NovelToon NovelToon
Glass Wing

Glass Wing

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa Fantasi / Cinta Terlarang / Penyeberangan Dunia Lain / Fantasi Wanita / Saudara palsu / Dark Romance
Popularitas:936
Nilai: 5
Nama Author: Vidiana

—a dark romance—
“Kau tak bisa menyentuh sayap dari kaca… Kau hanya bisa mengaguminya—hingga ia retak.”

Dia adalah putri yang ditakdirkan menjadi pelindung. Dibesarkan di balik dinding istana, dengan kecantikan yang diwarisi dari ibunya, dan keheningan yang tumbuh dari luka kehilangan. Tak ada yang tahu rahasia yang dikuburnya—tentang pria pertama yang menghancurkannya, atau tentang pria yang seharusnya melindunginya namun justru mengukir luka paling dalam.

Saat dunia mulai meliriknya, surat-surat lamaran berdatangan. Para pemuda menyebut namanya dengan senyum yang membuat marah, takut, dan cemburu.

Dan saat itulah—seorang penjaga menyadari buruannya.
Gadis itu tak pernah tahu bahwa satu-satunya hal yang lebih berbahaya daripada pria-pria yang menginginkannya… adalah pria yang terlalu keras mencoba menghindarinya.

Ketika ia berpura-pura menjalin hubungan dengan seorang pemuda dingin dan penuh rahasia, celah di hatinya mulai terbuka. Tapi cinta, dalam hidup tak pernah datang tanpa darah. Ia takut disentuh, takut jatuh cinta, takut kehilangan kendali atas dirinya lagi. Seperti sayap kaca yang mudah retak dan hancur—ia bertahan dengan menggenggam luka.

Dan Dia pun mulai bertanya—apa yang lebih berbahaya dari cinta? Ketertarikan yang tidak diinginkan, atau trauma yang tak pernah disembuhkan?

Jika semua orang pernah melukaimu,
bisakah cinta datang tanpa darah?



Di dunia tempat takdir menuliskan cinta sebagai kutukan, apa yang terjadi jika sang pelindung tak lagi bisa membedakan antara menjaga… dan memiliki?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vidiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

30

Sesampainya di Garduete, Ferlay tak menunggu lama.

Ia mengurung Lyeria di kamar seperti biasa—di kamar tempat gadis itu biasa tidur sejak kecil.

Kamar itu tak pernah berubah. Tirai biru lembut, meja kecil penuh buku, dan lampu malam berbentuk bintang.

Tapi Lyeria… telah berubah.

Dia bukan gadis kecil yang dulu mengikuti Ferlay kemana-mana.

Bukan lagi gadis yang hanya bisa merengek ketika pintunya dikunci.

Dia adalah anak Yuki.

Anak dari seorang wanita yang dulu tak bisa diatur oleh siapapun—bahkan oleh tiga pria terkuat di dunia.

Dan Lyeria, seperti ibunya…

tidak bisa dikurung.

Tak sampai satu malam, Lyeria berhasil meloloskan diri.

Ia mencuri pakaian pelayan, menuruni dinding belakang yang dulu sering ia pakai untuk kabur main ke pasar, dan menyelinap keluar dengan kecepatan yang mengejutkan para penjaga.

Tujuannya jelas—istana pusat Garduete.

Tempat kakaknya—Leon—berada.

Dan saat ia tiba, istana sudah bersiaga.

Leon, sang Raja Garduete, telah menerima pesan dari Ellion.

Pesan pendek tapi tajam:

“Dia butuh perlindungan. Ferlay sudah melewati batas.”

Leon menunggu di ruang pribadinya.

Saat pintu dibuka dan Lyeria masuk, basah oleh embun dan keringat, mata Leon langsung menatapnya dalam-dalam.

“Lyeria.”

Suara itu bukan teguran. Bukan juga sapaan.

Itu adalah suara seorang kakak yang mencium ancaman…

dan mulai menghitung luka yang belum terlihat.

Leon mendekat, menyentuh pundak adiknya, menunduk untuk melihat wajah Lyeria.

Suara itu nyaris seperti bisikan.

“Apa dia menyakitimu?”

Lyeria menggeleng pelan, tapi tidak cukup yakin.

Tidak cukup kuat untuk membuat Leon percaya.

“Dia hanya… aneh.”

Suaranya pelan.

“Dia tidak seperti biasanya.”

Leon menyandarkan tubuh ke kursi. Wajahnya tetap tegang.

“Aku dan Ferlay sudah bertarung bersama. Tidur di tanah beku. Bertukar nyawa berkali-kali. Aku lebih percaya padanya daripada pada siapapun…”

“…tapi kalau dia mulai lupa bahwa kau adalah adikku…”

Mata Leon menyala dingin. Raja Garduete perlahan muncul dari balik wajah sang kakak.

“…maka dia akan menghadapiku.”

Lyeria buru-buru berdiri dan menghampiri Leon.

“Jangan, kak. Kumohon. Aku hanya—aku butuh tempat aman. Untuk sementara.”

Leon menatapnya. Sorot matanya melunak, tapi rahangnya masih mengeras.

“Tempat ini rumahmu,” katanya, berdiri dan menyentuh bahu Lyeria. “Aku akan bicara dengan Ferlay. Tanpa keributan. Aku hanya ingin dia tahu… ada garis yang tidak bisa dilewati. Bahkan oleh dia sekalipun.”

Lyeria menunduk.

Ia tahu… tak peduli seberapa dekat Leon dan Ferlay,

jika menyangkut dirinya, kakak tertuanya tak akan mundur.

...****************...

Pesta malam itu diselenggarakan di istana samping milik Putri Velicia, istri dari Raja Garduete—Leon.

Panggung megah diterangi oleh ratusan lampu kristal, musik mengalun pelan dari orkestra di sisi aula, dan para bangsawan dari berbagai kerajaan berkumpul dalam busana terbaik mereka.

Namun semua kemewahan itu bukanlah untuk merayakan kemenangan militer, atau perjanjian dagang.

Tujuan pesta ini sederhana: membuka jalan bagi Lyeria.

Atas permintaan Leon sendiri, Velicia mengatur segalanya.

Mulai dari daftar tamu, pemilihan lagu, bahkan gaun putih polos dari satin yang kini membalut tubuh Lyeria—adik Leon.

Gadis itu tampak tenang di balik kecantikannya. Duduk di sisi Velicia, menyimak, tersenyum tipis setiap kali dikenalkan pada para pangeran muda dan bangsawan tinggi yang sedang mencari pasangan.

Velicia mengatur semuanya dengan tangan halus, anggun, dan cermat—seperti hanya seorang ratu sejati yang bisa.

Sementara itu, jauh di balkon atas, Leon dan Ferlay berdiri berdampingan, mengawasi dari ketinggian.

Ferlay nyaris tak berkedip.

Pandangan matanya terkunci pada satu titik di tengah pesta—pada Lyeria, gadis dalam balutan putih yang terlihat terlalu dewasa malam ini.

Satin halus menonjolkan lekuk tubuhnya dengan anggun, tapi tak ada yang bisa menyembunyikan bahwa dia bukan lagi anak kecil yang dulu selalu memanggilnya kakak dengan mata penuh kekaguman.

Di sampingnya, Leon meneguk anggur pelan.

Ia tidak memalingkan pandangan dari kerumunan, tapi ucapannya keluar pelan, mengiris seperti belati:

“Velicia mengatur semuanya demi Lyeria. Dia ingin adik iparnya punya kesempatan hidup normal… seperti gadis seusianya.”

Ferlay diam. Tangannya mengepal pelan di sisi kursi.

“Malam ini,” lanjut Leon, “ada lima pangeran, tiga bangsawan utama, dan satu komandan muda dari istana barat yang ingin mengenalnya.”

Velicia tertawa, menyenggol pelan bahu Lyeria yang tampak malu-malu saat diperkenalkan pada pangeran muda dari kerajaan Felgar.

Pangeran itu tampan. Muda. Berkedudukan tinggi.

“Kau akan kehilangan dia,” kata Leon pelan, tanpa menoleh ke Ferlay.

“Kalau kau terus memperlakukannya seperti milik yang tak boleh disentuh dunia.”

Ferlay tidak menjawab.

“Lyeria butuh kehidupan,” lanjut Leon. “Teman. Pilihan. Dia bukan boneka yang kau sembunyikan di balik tirai.”

Ferlay mengangkat gelasnya, meneguk anggur pelan.

Tapi matanya tak pernah beralih.

“Kalau dia memilih pria lain malam ini… kau akan melepaskannya?” tanya Leon, langsung dan dingin.

Butuh waktu beberapa detik sebelum Ferlay akhirnya bicara.

“Kalau dia memilih orang lain, aku akan membuat pria itu tidak bisa memilih siapa pun seumur hidupnya.”

Leon mendongak menatap Ferlay.

Tatapan mereka bertemu. Sunyi.

Berbahaya.

“Jadi benar,” gumam Leon. “Kau tidak menjaganya. Kau hanya ingin memilikinya.”

Ferlay menatap ke bawah lagi.

Lyeria tertawa kecil. Kepalanya sedikit menunduk saat seorang bangsawan muda menjabat tangannya.

Pandangan matanya menusuk ke arah pintu masuk aula pesta yang baru saja dibuka lebar.

Dua orang masuk, dikawal pelayan. Seorang wanita muda—anggun, berambut gelap, dan bersinar seperti permaisuri masa depan: Putri Nata.

Di sampingnya, langkah gagah, senyum aristokrat—Caleb, adiknya.

Ferlay menegang. Genggaman di gelas anggur nyaris menghancurkan kaca itu.

Sementara di sebelahnya, Leon masih duduk tenang.

Seolah tidak ada yang salah.

Seolah ia tidak tahu siapa pria yang dibawanya malam ini.

Seolah dia sengaja.

“Kenapa dia ada di sini?” suara Ferlay serak. Dingin.

Leon tidak langsung menjawab. Matanya mengarah ke bawah, ke arah Lyeria yang mulai berdiri bersama Velicia, hendak menyambut tamu.

“Dia putra bangsawan. Punya nama. Memenuhi semua syarat,” kata Leon akhirnya, datar.

“Dan yang paling penting… dia serius. Sudah berulang kali mengirim proposal lamaran. Kau tahu itu, kan?”

Ferlay menoleh. Rahangnya mengeras.

“Aku sudah menahan semua proposal itu.”

“Aku tahu,” jawab Leon. “Itu sebabnya aku langsung mengundangnya sendiri.”

Ferlay berdiri.

Gerakan mendadak itu membuat pelayan di pojok ruangan kaget dan menjauh tanpa suara.

Leon tetap duduk. Tapi matanya menatap Ferlay dengan sikap berbeda—bukan sebagai kakak… tapi sebagai raja.

“Kau tahu siapa dia,” suara Ferlay rendah, seperti mendesis. “Dan kau tahu siapa yang seharusnya tidak menyentuh Lyeria.”

“Aku tahu siapa yang menyembunyikan gadis itu selama bertahun-tahun,” balas Leon. “Dan aku tahu siapa yang membiarkannya tumbuh sendirian, tidak mengenal dunia… karena takut dunia mencintainya.”

Di bawah sana, Caleb sudah mulai bergerak.

Dia menyapa Velicia. Membungkuk sopan.

Lalu pandangannya beralih… dan berhenti pada Lyeria.

Terlalu lama.

Senyumnya menipis, lalu dalam.

Tidak seperti orang asing yang baru pertama kali bertemu gadis itu.

Lebih seperti… seseorang yang menyadari sesuatu.

Caleb tersenyum, lalu berjalan mendekat.

Lyeria menunduk hormat, seperti biasa.

Di atas sana, Ferlay bergerak cepat, berdiri dari kursinya.

Dengan satu gerakan cepat dan tenang—dengan keahlian seorang mantan prajurit garis depan—Leon mencabut belatinya dan langsung menodongkannya ke leher Ferlay.

Ujung logam dingin menyentuh kulit pria itu.

Hening di antara mereka berubah menegangkan.

“Duduk,” ucap Leon tajam.

Leon diam beberapa saat.

Lalu menghela napas pelan.

“Ferlay…”

“Kau tunangan Nata.”

“Dia adikmu.”

Sunyi. Terlalu banyak tekanan dalam kalimat itu.

“Apa kau pikir aku tidak tahu?” lanjut Leon, masih tenang. “Bagaimana bibir adikku bengkak saat kembali? Bagaimana dia mencoba menyembunyikan air matanya? Bagaimana dia—untuk pertama kalinya—mencari perlindungan padaku, bukan padamu?”

Ferlay memejamkan mata sesaat.

Hanya sesaat.

Lalu berkata dengan suara rendah dan dalam:

“Kau tahu kenapa aku tidak pernah menyentuhnya dari dulu, Leon?”

“Karena kau punya hati?” sindir Leon.

Ferlay membuka mata.

“Bukan. Karena dia belum siap.”

Dia menoleh ke arah Leon.

Matanya merah. Lelah.

Tapi tetap tajam, penuh api.

“Sekarang dia siap. Sekarang dia bisa jatuh cinta. Dan aku tidak akan biarkan itu pada siapa pun selain aku.”

“Kalau kau turun malam ini… aku sendiri yang akan membunuhmu duluan.”

Caleb membungkuk pelan, menyentuh punggung tangan Lyeria dengan bibirnya.

Lyeria tampak sopan… tapi Ferlay bisa melihat bahunya menegang sedikit.

Kecil. Hampir tak terlihat.

Tapi cukup.

“Kalau dia menyentuhnya lagi—aku tidak peduli siapa yang membawanya ke sini,” desis Ferlay pelan.

“Aku akan membunuhnya.”

Pedang di leher Ferlay hanya sempat menyentuh kulitnya sepersekian detik.

Lalu, dengan satu gerakan cepat dan dingin, Ferlay menepisnya—menyilangkannya dengan tangannya yang kosong, melempar arah mata pedang menjauh.

Leon terkejut.

Tapi sebelum ia bisa bereaksi, Ferlay sudah melompat ke balkon bawah.

Jubahnya berkibar, menyentuh lantai aula pesta yang penuh dengan bangsawan penting dari tujuh kerajaan.

Semua musik berhenti. Tawa membeku.

Ferlay berjalan cepat. Lurus. Tak ada basa-basi.

1
Vlink Bataragunadi 👑
hmmmm.... ada yg cemburu?
Vlink Bataragunadi 👑: oooh gitu, siap kak, aku ke sana dulu /Chuckle/
Vidiana A. Qhazaly: Mungkin supaya paham alur yg ini bisa baca di morning dew dulu klik aja profilku
total 2 replies
Vlink Bataragunadi 👑
kynya rameeee, tp awal bab byk kata kiasan yg aku blm ngerti
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!