Hidup di tengah-tengah para Pria yang super Possessive tidak membuat Soraya Aleysia Abigail Jonshon merasa Terkekang Ataupun diatur. Karena hanya dia satu-satunya perempuan yang hidup di keluarga itu, baik Ayah maupun kakak-kakaknya, mereka menjaganya dengan super ketat . Bagi mereka, Raya adalah anugrah Tuhan yang harus benar-benar dijaga, gadis itu peninggalan dari Bunda mereka yang telah lama meninggal setelah melahirkan sosok malaikat di tengah-tengah mereka saat ini.
Raya adalah sosok gadis jelmaan dari bundanya. Parasnya yang cantik dan mempesona persis seperti bundanya saat muda. Maka dari Itu baik Ayah maupun Kakak-kakaknya mereka selalu mengawasi Raya dimanapun Gadis itu berada. Secara tidak langsung mereka menjadi Bodyguard untuk adik mereka sendiri.
Penasaran sama kisahnya? kuylah langsung baca.....!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ana_nanresje, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20_Turun Tangan
Waktu sudah menunjukkan pukul dua dini hari tapi dua pasang mata itu masih enggan untuk menutup mata. Kopi hitam menjadi pilihannya untuk menjadi temannya saat ini, matanya terus mengekori sang adik yang terlelap dengan tenang.
Sesekali Baik Rey dan Randi menghampiri sang adik untuk memastikan jika malaikatnya baik-baik saja. Tidak pernah terjadi sebelumnya seperti ini, sikap Raya yang mengurung diri dan menangis secara tiba-tiba membuat kedua pria tampan penuh pesona itu dibuat bingung dengan kondisinya.
Di tambah sang ayah yang tak ada di sisi mereka, membuat mereka ketakutan setengah mati akan kondisi Raya. Hanya sang Ayahlah yang mampu mencairkan suasana hati malaikat kecil mereka jika sang adik terus memanggil sang ayah, bertanda jika Sang ayahlah yang ia butuhkan.
Tidak ada pilihan lain, mereka terlalu takut untuk meninggalkan sang adik seorang diri di kamarnya. Mereka takut jika Raya terbangun dan kembali menangis secara tiba-tiba seperti tadi. Tapi mereka bisa bernafas lega karena sang adik terus memejamkan matanya dengan tenang.
Kembali Rey melihat Jam yang berada di atas nakas Raya, Pukul dua lewat Lima belas menit waktu terus berjalan dan rasa kantuk enggan untuk menghampiri keduanya.
" Lebih baik kamu tidur, biar aku yang menjaga Cia." Titah Rey pada Randi.
" Tidak. Aku ingin menjaga Cia, lagi pula Aku belum mengantuk!" Jawab Randi menatap sang adik lagi.
" Jangan memaksakan diri. Besok kamu harus dinas Randi. Cepatlah tidur!"
" Tapi Kak...
" Tidurlah. Kamu seorang dokter, banyak pasien yang membutuhkan mu. Jika kamu sakit siapa yang akan mengobati mereka? Tidurlah!"
" Tapi besok kakak juga harus ke kantor."
" Itu perusahan kita. Aku bosnya. Aku dan ayah bekerja untuk kita semua. Tidak masalah jika besok aku tidak masuk. Jangan pikirkan itu, cepat tidur!" Ucapnya sembari mengusir sang adik dari dalam kamar.
" Tapi Cia.... ka tidak apa, biarkan aku menjaganya juga." Pinta Randi sembari menahan tangan kakaknya yang teris mendorongnya.
" Cobalah untuk memperdulikan kesehatan mu! Besok kamu harus dinas dan jika kamu lalai dalam tugas mu saat merawat pasien karena kelelahan dan kurang tidur, maka itu akan mencemari nama baik mu karena lalai dan teledor dalam mengobati dan merawat pasien!"
" Tapi...
" Tidak ada tapi tapian. Cepat tidur!" Finalnya membuat sang adik merengut tak suka.
" Randi. Rey!" Kedua pria itu menoleh keasal suara. Dimana sang ayah sedang melangkahkan kakinya menghampiri mereka.
"Ayah!" Seru keduanya.
" Bagaimana keadaan adik kalian?" Sedikit panik. Tapi dia percaya jika kedua jagoannya bisa menjaga Malaikat kecilnya dengan baik.
" Kondisinya stabil Ayah. Dan sekarang Cia sedang tidur." Ucap Randi menjelaskan
Sedikit lega mendengar penuturan dari putra keduanya. Matanya mengintip dari balik pintu yang terbuka. Senyum tipis terukir di bibirnya. " Kalian tidurlah. Biar ayah yang menjaga cia!"
" Tidak Ayah!" Seru keduanya membat sang Ayah menghela nafas.
" Ayah baru saja sampai. Lebih baik ayah tidur. Biar Rey yang menjaga Cia!"
" Tidak perlu. Kalian berdua pergilah kekamar kalian. Banyak tugas yang harus kalian kerjakan besok. Masalah Cia biar ayah yang urus." Ucapnya membuat Kakak beradik itu saling lirik lalu terdiam " Istirahatlah!" Kembali sang Ayah menyuruh mereka untuk istirahat. Kini baik Randi atau pun Rey, kedua pria itu tidak bisa melawan perkataan sang Ayah.
Di mulai dari Rey lalu Randi. Kedua pria itu secara bergantian mengecup lembut nan halus kening sang adik yang terus memejamkan matanya
" Good night amour. Ku harap besok tidak ada lagi air mata yang keluar dari bola mata indah mu!"
" Tidur yang nyenyak Sugar. Matahari menyambut senyum manis mu!" Setelah itu kedua pria itu pergi dari kamar Raya meninggalkan sang Ayah dan malaikat kecilnya.
" Maafkan Ayah Nak," Ayah Liam duduk di samping ranjang, menyandarkan tubuhnya pada kepala ranjang. Tangannya membelai lembut surai hitam Raya. Ada rasa sedikit kecewa pada dirinya sendiri karena dia tidak berada di sisi putrinya saat Raya membutuhkannya. Tapi, hatinya sedikit lega karena Kedua putranya bisa menggantikan posisinya saat ďia jauh dari Raya dan saat ini gadis itu terlelap di sampingnya.
Shaka melangkahkan kakinya menuruni satu persatu anak tangga. Tepat pada pijakan yang terakhir matanya tak sengaja melihat sang Mama melintas di hadapannya dengan terburu buru.
" Pelan pelan Ma," Shaka segera mengambil alih barang bawaan yang membuat Mamanya sedikit kerepotan.
" Kamu mau berangkat sekarang?" Shaka mengangguk. Lalu menarik salah satu kursi untuk menikmati sarapannya
" Untuk apa?" Mamanya melirik kearah yang di tunjuk sang putra. Dimana di seberang Shaka terdapat beberapa Goody bag.
Wanita itu tersenyum lalu membetulkan posisi duduknya menghadap pada sang putra-Mondy.
" Ini hadiah buat cucu teman Mama. Kamu ingat Anton putra Tante Mirna?"
Shaka mengangguk.
" Dia sudah menjadi seorang ayah. Astaga apa kamu tau? Putranya sangat tampan dan menggemaskan. Rasanya ingin sekali Mama membawanya pulang!" Ucapnya sumringah sembari membayangkan jika perkataannya menjadi kenyataan.
" Mangkannya kamu cepet nikah biar bisa ngasih Mama cucu!"
Uhukkk Uhuukk
Mamanya segera memberikan segelas air saat sang putra terbatuk karena tersedak roti " Mama ngomong apa sih? Kuliah aja belum kelar udah minta cucu!" Ucap Shaka mengelap mulutnya.
" Emang kenapa?" Sela sang Papa yang ikut bergabung di meja makan " Bukanya dulu Anton masih kuliah saat nikah?"
" Ya emang sih. Tapi kan Pa, Anton kan sudah menjadi CEO dia juga punya penghasilan buat nafkahin keluarganya. Nah Shaka?"
" Terus selama ini kamu kerja di kantor dan jabatan CEO yang Papa kasih ke kamu, kamu anggap Apa?"
Shaka mengesah pelan lalu menyisir rambutnya dengan jemarinya " Ya beda lah pa, Shaka jadi CEO juga cuma kerja sampingan dan Shaka lebih Fokus sama Kuliah. Lagi pula yang selama ini mengurus perusahaan kan papa!"
" Tapi kan Selama ini kamu yang menjalan kan perusahaan itu, Papa hanya memantau saja. Ingat kamu adalah pewaris tunggal perusahaan keluarga kita. Jadi jangan pernah bilang kalo kamu gak punya penghasilan!" Jelas Mamanya.
" Tapi kan Ma,"
" Yang di ucapkan Mama kamu benar Ka. Sudah lah, Ngomongin penghasilan emang kamu udah punya calon?"
" Serius? Kenalin sama Mama dong." Antusias Mamanya membuat pria muda itu merutuki dirinya sendiri karena membahas masalah jabatan.
" Shaka," Panggil Mama nya membuat Shaka meringis harus berbuat apa.
" Belum ada Ma," Lirihnya pelan. Lalu segera berlalu meninggalkan meja makan setelah mencium punggung tangan kedua orang tuanya.
" Shaka!" Teriak sang Mama membuat Shaka tersenyum setelah menaiki Motornya.
" Tanpa Shaka kasih tau pun lambat laun Mama pasti akan mengetahuinya sendiri. Siapa gadis yang selama ini membuat putra Mama senyum senyum sendiri setiap malam!" Ucapnya sambil menyalakan mesin motornya. Senyum tipis terukir di wajah tampannya yang tertutup Helm. Tertawa dalam hati menertawakan kekonyolan dirinya sendiri. Dimana setiap malam selalu kepergok sang Mama saat melamun dan memikirkan gadisnya.
William atau lebih sering di sapa Liam. Pria paruh baya yang mengenakan Baju formalnya - terlihat bahagia saat menampilkan senyum hangatnya. Ayah Liam tersenyum hangat saat melihat tingkah menggemaskan sang putri yang kembali ceria dan tertawa bersama kakak kakaknya. Tidak ada lagi air mata yang mengalir dari mata indahnya, tidak ada lagi isakan yang keluar dari bibir mungilnya. Hanya tawa dan senyuman yang kembali menghias indah wajah cantik putrinya.
Rey dan Randi pun ikut bahagia melihat Adiknya yang sudah tidak apa apa. Entah mantra apa yang di ucapkan sang Ayah tiba tiba gadis itu kembali ceria dan cerewet seperti biasa. Tapi mereka suka Raya yang seperti ini Raya yang manis dengan senyum yang merekah.
" Kamu yakin hari ini mau masuk kuliah?"
Raya mengangguk antusias " Di anter Ayah,"
" Sama kakak aja yah?" Pinta Rey namun Raya menggelengkan kepala membuat kakak tertuanya itu terlihat masam
" Kalo sama Ka Randi, Mau?" Kembali Raya menggelengkan kepalanya membuat Randi mengesah lalu menatap sang Ayah.
" Hari ini kita berangkat bersama. Rey, Randi kalian bisa ikut mengantar Cia tapi menggunakan mobil masing masing biar Cia semobil sama Ayah."
" Serius?" Keduanya tersenyum saat sang Ayah menganggukkan kepalanya. Raya ikut tersenyum melihat tingkah kedua kakaknya. Gadis itu seakan akan lupa apa yang terjadi padanya di hari kemarin. Tapi entah apa yang akan terjadi jika ia kembali mengingatnya. Tapi gadis itu selalu yakin dengan perkataan ayahnya ' niat mu sudah baik. Maka semuanya akan baik baik saja!' Dan Raya percaya kata kata itu. Setelah sarapan keluarga kecil itu segera bersiap untuk pergi melakukan rutinitas masing masing. Tentunya, para Hero nya Raya, mengantarkan malaikat kecilnya terlebih dahulu.
Setelah punggung Raya tak terlihat lagi Ayah Liam, Rey dan Randi mampir terlebih dahulu ke sebuah Cafe dimana Cafe itu tidak jauh dari kampus Raya.
" Bagaimana?" Tanya sang Ayah.
" Ayah tenang saja. Randi sudah menyuruh Roy untuk mengawasi Cia."
" Iya Ayah. Rey pun sudah menyuruh Paul orang kepercayaan Rey untuk terus memantau dan melaporkan setiap kegiatan yang Cia lakukan."
" Bagus. Ayah pun sudah memerintahkan John untuk mengawasi Cia. Tetap awasi kegiatan adik kalian. Jangan sampai lengah dan terjadi sesuatu padanya."
" Siap Ayah!" Ucap keduanya mengangguk.
" Ayah, sebenarnya apa yang terjadi?!" Tanya Rey penasaran.
" Adik mu terlalu baik. Sehingga terjadi salah faham antar kedua teman prianya. Ceritanya panjang. Nanti Ayah ceritakan. Lebih baik kalian kembali pada pekerjaan kalian."
Rey melirik pada Randi saat Ayahnya terlebih dulu keluar dari Cafe " Apa pikiran kita sama?"
" Pria itu? Jangan jangan Pria yang waktu itu mengantarkan Raya pulang. Siapa namanya Aku lupa?" Randi berusaha mengingat namanya namun Rey terlebih dahulu mengingatnya.
"Shaka."
" Benar. Pasti dia. Tapi siapa pria yang lainnya? Bukankah ayah mengatakan kedua teman prianya?"
Rey mengangkat bahunya Acuh " Aku juga tidak tahu. Tapi sebentar lagi kita akan mengetahui siapa dia."
Randi mengangguk " Jika Cia menangis lagi karena mereka, aku tidak akan pernah melepaskan mereka!"
" Sebelum Kamu. Aku yang terlebih dahulu memberikan pelajaran pada mereka. Lebih baik kita kembali toh sebentar lagi Paul dan Roy akan memberi kabar pada kita!"
" Baik kak." Kakak beradik itu keluar dari Cafe bersama. Bagi mereka Raya adalah malaikat dan putri kecil mereka. Raya seperti barang antik yang harus di jaga. Dan Raya seperti mentari yang terus bersinar dimana Rey dan Randi tidak akan membiarkan awan mendung menutupi senyum dan kebahagiaannya.