NovelToon NovelToon
The Stoicisme

The Stoicisme

Status: sedang berlangsung
Genre:Ketos / Berbaikan
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: Wahyudi0596

Shiratsuka mendecak, lalu membaca salah satu bagian esai yang ditulis Naruto dengan suara pelan tetapi jelas:

"Manusia yang mengejar kebahagiaan adalah manusia yang mengejar fatamorgana. Mereka berlari tanpa arah, berharap menemukan oase yang mereka ciptakan sendiri. Namun, ketika sampai di sana, mereka menyadari bahwa mereka hanya haus, bukan karena kurangnya air, tetapi karena terlalu banyak berharap."

Dia menurunkan kertas itu, menatap Naruto dengan mata tajam. "Jujur saja, kau benar-benar percaya ini?"

Naruto akhirnya berbicara, suaranya datar namun tidak terkesan defensif. "Ya. Kebahagiaan hanyalah efek samping dari bagaimana kita menjalani hidup, bukan sesuatu yang harus kita kejar secara membabi buta."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wahyudi0596, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 30

Pertandingan telah berjalan selama hampir dua puluh menit, dan atmosfer di ruangan semakin menegang. Sayaka, salah satu pemain utama SMA Sobu, tampil luar biasa di awal pertandingan. Gerakannya tegas, setiap langkah yang diambilnya menunjukkan keberanian dan perhitungan yang matang. Bahkan, lawan di hadapannya mulai kesulitan menebak strateginya.

Hiratsuka-sensei yang berdiri di sisi arena sempat tersenyum melihatnya. "Bagus, dia bisa memimpin," batinnya.

Namun, di dunia Shogi, momen keunggulan bisa berubah kapan saja.

Kesalahan Kecil yang Berakibat Fatal

Di pertengahan pertandingan, Sayaka membuat kesalahan. Langkahnya yang terlalu agresif membuka celah bagi lawan untuk melakukan serangan balik yang cepat dan mematikan. Hanya dalam tiga langkah, papan yang tadinya menguntungkan baginya kini berbalik menjadi neraka.

Takumi Asano, yang sejak tadi hanya mengamati pertandingan dengan santai, tertawa kecil.

"Kau terlalu gegabah," katanya dengan nada mencibir. "Kemenangan di awal tidak menjamin apa pun jika kau tidak punya rencana jangka panjang. Sepertinya aku harus mengajari kalian dasar-dasar strategi bertahan."

Sayaka menggigit bibirnya, matanya mulai menunjukkan kecemasan. Ia sadar bahwa posisinya sekarang semakin terdesak. Langkah-langkah yang ia pikir bisa mengurung lawan, justru membuatnya terjebak dalam perangkap sendiri.

Hiratsuka-sensei yang melihat situasi ini mulai menunjukkan ekspresi khawatir. Ia tahu Sayaka masih belum berpengalaman dalam pertandingan turnamen seperti ini.

"Sial, apakah dia akan panik? Jika dia salah langkah lagi, dia bisa kehilangan pertandingan ini lebih cepat dari yang seharusnya."

Namun, Naruto tidak menunjukkan kepanikan yang sama.

Duduk di belakang mereka, ia justru menyeringai kecil, matanya berbinar penuh ketertarikan.

"Jadi ini rencanamu, huh, Sayaka?"

Naruto mengenali pola ini. Ia pernah berada di posisi yang sama ketika pertama kali bertanding melawan seorang ahli. Saat itu, ia juga sempat merasa percaya diri di awal, hanya untuk dihancurkan di pertengahan permainan.

Sayaka… tengah mencoba meniru dirinya.

Bukan dalam arti meniru kesalahannya, tetapi menggunakan kesalahan itu sebagai pelajaran untuk sesuatu yang lebih besar.

"Baiklah, tunjukkan padaku... apakah kau benar-benar bisa bangkit dari sini?" pikir Naruto, matanya berbinar penuh antisipasi.

Sementara itu, Sayaka menarik napas dalam. Perlahan, senyum kecil muncul di wajahnya.

Takumi Asano sedikit menyipitkan matanya, menyadari perubahan ekspresi lawannya.

"Apa yang kau rencanakan sekarang?" pikirnya, mulai merasa ada sesuatu yang berbeda.

Pertandingan masih jauh dari selesai. Dan bagi Sayaka, pertarungan sesungguhnya baru saja dimulai.

Seluruh ruangan dipenuhi ketegangan. Hiratsuka-sensei yang semula khawatir kini terdiam, sementara Naruto masih menyeringai kecil. Sayaka, yang sempat terdesak, mulai menunjukkan sesuatu yang berbeda.

Langkahnya mulai lebih tajam, lebih terarah. Ia sudah tidak lagi terburu-buru seperti sebelumnya. Dia telah menyusun rencana baru.

Takumi Asano, yang sebelumnya mencibirnya, kini mengangkat alisnya, sedikit terkejut.

"Hah? Dia berubah? Sejak kapan?"

Sementara lawannya masih mencari celah untuk mengakhiri permainan, Sayaka mendadak membuat gerakan yang berani. Ia mengorbankan salah satu bidaknya, memancing lawannya untuk mengambilnya—dan saat itulah jebakannya mengunci.

Lima belas langkah kemudian—lima langkah lebih panjang daripada yang pernah digunakan Naruto untuk mengalahkannya—Sayaka menghentikan tangannya di papan dan tersenyum tipis.

"Shougi mate."

Sebuah skak mat yang tidak terduga.

Lawannya membeku. Jemarinya yang hendak menggerakkan bidak terhenti di udara, matanya gemetar. Ia mencoba menghitung ulang, mencari jalan keluar—tetapi sudah tidak ada.

Ia… telah kalah.

Takumi, yang sejak tadi hanya menjadi penonton, terdiam sesaat. Ia menatap papan permainan, lalu kembali menatap Sayaka.

Sayaka, yang biasanya ceria dan mudah terpancing emosi, kali ini hanya tersenyum tipis. Ia menatap Takumi dengan tatapan tenang, penuh kepercayaan diri.

"Apa kau bilang tadi?" katanya dengan nada lembut, tetapi penuh sindiran. "Aku terlalu gegabah? Kurasa aku baru saja membuktikan sebaliknya."

Takumi mengerutkan kening.

Naruto hanya menyilangkan tangan di dada dan mengangguk kecil.

"Bagus… dia tidak hanya menang, tapi juga menanamkan mental pemenang di dirinya sendiri," pikirnya dengan puas.

Di tribun, beberapa orang yang menonton pertandingan itu mulai berbisik kagum. Mereka tidak menyangka bahwa SMA Sobu, yang tidak diperhitungkan, bisa menjatuhkan salah satu pemain dari sekolah empat besar tahun lalu.

Sayaka menarik napas lega. Ia baru saja memenangkan pertandingan pertamanya—dan itu lebih berarti daripada yang bisa dikatakannya.

Sayaka kembali ke sisi Naruto dengan langkah penuh percaya diri. Rasa bangga jelas terpancar dari wajahnya, bukan hanya karena kemenangan, tetapi karena ia berhasil meniru strategi Naruto dan mengaplikasikannya dengan baik.

Begitu sampai di sampingnya, ia menyeringai, lalu berkata dengan nada puas, "Bagaimana? Aku berhasil meniru caramu, bukan?"

Naruto hanya menatapnya sebentar sebelum menyeringai balik.

"Lumayan," katanya santai, "Tapi kau masih terlalu lambat. Jika aku lawanmu, aku sudah menang sepuluh langkah lebih cepat."

Sayaka mengerucutkan bibirnya, sedikit kesal.

"Hei, setidaknya aku menang, kan?" protesnya.

"Benar," Naruto mengangguk, matanya berkilat penuh kebanggaan. "Tapi jika kau ingin lebih kuat, kau harus lebih tajam lagi. Jangan puas hanya karena menang satu pertandingan."

Sayaka mendengus, tetapi ia tahu Naruto tidak sedang mengecilkan usahanya. Justru sebaliknya, itu adalah caranya mendorong mereka agar terus berkembang.

Di samping mereka, Hiratsuka-sensei menyilangkan tangan dan tersenyum puas.

"Bagus," katanya, "Setidaknya kita sudah mengamankan satu poin. Tidak buruk untuk pertandingan pertama, apalagi lawan kita bukan tim sembarangan."

Ia kemudian melirik ke arah Naruto, seakan menanyakan apakah mereka siap untuk pertandingan berikutnya.

Naruto hanya mengangkat bahu, tatapannya tenang tetapi penuh keyakinan.

"Yang berikutnya juga akan menang," katanya santai. "Aku pastikan itu."

Keajaiban Sang Ace

Pertandingan kedua dimulai dengan suasana yang lebih menegangkan. Lawan yang dihadapi Reina bukan pemain sembarangan—mereka berasal dari sekolah yang tahun lalu berhasil mencapai empat besar. Namun, Reina tetap tenang.

Sejak langkah pertama, gerakannya tajam dan agresif. Tidak ada sedikit pun keraguan dalam caranya menggerakkan bidak, seakan ia sudah memprediksi seluruh kemungkinan pergerakan lawan sejak awal.

Naruto yang menyaksikan di pinggir meja sempat menaikkan alis.

"Menarik..." gumamnya dalam hati.

Bahkan dia sendiri tidak menyangka Reina bisa bermain sebrilian ini.

Dalam lima langkah awal, ia sudah mengunci pusat papan. Sepuluh langkah kemudian, lawannya terlihat mulai panik—ia dipaksa masuk dalam permainan Reina, tanpa bisa membangun strategi sendiri.

Sementara itu, di sisi lain, Hiratsuka-sensei mulai tersenyum tipis.

"Sepertinya kita punya monster tersembunyi di tim ini," ujarnya santai.

Naruto hanya menyeringai. Monster? Mungkin lebih tepat disebut keajaiban.

Lima langkah terakhir berjalan begitu cepat. Tidak ada perlawanan berarti dari lawan yang sudah kehilangan kontrol atas permainan. Langkah ke-20 menjadi akhir segalanya.

Reina menang.

Seisi ruangan terdiam beberapa detik, seakan tak percaya dengan kecepatan pertandingan ini berakhir. Bahkan lawannya masih terpaku menatap papan, mencari tahu di mana kesalahannya.

Namun Reina hanya tersenyum tipis, menatap langsung ke arah Naruto.

"Bagaimana?" tanyanya ringan, seakan baru saja melakukan sesuatu yang biasa saja.

Naruto menyilangkan tangan, matanya berkilat penuh ketertarikan.

"Kau lebih cepat dari yang kuduga."

Reina mengerling penuh percaya diri.

"Tentu saja. Aku kan Ace di sini."

Di sisi lain, Hiratsuka-sensei menarik napas lega. Dengan dua kemenangan beruntun, artinya SMA Sobu sudah mengamankan posisi di babak berikutnya!

Naruto, meskipun senang, masih memandangi Reina dengan penuh rasa ingin tahu.

"Jadi ini kemampuan aslimu, ya? Menarik... sepertinya aku harus mulai memikirkan strategi baru saat melatih kalian nanti."

Reina hanya tersenyum penuh percaya diri. Babak pertama telah berakhir dengan kemenangan mutlak bagi SMA Sobu. Tapi turnamen ini masih panjang.

1
Bayuon So7
Gas bang, semoga aman dan sehat selalu biar bisa update terus
Rainbow Scorpion Venom
waaaah, gurunya jomlo,
makanya jangan ngintip, jadi iri kan tuh
Tessar Wahyudi: haha, sehatt kabarnya bang
total 1 replies
Rainbow Scorpion Venom
thor udah ku kasih bintang 5 yaa!
Tessar Wahyudi: Terima kasih, semoga semakin terpikat seiring bab yang terupdate.
total 1 replies
Rainbow Scorpion Venom
ceritanya anti mainstream alurnya lain daripada yang lain mantaplah pokoknya!
Tessar Wahyudi: makasih banyak, ke depannya semoga terhibur dan bersabar ya. karena update cuma bisa 1 bab per hari
total 1 replies
Eka Junaidi
Bisa update 2 chapter sehari penasaran saya kelanjutannya, serius.
Rainbow Scorpion Venom
itu sika udah mati kah ?
Rainbow Scorpion Venom: ok thor
Tessar Wahyudi: sabar ya, saya buat plotnya dulu biar gak melenceng dari Series ini. kemungkinannya bulan 6 atau Tujuh lah saya Upload. bikin banyak langsung biar gak putus di tengah jalan.
total 4 replies
Eka Junaidi
lanjut teruss
Tessar Wahyudi
Semoga bisa teruss update rutin, gak apa-apa satu hari satu chapter yang penting Istiqomah. semangat terus.
Eka Junaidi
saya baca ada yang janggal, seperti ada yang kurang. coba di koreksi lagi di chapter terakhir
Nekofied「ᵛᵉʳᶦᶠᶦᵉᵈ」
untung bukan sayaka 🗿
Tessar Wahyudi: Nanti juga sedikit-sedikit dikasih tahu kok, sabar aja. Aku cuman bisa Update satu hari satu chapter soalnya, ngisi buat 3 karya.
Tessar Wahyudi: ah nanti terjawab seiring cerita berjalan
total 4 replies
Eka Junaidi
Masih dipantau, semoga gak macet seperti karya lainnya. atau semoga semuanya bakal di lanjutkan lagi.
Eka Junaidi
Itu sinar matahari pagi atau sore, kok dia akhir Naruto menemukan dokumen Yamato hanya dalam waktu satu jam setengah. jika Naruto Dateng pagi jam setengah enam, setidaknya waktu baru menunjukkan pukul tujuh pagi. jadi itu adalah typo.
Eka Junaidi
mantap, semangat nulisnya bro
anggita
like👍pertama... 👆iklan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!