HOPE And PRAY

WARNING !!! MENGANDUNG CONTENT DEWASA 21++

Emak-emak di bawah umur dilarang membaca dan travelling, tapi diijinkan langsung praktek ... Pizz yak? Hahaha

Prada yang masih mengantuk, tidak merasa terganggu oleh sentu han - sentu han Sabda. Rupanya Sabda sudah tidak bisa menahan dirinya lebih lama lagi. Dibelainya wajah Prada, bibirnya mulai memberikan kecu pan - kecu pan kecil di sana. Dari kening, turun di kedua mata Prada yang masih terpejam rapat, hidungnya yang mancung, lalu pipi dan dagunya. Sabda menghentikan kecup annya, lalu memandang wajah Prada. Bibir Prada yang sedikit terbuka, terlihat menggoda dan lebih sexy di matanya.

Sabda mendekatkan bibirnya, menge cup bibir Prada dan memainkan lidahnya di sana. Ciu man sepihak itu semakin menuntut, hisa pan dan luma tan Sabda semakin tak terkendali. Tangannya ikut bergerilya menyelinap di dadda Prada, meraih, membe lai dan menyentuh apapun yang terlalu istimewa baginya untuk dilewatkan.

"Aaahhhh ..." lirih terdengar suara lengu han. Prada mende sah tanpa sadar.

"Sayang ... my love" Sabda senang melihat Prada sudah terbangun.

Prada tertegun bingung, "Di mana aku?" ucapnya lirih.

"Kau sudah bangun sayang?" diraihnya tangan Prada dan dikecupnya. Sabda membawa Prada ke dalam pelukannya dan berbisik, "Tenanglah, aku di sini."

Prada berusaha mengingat kejadian sebelumnya dan mencoba memahami apa yang sebenarnya terjadi. "Kenapa aku ada di sini ... dan kenapa bisa bersama Sabda?"

Beberapa detik kemudian, Prada teringat sekilas tentang mimpinya. Lalu mulai mengerti kenapa dia ada di sini sekarang ini. Kedua kakaknya yang selalu menjahilinya itu, berhasil mempertemukan Prada dengan suaminya.

Meskipun Prada sangat merindukan Sabda, tapi Prada akan menghukum suaminya itu lebih dulu. Siapa suruh bersama perempuan lain tanpa ijinnya? Hingga terjebak permainan kotor Beno.

Prada melihat tubuhnya yang berbalut linge rie, dan tangan nakal Sabda kembali bermain di atas sana.

"I miss you, I want you tonight. Can I ...?" Sabda menghentikan aktivitasnya, beralih memandang wajah Prada meminta jawaban.

Sayangnya bukan jawaban yang didapatkan Sabda, tapi mata Prada yang kembali terpejam. Prada yang mulai terang sang, berusaha menahan diri dengan berpura-pura tidur.

"Enak saja! Aku harus menghukumnya," tekad Prada sambil berusaha menahan gai rahnya.

"Selama ini belum pernah kulihat Prada tidur senyenyak ini. Kenapa bisa?" Sabda heran melihat mata Prada yang kembali terpejam. Lalu sebuah senyuman tersungging di bibir Sabda. Dia mulai memahami bahwa Prada masih dalam mode ngambek.

Sabda mendamba Prada dalam diam. Hanya bibir, lidah dan tangannya tak henti bergerilya. Sabda menarik tali bagian depan linge rie itu dengan bibirnya. Bibir dan lidah Sabda saling bersinergi menci um, menghi sap dan menggi git kecil, sibuk bermain-main di dadda Prada.

Sabda merayap naik, satu tempat yang ditujunya. Bagian belakang daun telinga dan rahang Prada adalah dua di antara titik sensitif Prada. Lidah Sabda merayu membe lai daun telinga Prada sambil berbisik, "Kau selalu s*xy my queen. I love you." Lalu bibirnya turun menjelajahi rahang Prada. Sabda terus menggoda Prada dengan cum buannya.

Sungguh Prada ingin memukul manja dadda suaminya itu. Prada berusaha keras menahan ekspresi nikmat di wajahnya. Rupanya kelas teather yang pernah diikutinya saat sekolah dulu, sedikit berguna kali ini.

Sabda yang sudah on fire, merencanakan sesuatu yang tidak akan bisa ditolak oleh Prada. Dia sangat yakin, istrinya itu pasti mau terbang bersamanya nanti. Sabda memang sangat mahir menakhlukkan Prada dengan sentu hannya.

*

Sabda turun dari sofa, berjalan menuju ke kamarnya. Mengalasi tempat tidur dengan selembar kain dan menata bantal di atasnya. Lalu kembali ke ruang keluarga dan menggendong tubuh Prada menuju ke kamar tidur milik mereka berdua. Sabda merebahkan tubuh Prada di sisi kiri ranjang.

Lalu Sabda mencari sesuatu yang sangat disukai Prada. Sebotol massage oil, lilin, cawan dan tungku keramik, lengkap dengan minyak aroma terapi dibawanya mendekat. Sabda menyalakan lilin dalam tungku dan menuangkan air dan beberapa tetes minyak aroma terapi ke dalam cawan di atas tungku. Seketika aroma musk menguar memenuhi ruangan, aroma yang bisa membangkitkan gai rah Prada. Prada lebih menyukai model aroma terapi tradisional seperti ini, karena aromanya lebih natural di indra penciumannya.

Sabda mengoles massage oil ke telapak kaki Prada, mulai memijatnya pelan, membe lai dan menekannya di titik-titik sensitif Prada. Bibirnya juga ikut menge cup bagian-bagian itu, mengikuti pergerakan jari tangannya. Sesekali matanya melirik wajah istrinya, akankah usahanya berhasil?

Ketika gerakan jari tangan Sabda mencapai pangkal pa ha Prada, tiba-tiba Prada bangun dan menarik Sabda. Sabda menahan tubuhnya dengan tangan, agar tidak menimpa dan menyakiti tubuh Prada yang ada di bawahnya. Prada menabrakkan bibirnya ke bibir Sabda dan menggigitnya keras. Prada kesal karena Sabda sudah berhasil mengacaukan sandiwaranya.

"Sayang, sudah ya marahnya. Aku sungguh minta maaf. Aku memang bodoh bisa terjebak oleh skenario Beno. Tapi ..." Sabda menghentikan kalimatnya dan kembali melu mat bibir Prada.

"Aku yang bodoh ini sungguh mencintaimu."

Mereka kembali berciuman mesra, semakin dalam dan menuntut. Tangan Sabda kembali menelusuri tubuh Prada yang sexy. Begitupun tangan Prada yang semula melingkar di leher Sabda, sudah berpindah menggenggam dan memainkan sesuatu yang didambanya akhir-akhir ini.

Sabda yang sudah tidak tahan, melepas linge rie milik Prada dan pakaiannya sendiri, lalu melemparkannya ke lantai di sisi kanan ranjang.

Tanpa melepaskan ciu mannya, Sabda meraih bantal, meletakkan di belakang Prada lalu membaringkan tubuh istrinya di sana. Sabda ingin Prada merasa nyaman dan menikmati permainannya.

Mereka masih bergelut dalam peluh. Lengu han dan rinti han saling bersahutan. Saling memu askan dan mereguk kenikmatan yang sudah lama hilang.

"Please ..." Prada memohon sambil mende sah, matanya yang berkabut terlihat sayu dengan helaan nafas tidak teratur. Prada sudah hampir mencapai puncak ketika Sabda memasuki tubuhnya dan memacunya.

"I love you, my queen."

"I love you too," rintih Prada sambil menge rang nikmat.

"I'm in love with your body," bisik Sabda bersamaan dengan mereka mereguk puncak kenikmatan bersama.

Ya begitulah Sabda yang sangat mencintai istrinya. Selalu memperlakukan Prada bak ratu. Apapun akan dilakukan Sabda untuk Prada, Prada yang hanya milikya.

Prada yang tampak kuat dan tegar di depan semua orang, sangat berbeda bila sedang berada di hadapan Sabda. Sabdalah yang paling mengerti dan menerima Prada apa adanya, dengan segala tingkah manja, kolokan dan kerapuhannya. Cinta Sabda untuk Prada, bahkan melebihi cinta Sabda untuk dirinya sendiri. Prada adalah segalanya bagi Sabda.

Itulah yang membuat Prada bertekuk lutut dan membalas cinta Sabda. Kelembutan, cinta, kasih sayang dan penerimaan Sabda membuatnya merasa aman dan nyaman.

Prada merasa terpuruk beberapa hari belakangan ini, karena Prada merasa kehilangan tempat bersandar. Kehilangan gairah hidup karena tidak ada tempat bagi Prada untuk pulang. Hanya Sabda rumah yang ternyaman untuk Prada ...