𝐏𝐞𝐫𝐧𝐢𝐤𝐚𝐡𝐚𝐧 𝐊𝐚𝐧𝐚𝐲𝐚 𝐏𝐮𝐭𝐫𝐢 𝐦𝐞𝐧𝐣𝐚𝐝𝐢 𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤 𝐡𝐚𝐫𝐦𝐨𝐧𝐢𝐬 𝐤𝐚𝐫𝐞𝐧𝐚 𝐡𝐚𝐝𝐢𝐫𝐧𝐲𝐚 𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐤𝐞𝐭𝐢𝐠𝐚, 𝐚𝐩𝐚𝐥𝐚𝐠𝐢 𝐝𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐭𝐚𝐧𝐩𝐚 𝐛𝐞𝐫𝐩𝐢𝐤𝐢𝐫 𝐩𝐚𝐧𝐣𝐚𝐧𝐠, 𝐄𝐫𝐥𝐚𝐧𝐠𝐠𝐚 𝐒𝐚𝐩𝐮𝐭𝐫𝐚 𝐦𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐦𝐞𝐧𝐣𝐚𝐭𝐮𝐡𝐤𝐚𝐧 𝐭𝐚𝐥𝐚𝐤 𝐭𝐢𝐠𝐚 𝐩𝐚𝐝𝐚 𝐈𝐬𝐭𝐫𝐢𝐧𝐲𝐚, 𝐡𝐚𝐧𝐲𝐚 𝐤𝐚𝐫𝐞𝐧𝐚 𝐡𝐚𝐬𝐢𝐥 𝐝𝐢𝐚𝐠𝐧𝐨𝐬𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐬𝐚𝐥𝐚𝐡
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 💘 Nayla Ais 💘, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30 Aku dan Dia Berbeda
Pagi- pagi sekali Naya sudah rapi dengan pakaian yang agak sopan dan indah dipandang mata, karena memang ditempat Uminya berbeda dengan di Jakarta jadi Ia harus bisa menyesuaikan diri.
Di pandanginya kamarnya yang luas, disini selama ini terjalin banyak canda tawa dan juga cinta, tapi sekarang rasanya semuanya hampa.
" Nak, Bibi ikut ke kampung ya sama Nak Naya. "
Bi Nur berharap Naya akan mengajaknya pergi bersamanya. Rasanya tinggal dirumah ini tanpa Naya, Bi Nur juga tidak akan bisa betah. Karena Bi Nur memang adalah asisten rumah tangga yang menjaga Naya sejak Ia berada di kampung Uminya, Bi Nur berada di Jakarta semenjak Naya menikah dan memutuskan tinggal di Jakarta.
" Maaf Bi, tapi bagaimana dengan Mas Angga dan juga Ibu kalau Bibi ikut.
Bi Nur mengangguk, meskipun sangat ingin namun Ia tidak bisa memaksakan keinginannya pada Naya.
" Mas Angga apa sudah berangkat Bi. " Tanya Naya.
Bi Nur menggeleng karena memang belum melihat Pria itu sejak Ia bangun.
" Sepertinya masih dikamar Bu Asma. " Jawab Bi Nur kemudian.
Naya menghela nafas setelah melihat jam di pergelangan tangannya. Ia bergegas turun kebawah dengan menenteng tas di tangannya.
Tok - tok ! Naya mengetuk pintu pelan.
Setelah beberapa kali mengetuk akhirnya pintu terbuka dan muncullah Asma dengan wajah masam, seperti tidak suka melihat kemunculan Naya.
" Ada apa sih Mbak, pagi- pagi sudah bikin rusuh di kamarku. "
Naya terkejut mendengar ucapan Asma, Ia sudah mengetuk pelan tapi justru dikatakan merusuh.
" Maaf, aku hanya ingin bertemu Mas Angga. Bisa tolong kamu panggilkan Dia sebentar. "
Mendengar hal itu semakin membuat Asma tidak suka pada Naya.
" Apa Mbak Naya masih belum ikhlas kalau Mas Angga menikah lagi, kenapa Mbak masih ribut saja kalau Mas Angga ada di kamarku. Toh aku juga istrinya dan sudah sah. "
Angga keluar dari kamar mandi karena mendengar suara keras Asma, Ia bingung melihat Naya hanya berdiri diluar saja.
" Ada masalah apa, kenapa suaranya kedengaran sampai kedalam kamar mandi. "Tanya Angga.
Asma langsung merubah raut wajahnya dan bergelayut manja di lengan Angga, mencoba memamerkan kemesraannya pada Naya.
" Sayang, bagaimana aku tidak marah. Pagi-pagi begini Mbak Naya sudah buat keributan disini. Sepertinya Mbak Naya belum ikhlas menerima kehadiran aku dan juga bayi kita Mas. "
Mendengar aduan Asma membuat Angga merasa sedikit tidak enak hati, Ia menatap Naya dengan tatapan penuh tanya.
" Maaf Mas, tapi aku tidak bermaksud membuat keributan karena aku sudah mengetuk pintunya pelan. Soal pagi katamu, apa jam di kamar ini mati sehingga jam segini kamu bilang masih pagi. Lihat sekarang jam berapa, ini sudah waktunya Mas Angga berangkat kekantor. Bukankah hari ini Mas Angga ada pertemuan penting dengan beberapa klien. Oh ya, satu lagi. Aku kemari bukan untuk merusuh tapi ingin pamit padamu Mas, karena aku mau berangkat sekarang. "
Naya mengulurkan tangannya dan mencium punggung tangan suaminya, secara naluriah Angga mencium kening Naya. Hal itu membuat darah Asma mendidih.
" Cukup Mbak, bukannya Mbak harus pergi sekarang dan Mas Angga juga harus segera bersiap- siap. "
Asma menarik tangan Angga yang masih tidak mengenakan apapun selain handuk yang melingkar di pinggangnya.
" Ya sudah Mas, aku berangkat dulu. Jaga diri Mas baik- baik disini, jangan sampai telat makan juga. Buat kamu Asma, biasakan untuk merawat suami mu, kalau kamu selalu menganggap remeh setiap urusan, aku tidak bisa menjamin, suami kita ini akan sukses di tangan mu. Assalamu'alaikum..... ! "
Naya masih menatap kedua insan di depannya sebelum pergi meninggalkan rumah itu.
" Iya sayang, kamu juga hati- hati dijalan. Salam buat Umi, waalaikum salam. " Sebuah senyuman terukir di wajah Angga begitu juga dengan Angga.
Asma langsung menarik Angga dan menutup pintu rapat- rapat seperti tidak rela melihat senyum manis suaminya di peruntukkan buat Naya. Ia juga benci mendengar ucapan Naya yang baginya terlalu mencampuri urusan pribadinya.
"Dasar pelakor sekarang, makin nggak ada akhlak. Dia yang merebut suami orang, Dia juga yang ingin jadi yang kedua malah ingin memiliki sepenuhnya. Giliran suaminya menunjukkan perhatian kepada Istri tuanya, Ia merasa seakan-akan dirinyalah yang paling teraniaya " Batin Bi Nur menatap tak suka pada Asma.
Naya mengemudikan mobilnya pelan, pagi ini Ia ingin mampir ke butik dulu sebelum ketempat Uminya.
Ia ingin membicarakan sesuatu yang sangat penting pada Lia sahabatnya. Lagi-lagi Lia ingin ikut bersama Naya ketika tau sahabatnya itu ingin pulang kampung, Lia hanya pernah sekali ikut mudik bersama Naya dan Ia sangat suka suasana di kampung Umi.
" Kalau kamu ikut bagaimana dengan butik kita, aku belum bisa percaya pada orang lain seperti aku mempercayaimu. Lain kali ya, aku janji lain kali aku akan ajak kamu kesana. "
Akhirnya Aulia pun mengalah, Ia hanya berpesan pada Naya agar hati-hati dan selalu menjaga keponakannya dengan baik.
Naya kemudian melanjutkan perjalanannya, tidak seperti biasa Ia biasa ngebut. Sekarang Ia lebih hati-hati dalam melakukan apapun.
***
Di kediaman Angga, lagi-lagi Angga kesulitan mencari baju yang cocok untuknya. Ia juga bingung memasang dasi, karena selama ini semua keperluannya di siapkan oleh Naya, bahkan sepatunya pun Naya yang memakaikannya. Ia hanya duduk diam saja dan semuanya beres.
" Sayang, pasangkan dasiku dong. Aku sudah terlambat ini. " Pinta Angga sembari menyerahkan dasinya pada Asma.
Asma mengambil dasi itu dan menggantungkannya di leher Angga, namun kemudian Ia bingung mau di apakan. Maklum Ia berasal dari kampung selama ini dan tidak tau masalah dasi, pernah pakai dasi ketika masih mengenyam sekolah tingkat dasar tapi dasinya berbeda.
" Maaf Mas, tapi aku nggak bisa. "
Asma kembali duduk disisi ranjang dengan wajah cemberut. Angga menatap Istri keduanya itu dengan tatapan aneh, rasanya ada yang kurang dalam hidupnya saat ini.
" Masa dasi doang kamu tidak bisa pasangkan sih, kamu beda ya sama Naya. Dia selalu bisa dalam segala hal. "
Tanpa sadar Angga telah memuji Istri pertamanya itu, hal itu membuat Asma tidak suka dan merasa di beda- bedakan.
" Mas samakan aku dengan Mbak Naya, oh tidak Mas. Semua orang berbeda Mas, jangan pernah Mas menyamakan aku dengan nya. Dari segi manapun jelas aku berbeda, mungkin memang Dia bisa melayani Mas dalam soal seperti yang Mas ucapkan tadi. Tapi ingat Mas, aku bisa memberikan apa yang Mbak Naya tidak bisa berikan untuk Mas. Lagipula aku ini bukan pembantu yang harus memasangkan sepatu dan juga dasi untuk Mas Angga. Itu juga dasi, kok ribet banget. Kenapa nggak buat yang langsung jadi, tinggal di pakai seperti dasi pas waktu sekolah dasar, kan tidak harus merepotkan orang lain. "
Angga menghela nafas berat, saat ini mood nya benar-benar sedang buruk. Sudah semua Ia persiapkan sendiri dan Ia mendapat ceramah di saat Ia sudah telat seperti ini.
" Ya sudah sayang, kalau kamu tidak bisa tidak apa- apa. Tapi Mas mohon jangan marah- marah, nanti bisa berpengaruh pada bayi kita. "
Lagi-lagi bayi yang menjadi pertimbangan Angga, Ia bisa memaklumi apa yang dikatakan Asma.
" Makanya kalau tidak mau aku strees dan berakibat buruk pada bayi kita, Mas jangan bikin gara-gara dong. Apalagi membanding- bandingkan aku dengan Mbak Naya. "
Angga mengangguk, aja mencium kening Asma seperti yang Ia lakukan pada Naya.
" Hati-hati di rumah sayang, kalau perlu sesuatu minta tolong saja sama Bi Nur atau sama Umi. "
Asma mengangguk, Ia ikut melangkah keluar mengantarkan Angga namun Angga menolaknya.
" Tidak perlu sayang, kamu disini saja. "
Angga melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh karena memang saat ini Ia sudah telat, berharap kali ini keberuntungan masih memihak padanya hingga Ia tidak kehilangan sesuatu yang Ia impi-impikan selama ini.
Berbeda dengan Angga yang sedang was- was, Naya justru mengemudi dengan santai. Rasa bahagia akan bertemu dengan Uminya membuat senyumnya selalu mengembang di
bibirnya.
Ia berulang kali mengusap perutnya, janin kembar di rahimnya saat ini adalah kekuatannya. Siapa sangka kalau Ia akan dapat berkah yang rasanya tidak mungkin setelah vonis mandul yang Ia terima beberapa bulan lalu.
Perlahan mobil mulai memasuki area pedesaan, nampak hamparan sawah yang sangat subur. Ada juga beberapa warga yang mengiring bebek agar kembali ke kandangnya.
Naya menyapa beberapa warga yang Ia kenal, sungguh suasana yang membuat hati tentram.
lah klu ansk orang KAYAAAAA MASAKAN NYA VARIATIF BISA MASAK APA AJA DR NEGARA MANA AJA!!!! KRN MEREKA BIASA MAKAN DI RESTO 2 MAHAL YG SEKALI MAKAN BISA HBS JUTAAN!! .. KLU MAKANAN DIATAS ITU UTK KELAS BABUUUUUU UTK KELAS ORG MISKIN BIN KERE.