Entah kesalahan apa yang Malea lakukan, sehingga dia harus menerima konsekuensi dari ibunya. Sebuah pernikahan paksa, jodoh yang sang ayah wariskan, justru membawanya masuk dalam takdir yang belum pernah ia bayangkan.
Dia, di paksa menikah dengan seorang pengemis terminal. Tapi tak di sangka, suatu malam Malea mendapati sebuah fakta bahwa suaminya ternyata??
Tak sampai di situ, dalam pernikahannya, Malea harus menghadapi sekelumit permasalahan yang benar-benar menguras kesabaran serta emosionalnya.
Akankah dia bisa bertahan atau memilih berpisah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Andreane, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
30
Aku tak memperdulikan Arga yang terus memanggilku.
Bahkan ketika langkahku sampai di mobil, dia masih mengejarku.
Memasuki mobil, ku tancapkan gas begitu aku menyalakan mesinnya.
Dengan kecepatan tinggi mobilku melesat meninggalkan perusahaan. Entah apa yang terjadi setelah itu, yang pasti aku tak melihat mobil Arga mengikutiku. Sampai ketika aku tiba di rumah, aku langsing turun lalu memasuki rumah.
Masih tak habis pikir kenapa Arga merencanakan kebohongan besar padaku, dan aku sangat yakin kalau semua keluarga, bahkan ibuku sendiri terlibat dalam kebohongan ini.
Apa maksud semua ini?
Aku melangkah lunglai menuju ke arah kamar.
Cukup lama aku terdiam, duduk sendiri di atas ranjang, tahu-tahu jam sudah menunjuk di angka sebelas lebih.
Sementara Arga belum juga pulang.
Mungkin dia melanjutkan rapatnya yang tertunda karena kedatanganku yang tak terduga.
Sampai kemudian ku dengar suara pintu terbuka. Pria itu muncul dengan raut penuh rasa bersalah.
Pelan dia melangkah ke arahku setelah sebelumnya menutup pintu kamar.
"Maaf!" Satu kata yang terucap setelah dia duduk di tepi ranjang tepat di sebelah aku merebahkan diri.
Alih-alih meresponnya, aku bergerak memiringkan badan memunggunginya.
"Aku bisa jelasin Le"
"Ini sudah malam, aku tidak punya tenaga untuk mendengar penjelasanmu" Kataku geram..
Ku dengar helaan napasnya kemudian berkata. "Ya sudah, istirahatlah, aku akan jelaskan semuanya besok"
Sial... Apakah aku bisa tidur dengan perasaan carut marut begini?
Tidak!!
Selang beberapa detik, Arga bangkit lalu melangkah menuju kamar mandi.
Pria tak berperasaan itu seolah bersikap tetap tenang setelah membohongiku habis-habisan, seperti menganggap jika apa yang sudah dia lakukan hanya kesalahan kecil. Apa memang seperti ini watak orang kaya?
Meremehkan, dan menyepelekan? Mentang-mentang dia kaya raya, sehingga dia bisa mempermainkan siapa saja?
Aku terkejut ketika lampu kamar mendadak mati. Aku lebih terkejut setelah tiba-tiba Arga merebahkan diri di sampingku.
Ada angin apa dia tidur dalam satu ranjang denganku?
Perasaanku semakin kacau. Amarah, gugup, serta rasa penasaran bercampur menjadi satu, seakan mencekik leherku dengan begitu kuatnya.
Sekian menit berlalu, tubuh Arga mendekat lalu memeluk.
Aku yang masih pura-pura tidur langsung beralih memunggunginya.
Aku cukup malu jika dia sampai mendengar irama jantungku yang makin tak beraturan.
"Terimakasih Malea, sudah bertahan denganku hingga detik ini"
Aku tak menyahut, memilih memejamkan mata sambil berusaha keras melupakan sejenak apa yang terjadi, setidaknya sampai besok pagi.
*****
Pagi harinya aku bangun lebih dulu, beraktifitas seperti biasa.
Memasak dan mencuci baju.
Sembari menyirami tanaman sayuran di belakang rumah, aku dengan sabar menunggu Arga bangun. Aku ingin mengajaknya bicara, tapi aku sedikit takut.
Apakah dia akan mengakuinya? Ataukah ini memang bagian dari rencananya untuk mengujiku mengingat sebelumnya dia mengaku jatuh miskin pada Belinda, mantan kekasihnya?
Karena ada banyak fakta yang aku dapatkan, aku sampai berspekulasi lebih dari satu prasangka.
Mendesah lirih, jam di dinding menunjukkan pukul delapan, dan Arga akhirnya keluar dari kamar dengan kondisi badan yang sudah segar.
Sebenarnya tadi subuh dia sudah bangun untuk menjalankan sholat, tapi tidur lagi setelah itu.
"Malea!" Panggilnya. Saat ini aku sedang duduk di ruang tamu sambil menonton acara gosip di televisi.
"Sudah sarapan?" Tanyanya.
"Sudah!" Jawabku singkat, tanpa menatapnya. Fokusku terus terarah ke tv di hadapanku.
"Aku akan jelaskan semuanya Malea"
"Kamu bisa sarapan dulu, setelah sarapan, kamu bisa jelaskan apa yang ingin aku dengar" Kataku dengan nada ketus.
Entahlah.. Kekesalan masih menguasaiku.
Tanpa sepatah kata pria itu pergi ke arah dapur.
Dia kembali setelah tiga puluh menit kemudian.
Dia duduk di sofa lain yang ada di sisi kananku.
Selanjutnya kami sama-sama diam, pandanganku kosong menatap ponsel yang tergeletak di atas meja.
Rasanya aku tidak tahu harus bagaimana, atau harus bereaksi seperti apa setelah mendengar penjelasannya nanti.
Tapi satu hal yang harus Arga lakukan. Dia harus menjelaskan apa maksud dari kepura-puraannya terhadapku selama ini. Sebab aku tidak bisa jik terus hidup dalam kebimbangan dan kebohongan.
Menelan ludah...
Karena Arga tak kunjung bersuara, aku lantas meliriknya dengan tajam, mencoba mencari tahu lewat sorot matanya.
"Apa yang ingin kamu jelaskan? Jelaskan lah, aku siap mendengar karangan ceritamu" Kelekarku akhirnya.
"Karangan apa maksudmu, Malea?"
Bibirku tersenyum miring.
"Kamu ternyata memiliki banyak rahasia, ya?"
Arga menatapku lekat lalu menyerukkan suaranya. "Ya.. Mungkin memang sudah waktunya kamu mengetahui siapa aku" Balas Arga tenang, setenang gestur tubuhnya.
"Kenapa kamu tidak bilang yang sebenarnya tentang siapa diri kamu? Kenapa kamu berpura-pura menjadi orang miskin? Kenapa tidak memberitahuku sejak awal bahwa kamu adalah orang kaya, CEO dari sebuah perusahaan besar?" Aku langsung mengajukkan rentetan pertanyaan sekaligus.
Arga menghela napas panjang.
"Aku.... Tidak ingin kamu mencintaiku karena uang. Dan semua yang aku lakukan ini semata-mata hanya ingin tahu apakah kamu bisa mencintaiku apa adanya tanpa melihat status dan kekayaan yang aku miliki"
Sungguh aku terkejut mendengar pengakuannya.
"Jadi kamu melakukan semua ini karena ingin mengujiku?"
Arga mengangguk pelan sebelum kemudian berkata "Aku ingin tahu apakah kamu bisa mencintaiku dengan tulus tanpa mengetahui siapa diriku yang sebenarnya"
"Tapi kenapa harus mengujiku?" Tanyaku to the point. "Apa ada hubungannya dengan masa lalumu?" Tambahku sarkas.
Arga seperti terkejut begitu mendengar pertanyaanku.
Dan sejujurnya sesuatu dalam diriku terasa tergerak.
Di satu sisi aku marah karena telah di bohongi sampai berbulan-bulan, tapi di sisi lain aku mulai menyadari betapa besar usaha yang sudah dia lakukan untuk mencari cinta sejati.
Pertanyaan ku, apakah aku bisa memaafkannya?
Tapi masih ada satu pertanyaan ku yang masih menghantui pikiranku.
Kenapa harus aku yang melalui ujian ini?
masih pengen di peyuk2 kan sama Arga
hormon bumil tuh Dede utunya masih pengen di manja2 sama ayah nya,,
kebat kebit ga tuh hati kmau
Ayo thor lanjut lagi yg byk ya...penanasaran bgt kelanjutannya...
kenapa ga jujur aja seh.
tapi Lea takut ngomongnya,takut ga di akui sama mas arga
ayo Lea jujur aja aaah bikin gemes deeh