Arsa menjalani hidup yang sangat sulit dan juga aneh. Dimana semua ibu akan bangga dengan pencapaian putranya, namun tidak dengan ibunya. Alisa seperti orang ketakutan saat mengetahui kecerdasan putranya. Konfilk pun terjadi saat Arsa bertemu dengan Xavier, dari situlah Arsa mulai mengerti kenapa ibunya sangat takut. Perlahan kebernaran pun mulai terkuat, dimulai dari kasus terbunuhnya Ayah Arsa, sampai skandal perusahaan besar lainnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Humble, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tanpa judul
Arsa sebenarnya tidak begitu peduli dengan jawaban Clara. Namun melihat bagaimana cara gadis itu mengatakannya, Arsa yakin, sama seperti ayahnya Tom Parker, dia akan mempercayai Clara sepenuhnya.
“Clara, aku ingin kamu mengingat ini. Perusahaan ini, dan semua yang telah kalian keluarga Parker dapatkan, aku sama sekali tidak peduli, aku memiliki rencana, dan aku ingin orang-orang yang benar-benar aku percaya saja yang mengetahuinya.
Clara mungkin akan menganggap Arsa gila, karena mengatakan bahwa dia sama sekali tidak perduli dengan perusahaan, jika dia tidak tahu bagaimana cara A.A.P Corp berdiri dan sebesar apa perusahaan itu saat ini.
Enam tahun yang lalu, dia hanya seorang putri dari pemilik toko roti, yang tidak begitu besar. Dimana saat itu ayahnya mencoba peruntungan untuk melebur sejumlah uang dalam perdagangan Forex, namun gagal.
Sampailah pada suatu ketika, seseorang tiba-tiba saja menghubunginya lewat pesan singkat. Menurut pengakuan ayahnya, sejak pertama kali pemuda atau saat itu yang Tom Parker ketahui hanya menggunakan inisial One ini menghubunginya, Tom Raider hanya mengikuti langkah demi langkah apa yang dikatakan oleh pemuda ini.
hasilnya, Tom Parker yang awalnya benar-benar buta, dan hanya menggantungkan nasib pada broker yang acap kali menipunya, beralih dari perdagangan mata uang ke investasi stockbit.
Tahap demi tahap di lalui dan tidak berlangsung lama. Setahun kemudian Tom Parker dengan seseorang yang dia sebut sebagai Tuan One di belakangnya, mendirikan perusahaan sekuritas dan berkembang menjadi perusahaan investasi sebelum akhirnya menjelma menjadi perusahaan multinasional yang mereka namakan sebagai A.A.P. Corporations.
Di bawah intruksinya, Tom Parker muncul dari antah berantah menjadi salah satu investor besar, yang nama serta wajahnya sering menghiasi majalah Bisnis di dunia ini.
Dalam perkembangan yang sangat meroket itu, sosok Tuan One yang berada di belakang layar. Sama sekali tidak pernah mengambil bahkan satu dolar pun, padahal dialah pemilik perusahaan ini yang sebenarnya.
Dengan skema bisnis yang ditinggalkannya sebelum memutuskan untuk menghilang begitu saja, Tom Parker dan perusahaan yang dibangunnya terus membesar dan semakin besar setiap harinya.
Keluarga Parker yang berawal dari penjual roti, menjadi pembisnis yang begitu disegani di negaranya. Namun begitu, Tom selalu menekankan pada seluruh keluarganya bahwa, mereka bukan apa-apa tanpa Tuan One.
Hingga suatu hari, beberapa bulan yang lalu, tepat di depannya. Ayahnya Tom Parker menerima panggilan dari orang yang sudah dianggap sebagai dewa penolong bagi keluarganya itu.
Sedikit intruksi darinya, serta beberapa penjelasan setelahnya. A.A.P Corp international memutuskan untuk masuk dan berinvestasi di kota kecil Dreams negara Barat daya.
Sejak awal Tom Parker sudah yakin bahwa Tuan One, atau sekarang sudah di kenalinya sebagai Arsa Arhan Pratama ini, memiliki rencana besar. Dan belajar dari perjalanan serta perkembangan DC, Keluarga Parker akan selalu menganggap serius sekecil apapun rencana yang akan dilakukan Arsa kedepannya.
“Tuan One, kami keluarga Parker tidak akan pernah mengkhianati—,”
Clara ingin menjelaskan pada Arsa bagaimana keluarganya begitu menghormati dirinya, namun Arsa langsung memmotongnya.
“Aku percaya itu, dan tidak perlu menjelaskannya padaku. Karena jika tidak, apa menurutmu, kamu akan ada disini saat ini?”
Inilah yang membuat Clara begitu gugup di depan Arsa ini. Dia ingin Arsa mempercayai dirinya. Namun begitu mendengar apa yang dikatakan Arsa, sebuah kepercayaan yang dikatakan langsung oleh pemuda itu, membuatnya kembali bertambah gugup.
Clara menelan ludah, karena tiba-tiba saja tenggorokannya terasa sangat kering. “Maaf, tentu saja tidak. Bahkan, aku rasa saat ini aku sedang membantu kedua orang tuaku mengaduk adonan roti, jika kau tidak mempercayai kami.”
Clara tidak akan berbohong tentang itu, karena memang itu kenyataannya. Dia mungkin akan menjaga gengsinya di depan orang lain. Namun tidak di depan Arsa.
Mendengar apa yang dikatakan Clara, mata Arsa melebar. Saat itu dia merasa telah berlebihan.
“Oh, maksudku tidak seperti itu. Tapi, baguslah jika kau mengingatnya seperti itu.”
Clara menganggukkan kepalanya, sebelum akhirnya balas bertanya. “Jadi, Tuan One… apa rencanamu sebenarnya?”
Tidak langsung menjawab, Arsa terlihat sedang berpikir, mencoba mempertimbangkan sesuatu sebelum akhirnya mengangguk-anggukkan kepalanya.
“Arhan Pratama, ayahku mati terbunuh… setelah itu, aku dan ibuku hidup dalam kesulitan sampai pada akhirnya dia menyusul ayahku.” Ucap Arsa memulai.
Sontak mata Clara langsung melebar, seolah tidak percaya dengan apa yang baru saja di dengarnya. Demi apapun, Clara berpikir Arsa terlahir dari keluarga yang luar biasa kaya. Serta diberkahi otak yang tak kalah luar biasanya.
Namun, sepenggal kalimat yang baru saja di ucapkan pemuda itu, seolah membuka matanya, bahwa Arsa. Benar-benar bukan seperti apa yang dia atau ayahnya pikirkan selama ini.
Arsa tidak ingin langsung menceritakan semuanya, namun menunggu apakah Clara sudah mengerti maksudnya.
Memberitahu orang lain tentang apa yang menimpa dia dan keluarganya, bukan hal yang mudah. Seolah membuka luka, setiap kali dia mengingatnya, saat itu juga pemuda itu ingin langsung bertemu dengan orang yang paling bertanggung jawab atas kejadian itu.
Namun, dia sadar bahwa semua itu tidak semudah pikirannya. Bahkan ayahnya, yang berakhir meregang nyawa karena tidak bisa menghadapi kejamnya dunia bisnis, meski dia menguasai teknisnya.
“Tuan One, jika aku boleh menebak, dia adalah orangnya?”
Seperti harapan Arsa, Clara bisa langsung menangkap maksudnya. Akan tetapi, itu tidak sepenuhnya benar.
“Aku rasa begitu, tapi aku belum yakin. Itu kenapa aku ingin mencari tahu tentang hal tersebut.” Ikar Arsa menjelaskan.
Clara langsung mengangguk. Lalu kembali berkata. “Aku mengerti. Aku akan mencari tau lebih jelas track record pria itu setelah mengenalnya lebih dekat.” Sahut Clara.
Arsa tersenyum, karena Clara langsung bisa memahaminya. Jadi sepertinya dia tidak perlu lagi menjelaskan apapun pada gadis itu.
“Baiklah, aku rasa itu saja sudah cukup.” Ucap Arsa sambil berdiri.
Clara mendongakkan kepalanya dan ikut berdiri, berkata kemudian. “Tuan One…. Apa kamu sudah ingin pergi? Oh, tidak..,” saat itu, Clara merasa seolah dia mencoba menahan pemuda itu agar tetap bersamanya. “Maksudku, kau belum minum.. aku—,”
Arsa menggelengkan kepalanya, namun masih dengan tersenyum. “Tidak perlu. Mungkin lain waktu, kita akan minum bersama. Sekarang aku hanya ingin menyelesaikan urusanku.”
Clara hanya bisa mengangguk. Jujur saja dia sama sekali tidak keberatan jika Arsa meminta tinggal untuk menginap. Hanya saja, gadis itu merasa hal tersebut tidak akan mungkin.
Clara harus mengakui, meski Arsa lebih muda darinya, tapi dia sangat tampan. Clara menaruh standar yang sangat tinggi pada setiap pemuda yang mencoba mendekatinya.
Akan tetapi, Arsa jelas melampaui itu semua. Melihat Arsa mulai berjalan, berbagai macam cara melintas di kepalanya untuk menahan Arsa. Namuj itu akan menjadi hal paling gila dan bodoh yang penah dia lakukan. Pada akhirnya, dia hanya bisa tersenyum pasrah dan mengikuti langkah pemuda itu berjalan di belakangnya.
“Tuan..!”
Tepat setelah Arsa keluar dari pintu Apartemen, Clara ingin mengatakan sesuatu, namun cepat arsa berbalik dan langsung memotongnya
“Arsa… kamu bisa memanggilku, Arsa saja. Tidak perlu ada embel-embel lainnya.”
“Tidak… itu akan sangat tidak sopan. Aku tidak berani. Bahkan, ayahku tidak berani menyebutkan namamu, meski hanya ada aku dan ibuku.”
Kalimat panjang lebar itu langsung terlontar begitu saja, seolah sudah terprogram dalam kepalanya. Namun saat dia ingin kembali bicara, Arsa mendahuluinya.
“One….. Hmmm sebenarnya nama itu aku gunakan, agar ayahmu tidak mencari tahu siapa aku. Dan tentu saja, Tom Parker tidak akan percaya, jika dia mengetahui bahwa orang yang menggunakan namanya untuk berinvestasi beberapa tahun yang lalu, hanyalah seorang anak laki-laki berukur 13 tahun, bukan?”
Clara tidak lagi mendengar apa yang dikatakan Arsa, sebelum akhirnya pemuda itu berbalik dan berjalan pergi begitu saja.
Detik itu, kepala terasa mendapatkan hantaman yang sangat kuat, begitu menyadari bahwa AAP Corp, di dirikan oleh seorang bocah yang baru saja berumur 13 tahun.
Dan yang lebih membuatnya terkejut adalah. Bocah laki-laki itu memandaatkan seorang tukang roti kering sebagai boneka, dan memberi perintah hanya lewat pesan singkat saja (semees)
“Arsa Arhan Pratama… kau, pemuda yang sangat-sangat berbahaya.” Gumam Clara, begitu mendapatkan kesadarannya kembali
👍👍👍