DILARANG KERAS PLAGIARISME!
Aruni adalah seorang mahasiswi di sebuah universitas ternama. Dia berencana untuk berlibur bersama kawan-kawan baik ke kampung halamannya di sebuah desa yang bahkan dirinya sendiri tak pernah tau. Karena ada rahasia besar yang dijaga rapat-rapat oleh ke dua orang tua Aruni. Akankah rahasia besar itu terungkap?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DENI TINT, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 30 - PERTANDA
Bella yang berada di belakang Caca, mengusap mata dan wajahnya yang masih agak buram karena bangun tidur. Bella melihat Aruni berdiri di depan pintu kamarnya sendiri.
"Itu Aruni Ca! Kenapa emang?!" ucap Bella yang akhirnya merasa kesal sekaligus aneh dengan tingkah Caca barusan.
Sedangkan Caca, dengan ekspresi diam, tanpa sepatah katapun, berdiri mematung melihat Aruni yang sudah ada di depan pintu kamarnya sendiri.
Aruni yang saat ini Caca lihat, sangat bersih tubuhnya. Tak ada bekas darah bahkan hanya setetes.
"A-A-Aruni???" ucap caca dengan segala rasa tak percaya dan heran begitu besar dalam pikirannya. Seolah ia seperti mengalami sesuatu yang sangat tak masuk akal sehatnya.
"Lo kenapa Ca? Ko muka lo tegang begitu sih?" sahut Aruni kemudian. Caca masih terpaku, berdiri mematung memandangi Aruni.
"Woy!!!" Bella mengagetkan Caca dengan menepuk kencang pundaknya.
"A-A-Aruni? Ini... beneran Aruni???" tanya Caca dengan penuh kebingungan dan rasa tak percaya yang begitu kuat.
Aruni malah mengerutkan dahinya sambil melihat ke arah Caca dan Bella. "Ya iyalah, ini gue Ca. Lo kenapa sih?" tanya Aruni kemudian.
"Tau nih anak, gak jelas banget deh! Sebel gue!" timpal Bella.
"Gue... tadi... Lo... Ada di..." Caca terbata-bata untuk bicara, malah semakin membuat Aruni dan Bella semakin heran.
"Apa Ca? Gue juga baru bangun ini, baru aja selesai mandi malah." Aruni menjelaskan sambil mengusap rambutnya yang ternyata memang masih agak basah.
"Hah??? Lo... baru selesai mandi???" Caca bertanya dengan segudang keheranan dan kebingungan. Ia memperhatikan dengan teliti seluruh tubuh Aruni, dari ujung kaki sampai ujung kepala.
"Gak jelas lo Ca, sumpah!" timpal Bella yang kembali masuk ke dalam kamar. Dan menutup pintunya agak keras karena kesal. Dan Aruni pun kembali masuk ke dalam kamarnya, lalu menutup pintunya. Caca masih berdiri di lorong kamar lantai atas, berpegangan ke pagar tangga.
Caca, dalam kebingungan, dalam kekalutan, sekaligus rasa tak percaya, mencoba mencerna dengan akal sehatnya. Namun akalnya sama sekali menolak, tak mampu menerima apa yang baru saja terjadi padanya.
Dengan sangat jelas ia barusan melihat Aruni tergeletak di bawah pohon beringin itu, bersimbah darah. Tapi, saat ini, barusan ia melihat Aruni bersih, selesai mandi, dan ia baru saja keluar kamarnya.
***************
Jam sudah menunjukkan pukul 07.00 pagi.
Bella dan Aruni sudah ada di ruang makan lantai bawah. Sedang menunggu Caca untuk turun agar segera sarapan.
"Bell, tadi si Caca kenapa deh?" tanya Aruni.
"Tau, gak jelas banget tuh anak!" jawab Bella masih agak kesal. "Dia tuh tadi, tiba-tiba banget bangunin gue. Matahari nongol juga belom. Jadi agak pusing kepala gue nih sekarang." tambahnya.
"Tiba-tiba bangunin gimana sih?" tanya Aruni lagi.
"Ya kayak orang habis liat setan aja dia! Terus sebut-sebut nama lo juga, kan aneh banget!" jelas Bella.
Obrolan mereka terhenti, saat Caca mulai menuruni anak tangga, perlahan ia menatap Aruni dan Bella yang sudah menunggunya. Aruni dan Bella bertukar pandangan, merasa aneh sendiri melihat gelagat tak biasa dari Caca.
"Lo gak apa-apa?" tanya Aruni saat Caca sudah ada di dekat kursi meja makan, di samping mereka berdua.
"Emmm... Iya... gue... gak apa-apa..." jawab Caca dengan senyuman tipis namun tertahan.
"Bella, ambilin teh anget deh..." kode Aruni supaya Bella mengambilkan.
"Ogah! Ambil aja sendiri!" jawab Bella ketus sambil melirik ke arah Caca.
"Eh, jangan gitu ah, ambilin sana!" pinta Aruni agak tegas. Namun Bella masih saja tak bergerak dari kursinya.
"Bella... Ambilin gak?!" tegas Aruni sekali lagi.
"Hufttt... Iya iya... Gue ambilin nih..." akhirnya Bella beranjak dari kursi menuju ke dapur.
"Makasih Bell..." ucap Aruni. Kembali Aruni menatap Caca yang menunduk, memainkan jari-jari tangannya di atas meja.
"Ca?" Aruni mencoba menenangkan sahabatnya itu dengan memegang lembut pundaknya. Dan Caca pun menoleh.
"Lo kenapa sih tadi? Coba cerita dong..." pinta Aruni dengan lembut. Aruni bisa merasakan sesuatu yang aneh dalam diri Caca. Sepertinya ingin diceritakan kepada Aruni dan Bella, namun tertahan.
"Emmm... Gak apa-apa kok Ar..." jawab Caca dengan senyum masih tertahan.
"Ayolah... Jangan gitu... Ada apa sebenarnya? Jangan bikin gue sama Bella jadi penasaran nih." pinta Aruni sekali lagi. Bella kembali ke meja makan dengan membawakan segelas teh hangat untuk Caca.
"Nih, tehnya. Tenang aja, gak gue kasih obat tidur kok!" ucap Bella masih ketus.
"Beeellaaa..." Aruni menatap Bella dengan ekspresi agak kesal karena ucapannya malah semakin membuat suasana tak nyaman.
Bella menatap Caca, dan berkata, "Ngomong lah! Jangan diem aja! Udah bikin gue pusing kepala dibangunin dadakan begitu!".
"Bell, maafin gue, tadi... udah bangunin lo kayak gitu..." ucap Caca dengan suara lembut, merasa bersalah juga kepada Bella.
"Iya... Gue maafin... Udah, sekarang lo cerita, kenapa lo tadi?" pinta Bella. Aruni pun menatap Caca, menunggu penjelasannya.
"Emm... Gue gak tau gimana mau mulai ceritanya..." jawab Caca perlahan.
"Udah... Pelan-pelan aja ceritanya..." Aruni mencoba menenangkan.
"Emm... Gue... Tadi tuh liat lo di bawah pohon beringin Ar..." jawab Caca.
"Hah? Apa?" respon Aruni sambil mengerutkan dahinya, pun sama dengan Bella.
"Maksud lo apaan?" tanya Bella kemudian.
Kemudian Caca menjelaskan detail kejadian yang ia alami. Mulai dari dirinya terbangun, melihat Bella yang masih pulas, turun ke bawah menuju dapur, memasak air dan nasi, kemudian ia membuat teh. Sampai kepada kejadian saat ia membuka pintu yang ternyata tak dikunci. Lanjut kepada kejadian dimana ia mencium aroma anyir darah.
Aruni dan Bella mendengarkan dengan seksama, pun dengan rasa heran dan tanda tanya besar dalam benak mereka berdua.
"Lo beneran ngomong begitu? Lo gak ngigo kan?" tanya Bella.
"Ya ampun Bella, ngapain juga gue ngarang atau bohong beginian?" Caca mencoba membela diri dan dia memang berkata sejujurnya.
"Terus-terus?" tanya Aruni.
Caca kembali melanjutkan detail ceritanya. Saat ia mencoba mencari sumber aroma anyir darah itu, kemudian dia melihat tubuh Aruni tergeletak di bawah pohon beringin di luar halaman sana. Caca juga menjelaskan detail bagaimana kondisi Aruni saat ia temukan, bersimbah darah wajah dan tangan Aruni.
"Terus habis itu, gue panik lah, gue lari ke dalem rumah, dan... Ya gue bangunin lo Bell..." tutup Caca atas semua detail ceritanya.
Aruni dan Bella yang mendengar akhir dari cerita Caca, hanya bisa menahan nafas sejenak sambil bertukar pandangan. Seolah mereka berdua tak percaya dengan cerita Caca, namun mereka tahu Caca tak mungkin mengarang cerita semacam itu.
"Hemmm... Gitu ya... Ya udah, lo tenangin diri lo dulu aja Ca... Dan lo sekarang tau kan? Gue ada di kamar, baru selesai mandi pas lo sama Bella di depan pintu kamar tadi." jelas Aruni.
Aruni mencoba mencerna setiap cerita Caca, meskipun dalam dirinya pun ada yang ingin ia ceritakan.
Aruni ingin cerita, namun ia pun menahannya...