Terlahir dari penjaja cinta satu malam membuat Eleanora Davidson menjadi sosok yang tidak mempercayai cinta.
Hidup karena pengasihan kakek Robert Birdie sesudah kematian misterius ibunya membuat Eleanora bertekad harus sukses demi misi menghukum ppembunuh ibunya dengan tangannya sendiri tapi dunianya seakan jungkir balik karena ONS yang menghasilkan benih-benih kehidupan dalam rahimnya sedangkan pria penanam benih ternyata anak penjahat yang selama ini dicarinya
Don't judge by the cover..
Jangan tertipu dengan sinopsis..
Let's check it out 😎
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Base Fams, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
LOST IN MISSION #30
Sial siapa yang telah menghubungi ku?? William meraih ponselnya yang berada di atas nakas. "Sean," rahang tegasnya mengetat. Hanya melihat nama sahabat tersayangnya itu tertera di layar, moodnya langsung terjun bebas.
Dasar brengsek!!
William memperhatikan pergerakan Eleanora yang sedang membereskan bekas mangkuk mereka. "Elea, " sebut pria itu mengabaikan ponselnya yang masih berbunyi. Bahkan ringtone lagu favoritnya, dengan judul let me love you, milik Mario, terdengar menyebalkan. Itu karena Sean Paulo, artis narsis yang namanya melambung karena bakat aktingnya, dan juga bakatnya menjadi perayu wanita.
Tanpa bersuara, Eleanora menoleh, membalas tatapan William. "Bersiaplah, pukul 9 kita berangkat. " Ucap pria itu tersenyum lembut.
"Oke, setelah ini aku akan bersiap. " balas Eleanora, kemudian ia beranjak, menggerakkan langkahnya menuju dapur.
William pun akhirnya menerima panggilan dari sahabatnya. "Halo, " ucap William datar seraya beralih dari sana. Teras adalah tujuannya, tempat yang di rasanya aman untuk memaki sahabatnya itu.
"Selamat pagi William Dixon, " sapa pria itu dengan suara serak serak basah, mendayu yang dibuat-buat membuat William mual mendengarnya.
"Brengsek, dasar kau kadal gurun! ada apa kau menghubungi ku pagi-pagi? hah!! " Makinya mengeluarkan rasa jengkel yang bercokol di hatinya.
Sean tergelak mendengar teriakan William yang di anggapnya kicauan burung yang sedang bernyanyi riang di kala hujan. "Jangan marah-marah dude, ingat sainganmu usianya di bawah mu. Kau tidak ingin terlihat bertambah tua di depan Elea, bukan" Kelakar Sean menyindir telak William.
William menghiraukan ucapan Sean yang tidak ada filternya itu. Lebih baik ia mengalah, agar sambungan telepon dari Sean berakhir dengan cepat, dan ia bisa membantu Eleanora.
"Cepat katakan! kenapa kau menghubungi ku?? " desak William di sisa kesabarannya. Setelah ini ia harus melihat Eleanora, untuk mengembalikan moodnya. Uhuy
"Sayang!" terdengar suara manja seorang wanita dari sebrang sana, membuat William memejamkan matanya, dan bernapas dengan gusar. Ia bisa menebak jika sahabatnya yang don juan itu menghabiskan malam panas, bergaiyrah. Ingin rasanya ia mendatangi Sean di apartemennya sekarang juga, dan mengebiri pria itu.
"Sebentar dude, " tahan Sean yang tidak berperasaan. "Ada apa honey?" tanya pria itu dengan masih menempelkan ponsel di depan telinga. Mengabaikan William.
"Aku tidak menemukan segitiga berenda ku. "
Suara manja, ck menggelikan. Cibir William, dalam benaknya.
"Coba, kau carilah di bawah meja honey."
William mengeram kesal mendengar obrolan sepasang manusia di seberang sana. Wajahnya sudah memerah, dan kepalanya mulai keluar asap.
Tidak lama kemudian. "Sorry dude, telah membuatmu menunggu. " Ucap Sean kemudian merasa tidak berdosa.
"Sialan, bisa- bisanya kau menghubungiku usai bercintah! " pekik William. Sumpah demi apapun ia menyesal menerima sambung telepon dari sahabatnya itu. Seharusnya yang ia lakukan mematikan ponselnya sejak tadi, sebelum berduaan dengan Eleanora, dan sekarang ia bersumpah pada dirinya sendiri, saat perjalanan nanti akan menonaktifkan ponselnya untuk menghindari dua sahabatnya yang menggemaskan. Itu menurut netizen, bukan menurut William. Argh.
Sean pun tergelak, tidak merasa bersalah sama sekali kepada sahabatnya, William. Kata maaf yang ia ucapkan tadi hanya sekedar basa-basi ya seperti itu.
Benar-benar terlalu.
"Dengarkan!! ada berita penting yang ingin aku beritahukan kepadamu, Will." Lanjut pria itu, dengan nada suaranya terdengar jantan dan dia serius.
"Pemberitaan apa? coba katakan, hah! " jawab William dingin, tidak bersahaja sama sekali.
"Sayang, aku pulang dulu. Jika, kau membutuhkan jaasaku, hubungi langsung saja nomor ponselku. Oke! muach, see u. "
"See you too, baby. "
William mengusap wajahnya dengan kasar, ternyata kesabarannya sudah di ambang batas. "Astaga! apa wanita itu sudah pergi, Sean? " pekik William, emosinya meledak.
Sean tergelak. "Sudah. Sekarang kembali ke pembicaraan." William terdiam, menanti sahabatnya membuka suara lagi "Aku baru saja mendapatkan kabar dari Helena, jika mr. Smith sudah tiada."
"Apa? coba kau ulangi ucapan mu, Sean." Pinta William memastikan indra pendengaran berfungsi masih normal.
"Mr. Smith sudah tiada, Will. " Ulang pria itu menaikan nada suaranya satu oktaf.
"Kau jangan membuat lelucon tentang kematian, Sean. Meskipun dia musuh sekalipun."
"Apa suara ku terdengar bercanda? aku sedang serius, dude. Sebentar aku memakai celana ku dulu." Sean segera memasang kembali celanya yang tadi tergeletak di lantai.
"Sudah, " ucap Sean lagi.
William menghela napas panjang. "Oke, lanjutkan ceritamu Sean." Ia pun berpindah, dan menduduki kursi, dengan tatapannya lurus ke depan melihat hujan sudah mereda.
"Dia telah di bunuuh oleh Veronica, istrinya. Semalam wanita itu mendatangi ke kantor kepolisian untuk menyerahkan diri, dan mengakui perbuatannya. " Jelas Sean membuat William terkejut.
"What? " gumam William tidak sepenuhnya percaya jika pelaku adalah istri dari mendiang. Veronika, sosok wanita yang dikenal sebagai angel karena kebaikannya. Apa mungkin wanita itu pelakunya?
"Lantas, apa motif pelaku melakukannya? " tanya William yang di hantui rasa penasaran.
"Karena, kasus perselingkuhan yang dilakukan mr. Smith terbongkar. Hanya itu. Tapi, aku merasa jika itu tidak benar. "
"Ya aku juga berpikir demikian. Tapi biarkanlah, kasus kematian pria itu, sudah di tangani pihak berwajib. "
"Ya kau benar, Will. " Sean sependapat dengan William. "Baiknya kita lupakan. Omong-omong, apakah kau sudah mengajak Dulce untuk berkencan? "
"Jangan memanggil Elea dengan sebutan Dulce dari mulut kotormu Sean! " Hardik William tidak terima.
Sean berdecak. "Kau sangat berlebihan William. Baiklah. Sekarang jawab pertanyaan ku, apa kau sudah mengajak gadis itu berkencan? " ulangnya lagi.
William bergumam, membangkitkan rasa penasaran Sean. Dan ya, diamnya William merupakan jawaban. "Kemana kau akan pergi? "
"Simpan saja rasa penasaranmu. Kau tidak perlu tau, " balasnya enteng. Tidak memperdulikan suara decakan dari Sean. Ia harus merahasiakan rencananya. Dikhawatirkan jika Sean tau, Sean akan mengajak Sky untuk menyusulnya, dan merusak semua rencananya.
Lebih baik, ia antisipasi dari awal sebelum hal itu benar-benar terjadi. Terlebih ia sangat mengetahui jika Sean, dan Sky, dua kadal gurun menggemaskan itu, bisa saja melakukan apapun yang diluar nalar. Ingatlah kalian semua, mereka adalah biang onar.
"Astaga, kenapa kau tidak ingin berbagi kebahagiaan kepadaku? ayolah dude! " bujuk rayu dari Sean tidak akan membuat pendirian William goyah.
"Ck, sudahi dramamu yang menggelikan itu, Sean. Sungguh aku mual, dan muak mendengarnya." William mengakhiri sambungan telepon itu secara sepihak, tanpa menunggu respon dari Sean. Segera ia menonaktifkan ponselnya.
Mari kita memulai kencan pertama kita ke Malvarrosa, Dulce. Dan aku akan menciptakan rasa bahagia di hatimu
Di waktu yang sama, di tempat yang berbeda.
"Kenapa mulutmu kejam sekali, Will! halo... Will. Halo... " Sean memeriksa layar pada ponselnya. "Astaga dia memutuskan panggilan!! " pekiknya.
gw nunggu bomnya nih...
hebat tp Angela mau berbesar hati memaafkan dan menemui ibunya walau ibunya udh jahat
kmna pikiranmu saat lg asyik2 sama calon mertuamu sendiri
kok Fabio mau aja sama emak2..apa lebh pengalaman lbh aduhai kahh
Milih kok sama yg emak2..apa krn yg pengalaman lebih aduhai kah..wkwkw
pacar anaknya main embat kayak ga ada laki2 lain😱🤦♀️
Fabio mauu aja lagi..
anak angkatnya Robert yg sdh sangat dipercaya ternyata anak dr pmbunuh kekasihnya...
tp bukan salah William kann..semoga saja mereka mengerti walau Will pasti merasa bersalah