kenyataan yang menyakitkan, bahwa ia bukanlah putra kandung jendral?. Diberikan kesempatan untuk mengungkapkan kebenaran yang terjadi, dan tentunya akan melakukannya dengan hati-hati. Apakah Lingyun Kai berhasil menyelamatkan keluarga istana?. Temukan jawabannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Retto fuaia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TEKAD YANG KUAT
...***...
Perlahan-lahan Lingyun membuka matanya, ia dapat merasakan kembali kesadarannya, kepalanya terasa sakit, begitu juga dengan pahanya.
Deg!.
Lingyun Kai menyadari ada yang tidak beres dengan kondisinya, kedua tangannya dalam keadaan terikat oleh rantai.
"Kegh!." Lingyun Kai mencoba melepaskan rantai itu, kekuatannya seperti terbatas, dan ditekan sesuatu.
"Tidak usah membuang tenaga dengan sia-sia." Jendral Xiao Chen Tao mendekati Lingyun Kai. "Tenaga dalam mu telah aku hilangkan."
Deg!.
Lingyun Kai merasa tidak karuan, pikirannya terasa kacau.
"Kau tidak usah melototi aku seperti itu." Ucapnya sambil menekan kuat kepala Lingyun Kai. "Kau itu hanyalah bocah tidak berguna bagiku!." Hatinya terasa kesal.
"Apakah karena aku bukan anak kandung mu?." Lingyun Kai mencoba memancing amarah Jendral Xiao Chen Tao.
Duakh!.
"Eagkh!." Lingyun Kai berteriak kesakitan, bahu kirinya mendapatkan sebuah sepakan yang sangat keras.
"Berani sekali kau berkata seperti itu padaku?!." Ucapnya penuh amarah.
Ctar! Ctar!.
"Eagkh!."
Lingyun Kai semakin kesakitan, tubuhnya dicambuk oleh Jendral Xiao Chen Tao dengan kerasnya.
"Kau memang tidak tahu diri! Anak sialan!." Umpatnya penuh amarah. "Akan aku bunuh kau!."
Ctar! Ctar!.
Tubuh Lingyun Kai dihajar habis-habisan oleh Jendral Xiao Chen Tao, sangat terlihat sekali niat membunuhnya.
"Bfuh!." Lingyun Kai muntah darah, tubuhnya sudah tidak sanggup menahan cambukan, ditambah lagi jindan di dalam tubuhnya dihilangkan begitu saja, sehingga tidak ada pertahanan lagi baginya untuk menerima serangan fisik.
Brukh!.
Lingyun Kai ambruk setelah menerima banyak cambukan, darah hampir membasahi tubuhnya.
"Heh!." Jendral Xiao Chen Tao mendengus kesal. "Dengan seperti ini, kau tidak akan mengganggu rencana ku lagi." Ia menatap benci pada Lingyun Kai.
Jendral Xiao Chen Tao pergi begitu saja, meninggalkan Lingyun Kai yang terbaring di tanah dalam keadaan terikat oleh rantai.
...***...
Malam harinya, di kamar nona muda Xin Qian.
Dalam lamunannya ia hanya ingat wajah Lingyun Kai saja. Ia cemas dengan keadaan pemuda yang telah berhasil mencuri hatinya. Terakhir kali ia bertemu dengan Lingyun Kai mengalai luka yang cukup parah. Terkena racun yang dapat membunuhnya secara perlahan-lahan.
"Lingyun kai, kali ini tugas seperti apa yang kau kerjakan?." Dalam hatinya sangat cemas. "Ayahku sudah aman, kembali dari istana dengan keadaan baik-baik saja." Ia menarik nafas dengan pelan, dan menghelanya. "Apakah kau memiliki tugas lain? Selain melindungi ayah ku?."
Pikirannya tidak tenang sama sekali, hatinya terasa sesak jika membayangkan Lingyun Kai terluka.
"Semoga kau baik-baik saja lingyun kai." Dalam hatinya hanya bisa berharap demikian.
Ingatannya kembali tertuju pada hari-hari yang telah ia lewati bersama Lingyun Kai.
"Dia adalah laki-laki yang baik." Tanpa sadar air matanya menetes begitu saja. "Hanya dia yang memperlakukan aku dengan baik, tidak memandang rendah diriku ini." Ia menangis sedih. "Aku harap besok kita bertemu seperti biasanya, lingyun kai." Ia berusaha menahan dirinya agar tidak menangis sesenggukan. "Hanya kau yang mencintaiku, tanpa melihat bagaimana diriku di mata orang lain." Dadanya terasa sesak mengingat perlakuan Lingyun Kai yang sangat baik kepadanya. Sangat layak untuk dicintai, tidak pernah bertanya alasan kenapa belum menikah?. Ataupun kenapa tidak mau mendekati laki-laki?. Lingyun Kai selalu bertanya hal-hal yang sederhana.
"Kakak, hari ini mau ke mana? Mau saya temani ke mana?." Lingyun Kai menatapnya dengan senyuman lembut.
Nona muda Xin Qian ingat itu.
"Kakak, apakah kakak mau makan kue bulan ini?." Raut wajahnya begitu santai.
Lingyun Kai tidak pernah sedikitpun menyinggung masalah usia, ataupun hal-hal yang mungkin dapat merusak suasana hatinya. Apakah pemuda itu benar-benar menjaga perasaannya?. Hanya waktu yang akan menjawab semuanya.
...***...
Keesokan harinya.
Junfeng telah meminta izin untuk bertemu dengan Selir Mingmei.
"Hormat saya kakak." Junfeng memberi hormat.
"Duduklah adik." Selir Mingmei memberi kode. "Jangan kaku seperti itu, bersikaplah seperti biasanya." Ia tersenyum kecil.
"Tapi kakak sekarang adalah selir seorang pangeran, mana berani saya bersikap seperti biasanya." Ia merasa sungkan.
"Sudahlah, jika kau bersikap kaku." Balasnya sedikit kesal. "Maka pergilah!."
"Biak kak, aku tidak akan bersikap kaku padamu." Junfeng kembali memberi hormat, ia sungguh tidak memahami sikap kakaknya itu.
"Ada apa? Jangan tegang seperti itu." Selir Mingmei memperhatikan raut wajah adiknya. "Apa yang sedang kau pikirkan? Katakan saja."
Junfeng melihat ke segala arah, takut ada yang menguping pembicaraan mereka nantinya. "Kak, bisa mendekat sedikit."
Selir Mingmei sangat penasaran, ia hanya nurut saja.
"Lingyun kai, dia telah mengetahui jika ia bukan putra anak kita." Bisiknya dengan perasaan cemas.
Deg!.
"Sejak kapan?." Selir Mingmei merasa tidak enak hati.
"Katanya sudah sejak lama." Jawabnya. "Hanya saja ia belum mengetahui, bagaimana caranya ia bisa sampai ke kediaman kita?." Junfeng menghela nafas pelan, kembali duduk dengan tenang.
"Lantas? Apa yang kau lakukan saat ia mengatakan itu?." Selir Mingmei juga mundur, kembali duduk dengan tenang. "Kau tidak menyerangnya, kan?." Ia menatap curiga pada adiknya.
"Mana mungkin aku menyerangnya." Junfeng menatap kesal. "Apalagi dia itu telah menolong aku dari jebakan."
"Jebakan?." Selir Mingmei terkejut. "Siapa yang telah berani menjebak mu?!." Suaranya agak keras.
"Lingyun kai berkata, sejak aku meninggalkan kediaman, ayah sangat benci padaku." Hatinya merasa sedih. "Jebakan itu pasti dari ayah."
"Memangnya ayah menjebak kau seperti apa?." Selir Mingmei begitu penasaran.
"Ketika aku melewati toko emas milik tuan Lian, salah satu penjaga toko memasukkan kalung emas ke dalam keranjang milikku secara diam-diam." Junfeng menjelaskan apa yang terjadi saat itu. "Untungnya lingyun kai melihat itu dari jarak jauh, dia yang melindungi aku dari fitnah itu kak."
"Ho?." Respon Selir Mingmei. "Ternyata dia adik yang baik, tidak menaruh dendam sama sekali pada saudaranya." Ucapnya penuh kekaguman. "Meskipun telah disakiti oleh kakaknya berkali-kali." Menatap adiknya dengan pandangan aneh.
"Kakak!." Junfeng ingin menangis. "Dari ucapan mu itu aku seperti saudara yang sangat kejam, tidak berperasaan sama sekali." Ia menyembunyikan wajahnya dengan menundukkan wajahnya di meja. Hatinya merasa tidak karuan sama sekali jika ingat masa lalunya. Bagaimana ia memperlakukan adiknya itu.
"Hahaha!." Selir Mingmei tertawa keras melihat adiknya yang seperti itu.
Junfeng menatap wajah kakaknya, hatinya terasa kesal, dan jengkel. "Hmph! Kalau begitu aku pulang saja!." Ia memalingkan wajahnya.
"Cepat sekali kau merajuk." Selir Mingmei menyentil dahi Junfeng.
...***...
Perlahan-lahan Lingyun Kai membuka matanya, tubuhnya terasa sakit.
"Bfuh!." Lingyun Kai muntah darah, nafasnya naik turun, tidak beraturan sama sekali. "Kurang ajar!." Umpatnya dalam hati. "Susah payah mengembalikan jindan, malah dipaksa keluar lagi, bajingan kau xiao chen tao." Ia sangat mengutuk perlakukan Jendral Xiao Chen Tao padanya.
Lingyun Kai merogoh kantong ajaib miliknya, ia mengambil pil penyembuh luka yang diberikan nona muda Xin Qian tempo hari, sebelum meninggalkan Paviliun Daiyun.
"Ternyata ada gunanya juga menjalin hubungan dengannya." Dalam hati Lingyun Kai merasa lega. "Kak, maafkan aku, bukan bermaksud buruk." Lingyun Kai menghela nafas dengan pelan. "Hanya saja di kehidupan ini, aku harus tetap dalam keadaan sehat, untuk mencegah rencana jahat dari jendral bajingan itu."
Ada perasaan bersalah di dalam hatinya, jika ada secuil pikiran buruknya memanfaatkan keahlian nona muda Xin Qian.
"Tapi aku harus melindungi mu kak." Dalam hatinya merasa sedih. "Karena kakak berhasil selamat dari tuduhan itu, aku mendapatkan gambaran lain tentang dirimu di kehidupan ini." Hatinya merasa resah. "Ayahmu akan menjodohkan kau dengan laki-laki berhati kejam, juga laki-laki yang kau tolak saat itu." Pikirannya semakin tidak tenang. "Ia akan kembali, ia hendak mencelakai mu kak." Lingyun benar-benar tidak bisa tenang sama sekali. "Tunggu lah dua hari lagi, setelah aku berhasil mengembalikan jindan, aku pasti akan mencari mu kak."
Lingyun telah berjanji akan selalu melindungi nona muda Xin Qian, apakah akan berhasil?. Bagaimana kelanjutannya?. Simak dengan baik kisahnya. Next.
...***...
Tadinya kupikir Wu Xian beneran saudara lainnya Kai pas baru ngucapin nama, rupanya oh rupanya....
Waduh, kayaknya aku jadi salah fokus dan gak terlalu peduliin Si kai kenapa dan malah lebih fokus mengagumi kekuatan Si mbak! 😌🗿