Di suatu kampung yang masih asri disana jauh dari hiruk pikuk nya keramaian.
Di sana sangat Damai tidak ada yang namanya keberisikan yang di timbulkan oleh kendaraan dan lainnya
Namun kedamaian itu hilang tergantikan oleh teror mengerikan suasana Damai itu hilang bak terlelan alam.. Akan kan orang-orang yang ada di sana bertahan untuk melewati teror itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Makmisshalu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab-30. Siapa Sebenarnya Yang Jahat
"Assalamu'alaikum.. Assalamu'alaikum.. Abah, " ujar mang Usep dan mang Ujang
"Abah kamana nya euweuh nembalan ?"( Abah kemana ya gak ada menjawab?) ujar mang Ujang.
"Teuing atuh Jang urang teu nyaho, "( Gak tau Jang aku gak tau) ujar Usep.
mereka menunggu Abah cukup lama disana hingga akhirnya Abah datang juga.
"Usep.. Ujang aya naon, ?"( Usep.. Ujang ada apa?) ujar Abah bertanya.
"Sok kajajeuro heula, "( Yuk pada masuk dulu) ujar Abah kembali.
mang Usep dan mag Ujang pun masuk kedalam rumah Abah, Ambu buru-buru menggelar tikar untuk mereka duduk karna disana tak ada kursi.. adapun hanya kursi usang yang biasa Abah duduki, dan kursi itu tak tanyak untuk duduk orang lain.
"Abah bieu tos timana, ?(Abah barusan abis tari mana?) ujar mang Usep bertanya.
sebelum Abah menjawab pertanyaan mang Usep dia terlihat menghela napas berat seakan sedang memikul banyak beban.
Abah seakan tenggelam dalam dunia nya sendiri, bukan nya menjawab pertanyaan mang Usep Abah malah terlihat melamun dan terus menghela napas beratnya.
"Abah, " ujar mang Usep memegang pundak Abah Kohar agar dia tersadar dari lamunan nya.
"Astaghfirullah, " ujar Abah dia kaget saat Usep memegang pundaknya dan Abah pun tersadar bahwa dia malah tenggelam dalam lamunan nya.
"Kunaon Abah, ?"(Kenapa Abah?) ujar mang Ujang bertanya.
"Abah bingung barudak.. Abah bingung kudu kumaha nyangharepan musibah anu datang wae di leumbur urang, "( Abah bingung anak-anak.. Abah bingung harus gimana menghadapi musibah yang terus datang di kampung kita)
"Jadi Abah tos apal aya nu maot deui, ?( Jadi Abah udah tau ada yang meninggal lagi?) ujar Usep.
"Muhun atos, "( Iya udah) ujar Abah
" Bieu Abah ka beneran pas liwat ka leuweung jeuro.. Jadi Abah nyaksian jelma eta ngalepaskeun nyawana, "( Barusan Abah kebetulan pas lewat ke hutan dalam.. Jadi Abah menyaksikan orang itu melepas nyawa) ujar Abah memberi tau apa yang dia lihat, sontak jawaban Abah Kohar membuat mang Ujang dan mang Usep kaget.
"Jadi Abah tos apal? Arurang kadieu teh rek nga bejakeun eta, "( Jadi Abah sudah tau? Kita kesini tuh mau memberitahukan itu) ujar mang Ujang.
"Abah sabenerna kunaon make aya nu maot deui? Geus dua jelema Abah anu maot di pembangunan eta, "( Abah sebenarnya kenapa harus ada yang meninggal lagi? Udah dua orang Abah yang meninggal di pembangunan itu) ujar mang Ujang kembali bertanya.
"Abah can apal alasan na Jang, "(Abah belum tau alasannya Jang) ujar Abah karna Abah memang belum menemukan alasan nya.
"Abah, apa eta jelma teh di wadalkeun sangkan dedemit leuweung jeuro teu ngamuk, ?"(Abah, apa itu orang tuh di jadikan tumbal agar dedemit hutan dalam gak ngamuk?) ujar mang Ujang dan mang Usep pun mengangguk mendukung kata-kata mang Ujang.
"Lain Jang, nu nyicingan leuweung jeuro mah euweuh nu ngamam jelma teu harayangeun di wadalan jelma.. Palingan nu nungguan leuweung jeuro mah nahan leuleumbut jelma mun jelma eta boga salah ka maraneh na, "(Bukan Jang, penghuni hutan dalam itu gak ada yang makan manusia tidak mau di kasih tumbal manusia.. peling penghuni hutan dalam itu hanya menahan jiwa manusia jika manusia itu punya salah ke mereka) ujar abah menjelaskan.
Mendengar penjelasan Abah mang Ujang dan mang Usep terdiam.
"Terus eta jelma maot na kusaha, ?( Terus itu orang meninggal sama siapa?) ujar mang Usep, sungguh dia penasaran dengan apa yang terjadi belakangan ini.
tentang teror yang mereka dapatkan, tentang hewan ternak mereka yang mati mengenaskan, dan tentang dua orang yang sudah meninggal di hutan dalam.
"Ku Abah masih di usut, " ujar Abah.
"Terus eta sasatoan anu paraeh.. Eta ku naon Abah,? "( Terus itu hewan-hewan yang mati.. Itu kenapa Abah?) ujar mang Ujang.
"Eta mah geus dumuk ku mahluk leuweung jeuro.. Eta mah kur mere peringatan ka arurang, "(Itu sudah jelas oleh mahluk penghuni hutan dalam.. Itu hanya memberikan peringatan kepada kita) ujar Abah.
Jawaban Abah membuat mang Ujang dan mang Usep terdiam, disini mereka penasaran siapakah penjahat sebenarnya yang sudah tega menumbalkan orang lain hanya untuk meraih tujuannya agar tercapai.
………………………………………………………………………………
"HAHAHAHAHA... " suara tawa penggema memenuhi satu ruangan di sebuah rumah.
"Perlahan tapi pasti segala tujuan ku akan tercapai secepatnya, " ujar ki Bayan.
"Tumbal itu.. Meskipun tidak setiap hari tapi akan terus berjatuhan, dan itu sangat menguntungkan untuk ku hahahahahaha. " ujar ki Bayan sambil tertawa bahagia.
"Akan ku pastikan tumbal itu secepatnya memenuhi target ku seperti yang di inginkan junjungan ku( Iblis yang ki Bayan sembah), " ujar ki Bayan.
"PRAAANG... " Tiba-tiba terdengar suara barang pecah dari ruangan lain, di sekitar rumah ki Bayan.
"Hahh.... Kalian lagi.. Kalian pikir aku akan takut dengan teror-teror murahan kalian, " ujar ki Bayan sombong.
Ki Bayan dengan ogah-ogahan bangkit untuk melihat apa yang terjadi, namun di saat dia sampai di ambang pintu. Tiba-tiba dia tak bisa berjalan, bahkan bergerak pun ki Bayan tak bisa kaki nya terasa berat bagai di tindih batu besar.
Semakin ki Bayan berusaha bergerak semakin susah juga kaki nya di gerakan, karna penasaran ki Bayan pun membuka mata batin nya.. Kini jelas terlihat oleh mata ki Bayan, terlihat jelas dengan ada nya satu sosok yang memegangi kakinya.
Lidah menjulur sampai ke dada, mata metolot seperti ingin keluar, rambut jarang-jarang seperti bulu ulat, taring panjang mencuat tajam bagai kail pancing ikan dan air liur yang terus menetes begitulah sosok yang saat ini memegangi kaki ki Bayan.
"BUUGH.. BRUUUGGG... " Suara tendangan ki Bayan kepada sosok itu yang terbanting ke tembok rumah ki Bayan.
"Kurang ajar.. Kau mengagetkan ku makhluk jelek sialan, " ujar ki Bayan.
Bukan nya takut atau kesakitan sosok itu malah bergerak merangkak kembali menghampiri ki Bayan.
"Tes.. Tes.. Tes.. " Suara air liur sosok itu yang terus menetes membasahi lantai rumah ki Bayan.
"Menjijikan.. Kau mengotori rumah ku mahluk jelek, " ujar ki Bayan marah karna kini lantai rumah nya di penuhi air liur sosok itu.
Namun ocehan ki Bayan sia-sia karna sosok itu terus saja melakukan hal yang sama, dan kini air liur nya itu mengeluarkan bau yang tak sedap abu anyir yang bercampur bau busuk.
"Ku bilang berhenti mahluk sialan, " ujar ki Bayan berteriak berharap sosok itu menghentikan ulah nya.
"Tak bisa ku biarkan, HIYAAA.... " ujar ki Bayan lalu menerjang sosok itu.
Terjadilah pergulatan antara ki Bayan dengan mahluk yang terus mengeluarkan air liur itu, pergulatan yang sengit seakan tidak ada yang mau mengalah.
"BUUGH.. "
"BUUGGGH.. "
"TAK.. "
"DUUGG.. "
"BRUUKKK... "
"BRAKKK.. "
Ki Bayan dan sosok itu sama-sama terpental kebelakang, darah segar keluar dari mulut ki Bayan.
"CLING.. "
BERSAMBUNG.
dasar Lurah gebleg/Hammer/
manehna ngadat imahna aya nu ngacak², tapi manehna teu sadar, manehna nage gs ngacak² leuweung tempang cicing sagala makhluk..
kop tah ririwa, demit leuweung, jurig jarian coba pangnakolkn Pak Lurah. kira² teu bisaeun hudang weh menang saminggu mah/Hammer/
masa sesama setan takut/Tongue/
coba salah sahiji nu jadi tumbal teh jalma diluhurna atuh, ulah nu kuli wae. asa sedih nujadi anak pamajikan na..