NovelToon NovelToon
Dia Milikku

Dia Milikku

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Idola sekolah
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Caca99

Kisah perjalanan sepasang saudara kembar memiliki sifat yang berbeda, juga pewaris utama sebuah perusahaan besar dan rumah sakit ternama milik kedua orang tuanya dalam mencari cinta sejati yang mereka idamkan. Dilahirkan dari keluarga pebisnis dan sibuk tapi mereka tak merasakan yang namanya kekurangan kasih sayang.

Danial dan Deandra. Meski dilahirkan kembar, tapi keduanya memiliki sifat yang jauh berbeda. Danial yang memiliki sifat cuek dan dingin, sedangkan Deandra yang ceria dan humble.

Siapakah diantara dua saudara kembar itu yang lebih dulu mendapatkan cinta sejati mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Caca99, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 25 Berangkat Sekolah Bareng

Paginya Danial bangun lebih dulu dari Meldy. Membuka matanya perlahan, Danial pikir saat ini yang dia peluk adalah guling. Begitu membuka mata, ternyata Meldy lah yang ada didalam pelukannya. Posisi mereka saat ini saling berhadapan dengan salah satu tangan Meldy melingkar di pinggang Danial. Ternyata, bantal pembatas yang dibuat Meldy tadi malam sudah tidak ada.

Danial tak bergerak, membiarkan posisi mereka seperti itu untuk sementara. Danial dapat dengan jelas melihat wajah Meldy.

"Cantik." Kata itu tanpa sadar lolos begitu saja keluar dari mulut Danial.

Diusapnya pipi Meldy, walaupun dalam keadaan tidur tetap tak mengurangi kecantikan gadis itu.

"Danial, lo ngomong apa sih." Danial berusaha menyadarkan dirinya sendiri. Tak mau membuat Meldy bangun. Perlahan Danial mengangkat tangan Meldy yang melingkar di pinggang nya. Turun dari kasur, dia harus segera mandi dan bersiap berangkat sekolah.

Sementara Danial mandi, Meldy baru terbangun dari tidur pulas nya. Menggosok-gosok matanya, Meldy melihat kesamping, ternyata Danial sudah tak ada disana. "Kemana dia?." Tanya Meldy sendiri.

Lalu Meldy mendengar gemercik air dari kamar mandi, sudah pasti suaminya itu tengah mandi. Tak lama, Danial keluar dari kamar mandi hanya dengan menggunakan handuk yang menutupi pinggang hingga lutut nya saja.

"Danial, lo ngapain?." Meldy sontak menutup wajah dengan kedua telapak tangannya.

"Olahraga." Jawab Danial ngasal. Berjalan menuju lemarinya untuk mengambil seragam sekolah.

"Mana ada orang olahraga di kamar mandi." Ucap Meldy masih menutup wajahnya.

"Tuh lo tau, kenapa masih nanya." Danial memakai kemeja putih nya. "Buka mata lo." Ucap nya kemudian.

"Lo udah pake baju belum?."

"Udah." Jawab Danial.

Meldy berdiri. "Mana handuk gue?."

"Tuh di lemari." Jawab Danial.

Meldy membuka lemari dan mengambil handuk disana. Berjalan menuju kamar mandi, Meldy mengingat sesuatu. "Oh ya." Meldy berbalik badan. "Satu lagi, kalau ada gue lo nggak boleh pake handuk kayak tadi."

"Terserah gue lah, kamar kamar gue kenapa lo yang ngatur." Ucap Danial, keluar dari kamar. Dia tau, pasti Meldy tak akan leluasa mengganti pakaiannya kalau Danial masih didalam kamar.

"Dasar pria mesum." Gerutu Meldy, lalu masuk kedalam kamar mandi. Hari ini dia akan berangkat bersama Dea, jadi Meldy harus segera bersiap-siap tak mau adik iparnya itu sampai menunggu.

"Meldy mana Dan?." Tanya bunda Kanaya begitu Danial sudah berada dilantai bawah.

"Lagi mandi bun." Jawab Danial, menyomot sebuah roti diatas meja makan. "Bunda masak apa?." Tanya Danial.

"Ini nasi goreng, papa kamu katanya mau sarapan pake nasi goreng." Jawab bunda Kanaya.

"Adek kamu udah bangun belum?." Satu kebiasaan Dea, susah bangun pagi.

"Danial dari kamar Danial bun bukan dari kamar Dea." Jawab Danial.

"Pasti belum bangun tuh anak. Kebiasaan banget deh." Bunda Kanaya membuka celemek nya. "Bi, lanjutin ya, saya mau bangunin Dea dulu." Bunda Kanaya meminta bibi melanjutkan masakan nya.

"Loh bunda kamu mana Dan?." Tanya papa Edgar yang baru keluar dari kamarnya.

"Bangunin Dea pa, kayak nggak tau aja papa." Jawab Danial.

Papa Edgar yang sudah tau kebiasaan anak gadisnya itu hanya diam tak berkomentar. "Istri kamu mana?." Tanya papa Edgar lagi.

"Tadi sih lagi mandi pa."

"Gimana? Aman kan rumah tangga kalian?." Tanya papa Edgar.

"Papa berharap apa sih sama pernikahan tanpa cinta ini?."

"Kok kamu ngomong gitu?."

"Papa lupa kalau Danial sama Meldy nikah tanpa rasa cinta diantara kami?."

"Danial, papa tau dan papa ngerti perasaan kamu. Tapi mau bagaimana pun Meldy itu tetap istri kamu. Kamu harus melindungi dan menjaga dia."

"Kalau masalah itu papa nggak usah khawatir. Janji itu akan Danial tepati, karena itu amanah dari om Hendra. Tapi untuk cinta, Danial nggak bisa janji pa. Kalau rasa cinta Danial untuk Meldy nggak pernah tumbuh, Danial hanya akan menjaga Meldy sampai dia menemukan laki-laki yang bisa melanjutkan tugas Danial."

Papa Edgar menarik napas, dia berdiri lalu menghampiri anak laki-laki satu-satunya itu. "Papa bangga sama kamu." Papa Edgar menepuk bahu Danial.

Bunda Kanaya kembali dari kamar Dea. "Deanya mana bun?." Tanya papa Edgar.

"Nggak berangkat sekolah pa, sakit." Jawab bunda Kanaya, mengambil sepiring nasi dan segelas susu untuk dibawakan ke kamar Dea.

Begitu bunda Kanaya akan masuk kekamar Dea, berpapasan dengan Meldy yang keluar dari kamar. "Pagi bunda." Sapa Meldy.

"Pagi sayang."

"Sarapan untuk kak Dea ya bun?." Tanya Meldy.

"Iya, Dea lagi sakit jadi nggak sekolah deh hari ini." Jawab bunda Kanaya.

"Sakit? Sejak kapan bun?." Tanya Meldy, karena tadi malam Dea masih sehat-sehat saja.

"Dari tadi katanya, kamu duluan aja kebawah. Sarapan sama Danial papa juga udah dimeja makan tuh."

"Meldy mau lihat kak Dea dulu bun, boleh kan?."

"Boleh dong, ayo masuk."

Dea yang sedang sakit hanya berbaring diatas tempat tidur dengan selimut tebal yang menyelimuti tubuhnya. "Demam ya kak?." Meldy menempelkan punggung tangannya dikening Dea, panas memang.

Dea hanya mengangguk.

"Bunda suapin ya." Ucap bunda Kanaya.

"Nggak usah bun, Dea belum lapar. Nanti aja, bunda sarapan aja dulu sama yang lain." Jawab Dea dengan suara serak nya.

"Janji ya dimakan, nanti selesai sarapan bunda kesini lagi." Ucap bunda Kanaya, dijawab Dea dengan anggukan. Bunda Kanaya meletakkan nampan berisi sarapan dan susu itu diatas meja nakas.

"Benaran sakit bun?." Tanya Danial begitu bunda Kanaya dan Meldy sudah bergabung dimeja makan.

"Ya benaran lah, kamu pikir adek kamu pura-pura." Bunda Kanaya lebih dulu menyendok kan nasi goreng untuk papa Edgar begitu juga dengan Meldy mengambilkan untuk Danial.

"Lo berangkat sama gue aja." Ucap Danial kemudian.

"Iya." Jawab Meldy, sebenarnya dia malas berangkat bersama Danial karena pasti akan menjadi pusat perhatian satu sekolah. Mau gimana lagi, kalau pun minta Pijar atau Melvin yang jemput pasti mereka akan telat.

Selesai sarapan, Meldy dan Danial pamit berangkat sekolah begitu juga dengan papa Edgar yang harus berangkat ke kantor.

Benar saja, begitu memasuki perkarangan sekolah semua mata tertuju pada mereka berdua. Bagaimana tidak, selama ini belum pernah Danial membonceng seorang cewek mana pun, dan ini menjadi yang pertama.

"Kan, apa gue bilang. Emang paling tepat itu, lo turunin gue didepan sana." Gerutu Meldy, sangat risih diperhatikan seperti itu.

"Udah terlanjur juga." Jawab Danial dengan santainya.

"Yang ada gue habis sama cegil cegil lo itu."

"Kalau mereka gangguin lo, bilang sama gue."

"Gue bisa jaga diri kali. Gue bukan cewek lemah kayak yang di novel novel. Yang pasrah aja saat ditindas." Meldy turun dari motor Danial, dan memberikan helm yang dia gunakan kepada Danial.

"Bagus kalau gitu."

"Wiiidiih, harmonis amat nih pagi-pagi." Deon dan Alvi datang menghampiri mereka.

"Rumah tangga yang rukun." Ucap Alvi, berusaha sepelan mungkin agar ucapannya tidak didengar oleh murid lain.

"Diam lo berdua." Ucap Danial dengan wajah datarnya, sedangkan Meldy sudah pergi dari sana. Karena tak mau terlalu lama menjadi pusat perhatian.

"Mel, mau kemana buru-buru amat?." Panggil Deon.

"Cari suami." Jawab Meldy ngasal.

"Buset, bini lo mau cari laki baru noh Dan." Ucap Deon.

Bugh... Kaki nya diinjak oleh Alvi. "Nggak sekalian aja lo ngomong pake toa ha?."

"Hehe, sorry Dan." Dito cengengesan.

"Awas aja kalau yang lain tau, kalau sampai berita ini kesebar, lo orang pertama yang gue cari." Ancam Danial, pergi meninggalkan Deon dan Alvi.

"Mampus lo, makanya jaga tuh lambe." Ucap Alvi ikut menyusul Danial.

Berita tentang Danial datang ke sekolah bersama cewek sudah menyebar di seluruh penjuru sekolah. Begitu tau berita itu yang paling meradang adalah Gadis. Bukan hanya beritanya saja, ternyata foto Danial berboncengan dengan Meldy juga sudah menyebar, sehingga tak susah bagi mereka mengetahui siapa cewek yang datang bersama Danial tadi pagi.

Gadis yang tak terima, dia merasa hanya dirinya yang pantas untuk Danial, langsung mencari Meldy ke kelasnya.

Brak....

Gadis menggebrak meja Meldy, sehingga membuat Meldy dan Pijar yang sedang bercerita menjadi kaget. Bukan hanya Meldy dan Pijar, tapi seisi kelas langsung melihat kearah mereka.

"Lo Meldy kan?." Tanya Gadis dengan angkuhnya.

"Iya, kenapa?." Jawab Meldy balik menatap Gadis dengan tatapan angkuh. Meldy yakin, cewek yang ada dihadapannya saat ini adalah salah satu dari cewek yang mengidolakan Danial.

"Ada hubungan apa lo sama Danial?."

"Bukan urusan lo." Jawab Meldy acuh.

"Heh." Gadis menarik lengan Meldy. "Jawab pertanyaan gue."

Dengan kasar Meldy melepaskan cengkraman Gadis dilengan nya. "Kasih gue satu alasan, kenapa gue harus jawab pertanyaan lo."

"Gue calon pacarnya Danial."

"Hehe." Meldy tersenyum smrik. "Baru calon kan? Lagian gue yakin kak Danial nggak akan pernah membalas perasaan lo itu. Jadi berhenti deh halu nya."

"Barani lo sama gue ha?." Gadis melayangkan tangannya, tapi berhasil ditepis Meldy.

"Heh, jangan pikir gue junior disini dan lo senior gue bakalan takut sama lo, jangan harap. Apapun hubungan gue sama kak Danial, gue rasa nggak ada hubungannya sama lo. Mau gue pacaran, atau menikah sekalipun sama kak Danial, bukan urusan lo. Lo hanya salah satu dari cewek-cewek yang kecentilan yang berharap jadi pacar kak Danial."

"Jaga ya mulut lo, jangan cari masalah deh."

"Bukannya lo ya yang cari masalah duluan. Lo datang marah-marah ke kelas gue, apa namanya kalau bukan cari masalah."

"Awas ya lo." Gadis menunjuk tepat didepan wajah Meldy, lalu keluar dari kelas itu. Ternyata perkiraan Gadis salah, Meldy bukanlah cewek lemah seperti yang dia bayangkan.

"Gue nggak takut sama ancaman lo." Teriak Meldy, karena Gadis sudah keluar dari kelas itu.

"Wah wah wah, hebat banget sahabat gue." Pijar bertepuk tangan.

"Cewek lenjeh gitu bukan lawan gue." Ucap Meldy lalu kembali duduk di kursinya, karena sebentar lagi guru yang mengajar akan masuk.

1
Ritsu-4
Keren thor, jangan berhenti menulis! ❤️
Eca99: terimakasih support nya🤗
total 1 replies
Alhida
Aduh, hatiku berdebar-debar pas baca cerita ini, author keren abis!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!