Ganhia Wijaya, seorang gadis cantik yang penurut dan pekerja keras, hidup dengan tenang di bawah naungan keluarganya yang sederhana. Namun, kedamaian itu hancur ketika ayahnya terjerat utang besar kepada Tuan Danendra Mahendra, seorang pengusaha muda yang kaya raya namun terkenal dengan sifatnya yang dingin dan sombong. Demi menyelamatkan bisnis keluarganya yang hampir bangkrut, ayah Ganhia memaksa putrinya untuk menikah dengan Danendra, meski hatinya menolak.
Akankah mereka menemukan kebahagiaan di tengah pernikahan yang dilandasi oleh sebuah kontrak yang penuh tekanan?
yuk mampir yuk di karya pertama aku🙏😁
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Merlin.K, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidur Bersama
Sore itu di Kediaman Mahendra, suasana rumah tenang. Claudia dan Gisel sedang berada di ruang tengah, masing-masing sibuk dengan ponsel dan riasan wajah. Ibu berada di ruang baca, menikmati teh sore dan sesekali melirik jam dinding.
Ganhia baru saja selesai merapikan ruang kerja Danendra. Ia menggulung lengan bajunya, mengikat rambutnya seadanya, dan duduk sebentar di kursi kecil dekat jendela. Hari ini berjalan seperti biasa. Tapi ada perasaan aneh yang mengganggu... seolah sesuatu akan terjadi.
Tiba-tiba, suara langkah kaki pelayan terdengar tergesa.
"Nona Ganhia..." Pelayan itu muncul membawa sebuah kotak kecil hitam elegan, lengkap dengan amplop bersegel emas.
Ada kiriman untuk Anda."
Ganhia menatap bingung.
"Untuk saya?" tanyanya ragu sambil mengambil kotak itu.
Ia membuka perlahan. Di dalamnya, tertata rapi sebuah Black Card eksklusif, terukir namanya: Ganhia Wijaya.
Bersama kartu itu, selembar kertas tipis dengan tulisan tangan yang tegas:
"Gunakan untuk keperluan mu."
Ganhia membeku sejenak. Tangannya menggenggam kartu itu dengan ragu. Apa maksud dari semua ini? Kenapa dia memberikannya? Apa yang diharapkan Danendra darinya? Apa Danendra merencanakan sesuatu baginya?"
Sebelum ia bisa mencerna lebih jauh, suara Claudia terdengar dari arah pintu yang kebetulan lewat.
"Apa itu Bi..." katanya dengan nada tinggi dan langkah yang cepat mendekat.
Gisel ikut mendekat dan melirik kotak di tangan Ganhia.
"Itu... kartu Black?" Gisel mendekat dengan ekspresi tak percaya.
"Wah kak Nendra memberikan Black Kard... kakak ipar sangat beruntung pasti kak Nendra sangan mencintaimu kak.."
"apa yang dia katakan mencintaiku hri adik ipar bukan seperti itu kakakmu yang iblis itu memberikan Kartu ATM ini mungkin karena dia akan lebih menyiksa ku kedepannya.."
sedangkan Claudia yang mendengar ucapan Gisel langsun menoleh ke arah adiknya dan memberikan tatapan tajam.
"Dasar bodoh kau tidak tau kak Nendra hanya mencintai kak Alea dan dia beruba jadi dingin saat di tinggalkan kak Alea tidak mungkin Kak Nendra mencintai gadis ini."
" benar nona kakakmu itu tidak mungkin mencintaiku aku yang katanya gadis bodoh ini dan kampungan dia hanya menjadikanku pelayan dan siapa yang anda tadi katakan Alea apa itu pacar Tuan Muda, tolong lah Nona Alea cepatlah kembali agar aku bisa bebas dari iblis dingin itu."
"jadi sekarang kamu bukan jadi pelayan tapi juga pemegang Black card dari kak Nendra. Luar biasa." kata Claudia
" apa kamu pikir dengan itu kamu sudah bagian dari keluarga ini?" tambahnya lagi dengan ingin.
Ganhia menatap mereka berdua, wajahnya tetap datar tapi sorot matanya tenang dan tajam.
" saya hanya menjalankan apa yang di perintahkan oleh Tuan rumah ini. Tidak lebih."
Ganhia melangkah ke arah sofa meninggalkan dua gadis itu dalam diam yang penuh amarah.
Malam itu, suasana kamar terasa sedikit berbeda. Lampu tidak terlalu terang, hanya temaram hangat yang menyelimuti ruangan. Ganhia baru saja keluar dari kamar mandi, rambutnya masih sedikit basah, dan ia duduk di tepi sofa, Ganhia memandangi kartu Black Card yang sejak tadi ia genggam, sebelum akhirnya menarik napas dalam-dalam.
"kenapa dia memberikan ini jika saya bertaya kepadanya bagai mana kalau dia marah dan melampiaskan kepada keluargaku bagaimana dengan nasib ayah ibu dan Marsela mereka mendapat amarah dari Tuan Danendra apa aku simpan saja ya pada saat kekasihnya kembali dan menikah aku akan mengembalikannya."
Lama-kelamaan Ganhia gajian mulai tersadar "kenapa dia belum kembali jam segini apa dia akan lembur atau dia tidak akan pulang bagai mana aku bisa mengetahuinya jika dia kembali larut malam bagaimana apa aku harus menunggunya sampai dia pulang bagaimana kalau dia tidak pulang dan bagai mana saat aku tidak menyambutnya pulang dan marah lagi bagai mana ini apa aku menghubungi sekertaris Dirga saja"
Ganhia mengambil hpnya dan akan menghubungi Dirga tapi tiba-tiba.
"astaga Nhia bodoh kamu kan belum memiliki nomor Sekertaris komplek itu, besok-besok aku akan meminta nomornya untuk jaga-jaga jika seperti ini lagi." lama-kelamaan akhirnya Ganhia Mengantuk juga dan memberikan badannya dan mulai menutup mata.
Sedangkan di lain tempat Danendra baru keluar dari club tempat pertemuan dengan kolega, sebenarnya dari tadi urusan mereka sudah selesai tapi Danendra masih betah di san karena ingin menghindari tatap aneh dari Ganhia karena tiba-tiba memberikannya Blac card, Danendra juga tidak tau dengan perasaanya kenapa dia tiba-tiba begitu dengan gadis yang selalu di panggil bodoh itu.
kemudian Danendra tiba-tiba berdiri dan mulai melangka.
"Dirga kita pulang sekarang."
"baik Tuan."
Dalam perjalanan lagi-lagi Dirga dikagetkan oleh perintah Danendra.
"Dirga suruh pak Haris untuk tidak membangunkan Nhia."
Deg...
"apa saya tidak salah dengan Tuan T..Tuan memanggil nama Nona Muda, itukan nama akrab nona muda. Nhia.."
"Apa kau mendengar ku dirga.." sambil menatap Dirga dengan tatapan tajam melalui kaca spion mobil.
"Baik Tuan.." jawab Dirga sambil mengirim pesan ke pak Haris.
samapi di kediaman Mahendra Dirga membunyikan klakson mobil dan gerbang dibuka oleh penjaga dan Dirga melajukan lagi mobilnya Samapi di halaman rumah semua pelayan dan Juga pak Haris menyambut kepulangan Danendra, pak Haris mengambil tas kerja Danendra dan mengikuti Danendra ke arah tangga sedangkan Dirga langsun kembali ke apartemennya.
Samapi di kamar Danendra berhenti sebentar dan melirik Ganhia yang sudah tertidur di sofa, kemudian Danendra melanjutkan langkanya ke arah kamar mandi untuk membersihkan diri.
Beberapa menit kemudian Danendra keluar dari kamar mandi dan melangka ke arah ruang ganti. Setelah keluar dari ruang ganti Danendra melangkah ke arah sofa dan berjongkok untuk melihat wajah Ganhia lebih dekat.
Lama menatap wajah Ganhia, Danendra mulai mengangkat tangannya dan mengelus wajah Ganhia mulai dari kepala, mata, hidung dan turun ke bibir, lama menatap bibir Ganhia.
Glek..
Danendra menelan ludahnya saat mengelus sedikit halus bibir Ganhia.
"ahh kenapa hanya menatap bibirnya saja membuatku tergoda." sambil mengusap wajahnya sendiri.
Sesaat kemudian Danendra mulai menatap kembali wajah Ganhia dan mendekatkan wajahnya lama-kelamaan wajahnya semakin dekat dan.
Cup...
Danendra mengecup kening Ganhia sambil menutup mata untuk menikmati ciuman yang di curi itu, beberapa detik kemudian, Ganhia menggeliat dengan sentuhan itu tapi kembali tertidur sedang Danendra yang merasa Denga pergerakan Ganhia mengangkat Wajahnya dan mulai memandang lagi wajah Ganhia yang cantik itu dan Danendra tersenyum menatapnya.
kemudian Danendra mulai mengangkat badan Ganhia dengan hati-hati agar si empunya tidak bangun bisa malu Tuan muda arogan ini kalau Ganhia mengetahuinya diam-diam Danendra mulai memperhatikannya. Dan kemudian Danendra melangkahkan kakinya ke arah ranjang dn mulai membaringkan Ganhia, dan menyelimutinya Danendra ikut naik ke ranjang, ikut masuk kedalam selimut dan membaringkan kan tubuhnya di samping Ganhia, Danendra mulai menggeser tubuhnya dengan pelan dan memeluk Ganhia dengan hati-hati, sambil menghirup aroma wangi tubuh Ganhia, Danendra menatap Ganhia dari belakang "Aku tau kamu selalu ingin pergi dariku kan tapi maaf Nhia mulai hari ini kamu adalah milikku, meski kamu berfikir akan lari dariku tapi aku tidak akan membiarkan mu pergi."
lama-kelamaan Danendra juga menutup matanya dan tertidur.
ternyata hanya untuk di panggil
sayang....
lanjut thor ceritanya
sedikit demi sedikit
telah tumbuh
lama" buanyak
dan bucin...
lanjut thor ceritanya