa Om jadi baik?? Sudah cinta sama Raras??"
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
cipa
akhirnya come back jg kak
semangat berkarya.... 🥰🥰🥰
nama lengkap Raras siapa kak?? kok td dipanggil Keisha jg ???
2025-08-28
0
sri wulandari
semangat kak.. sy tunggu karya kakak dari kmrn baru ini muncul lg kak nara.. semangat y...
2025-08-27
0
Lendra malayu
kak Nara kemana aja,, aku cariin lhooo,, semangat dgn karya baru ya /Kiss//Kiss//Rose/
2025-08-28
0