Sudah dua bulan sejak pernikahan kami. Dan selama itu, dia—lelaki itu—tak pernah sekalipun menyentuhku. Seolah aku tak pernah benar-benar ada di rumah ini. Aku tak tahu apa yang salah. Dia tak menjawab saat kutanya, tak menyentuh sarapan yang kubuat. Yang kutahu hanya satu—dia kosong dan Kesepian. Seperti gelas yang pecah dan tak pernah bisa utuh lagi. Nadira dijodohkan dengan Dewa Dirgantara, pria tiga puluh tahun, anak tunggal dari keluarga Dirgantara. Pernikahan mereka tak pernah dipaksakan. Tak ada penolakan. Namun diam-diam, Nadira menyadari ada sesuatu yang hilang dari dalam diri Dewa—sesuatu yang tak bisa ia lawan, dan tak bisa Nadira tembus. Sesuatu yang membuatnya tak pernah benar-benar hadir, bahkan ketika berdiri di hadapannya. Dan mungkin… itulah alasan mengapa Dewa tak pernah menyentuhnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon heyyo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30. Tidurlah, Aku Ada Disini.
Melihat Dewa yang segera masuk ke kamar tamu, aku berlari kecil melewati anak tangga langsung masuk ke kamar utama. Tidak aku kunci pintu itu, ku biarkan terbuka. Aku duduk meringkuk di atas kasur dan cahaya senter dari ponsel yang aku nyalakan.
Berkali kali suara kilat dan petir menyambar. Angin bertiup kencang dan hujan kian deras. Aku takut, benar benar takut. Ku peluk diriku sendiri, mengenggam erat lengan kardigan yang aku beli minggu lalu.
Aku menangis, menangis karena takut, menangis karena sendirian dan menangis karena lagi lagi aku berusaha untuk tidak menyesali pernikahan ini.
Siapa yang sebenarnya sedang aku tipu, diriku sendiri atau orang orang di luar sana yang mengira pernikahan kami merupakan pernikahan yang sempurna.
......................
Di sisi lain Dewa duduk di atas kasur di kamar tamu. Suara petir dan sambaran kilat tidak sedikitpun membuatnya gentar. Dia masih memikirkan hal yang terjadi akhir akhir ini. Sesuatu yang membuatnya enggan untuk pulang ke rumah menemui Nadira.
Lalu seketika lamunannya tersadar ketika Suara petir yang sangat besar terdengar. Sempat mengejutkan Dewa, namun ada suara Jeritan Nadira dari kamar utama. Diseberang kamar tamu.
Dewa berdiri dari duduknya, mengambil gelas kosong di atas meja dan hendak mengisinya ke dapur. Tapi jauh di dalam benak Dewa, sebenarnya dia ingin memastikan apakah Nadira baik baik saja. Bagaimanapun juga Dewa tau Nadira adalah seorang wanita. Wanita yang dia abaikan saat berlari ke arah nya, ketakukan di kegelapan.
Dewa berjalan hendak menuju tangga, kemudian langkahnya sedikit terhenti saat melihat pintu kamar yang terbuka lebar. Disana terlihat ada cahaya senter dari ponsel Nadira yang mengarah ke atas, menyinari tubuh kecil yang meringkuk memeluk dirinya sendiri. Meskipun wajahnya terbenam di kedua lututnya Dewa tau Nadira sedang menangis.
Tiba tiba saja, pintu sudah tertutup. Nadira mengangkat kepalanya dengan cepat melihat samar samar di kegelapan sosok Dewa yang masuk sembari memegang gelas kosong. Berdiri di hadapannya sambil menunduk.
Matanya yang basah memperhatikan Dewa berjalan mendekat, kemudian meletakkan gelas kosong di atas meja disebelah tempat tidur, lalu Dewa berbaring di sebelah Nadira. Ia masih tidak menatap ke arah Nadira, berusaha menghindari kontak mata.
Nadira terdiam, melihat Dewa yang berbaring di sebelahnya. Seketika kilat kembali menyambar, Nadira terkejut dan membuat permukaan kasur bergoyang.
"Tidurlah, Aku ada disini." Suara berat Dewa memecah ketakutan Nadira.
Dengan cepat Nadira menarik selimut di ujung kakinya, membaringkan tubuhnya mengarah kepunggung Dewa yang membelakangi nya. Berusaha sebisa mungkin untuk tetap menutup mata nya yang basah. Meski jantung berdetak tidak karuan.
Dewa masih bisa merasakan. Kegelisaan Nadira di sebelahnya. Suara isakan setelah tangisan itu masih terdengar samar. Tiba tiba saja tangan besar Dewa menarik kepala Nadira ke pelukannya.
"Jangan khawatir, aku tidak akan meninggalkanmu." Suaranya pelan dan terdengar sangat tulus.
Entah kenapa,malam ini....aku memilih untuk tidak membiarkannya sendiri.—Dewa.
......................
Saat itu aku takut, tapi lebih terkejut karena Dewa tiba tiba saja memeluk ku. Suara detak jantungnya terdengar jelas di telingaku. Aroma parfum yang dia kenakan, aku dapat menciumnya dengan sangat jelas.
Jantungku berdebar, tapi perasaan ini lebih ke arah tenang. Terasa tenang karena aku sadar tidak sendirian di kegelapan. Tenang karena aku berada di pelukannya.
Isakan tangisku berhenti, mataku mulai terpejam dengan sendirinya.
.hans bayar laki2 tmn SMA itu