Ariana gadis berusia 18 tahun meninggal dengan tragis, namun Tuhan memberinya kesempatan hidup sekali lagi.
Tapi saat Ariana bangun dia telah jadi orang lain, Sherina seorang polisi rahasia berusia 28 tahun.
"Sher, Sherina?" panggil Sean.
Tapi Ariana yang belum terbiasa dengan nama itu hanya melengos. Membuat pria itu mengerutkan dahi.
"Sher?" panggilnya sekali lagi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30 - Debar Yang Tak Biasa
Seperti kehabisan udara, dengan kedua matanya yang masih mendelik Ariana dengan segera mendorong dadda pria ini. Ciuman diantara mereka berdua harus terlepas.
Ya Allah, Ariana benar-benar tak menyangka, bagaimana bisa ciuman pertamanya hilang begitu saja.
"Kak Sean!!" pekik Ariana, suaranya melengking. Dia bahkan berulang kali menghentakkan kedua kakinya di atas lantai.
Merasa geram.
"Kenapa?" balas Sean, suaranya begitu lembut saat bicara, seolah tidak terjadi apa-apa di antara mereka berdua. Ciuman itu seperti hal wajar untuk mereka lakukan.
Bahkan Sean pun menatap Sherina dengan tatapan yang nampak dingin. Makin Sherina menolak, maka dia akan semakin mengintimidasi.
Seolah menunjukkan posisinya di sini, bahwa dia adalah pemimpinnya.
Dan ditatap seperti itu Ariana seketika terdiam, mendadak lupa dengan semua kemarahannya sendiri. Ariana seperti melihat sisi dominan dari pria tersebut. Dan diamnya Sherina itu dimanfaatkan oleh Sean untuk kembali bicara ...
"Kamu terus menguras Black card ku, lali membuat ku jadi pengangguran dan sekarang hanya untuk ciuman seperti itu kamu marah?" tanya Sean lagi.
"Bukan kah kamu calon istri ku?" tanyanya tak habis-habis. padahal Sherina belum sempat menjawab pertanyaannya yang pertama.
Tapi Sean terus menyerang sampai membuat jantung Ariana jadi berdetak lebih cepat.
Deg deg! deg deg!
Ya Allah, tatapannya itu nampak sangat mengerikan, sayu namun begitu tajam.
Glek! Ariana bahkan sampai menelan ludahnya sendiri dengan kasar. Dia kira selama ini Sean diam berarti tidak peduli berapa pun uang yang dia habiskan, apapun yang dia inginkan, tapi ternyata sekarang malah dibahas, dituntut.
Dasar perhitungan. Batin Ariana. Tapi tidak peduli dengan Apapun yang diucapkan oleh Sean, tetap saja ada rasa tidak terima ciuman pertamanya hilang begitu saja, tanpa kesepakatan lebih dulu.
Harusnya Sean bertanya dulu kan, boleh tidak untuk cium?
Tidak tidak tidak! kembalikan ciuman pertama ku!! kesal Ariana. Tapi lagi lagi hanya mampu dia utarakan di dalam hati.
Entahlah, kenapa dua mata hitam itu terlihat begitu menakutkan baginya.
Ariana jadi berpikir bahwa sekarang yang dicium oleh kak Sean bukanlah dia, tapi kak Sherina.
Mulai terbesit di pikiran, mungkinkah kak Sherina tidak akan menolak ciuman itu.
Apa iya kak? apa kamu akan menerima ciumannya? batin Ariana lagi, jadi bingung sendiri. karena jika dihadapkan dengan kak Sean, Ariana selalu merasa dia harus benar-benar bersikap seperti kak Sherina.
Lamunan Ariana ituseketika buyar saat merasakan tiba-tiba tangan kak Sean kembali menyentuh bibirnya, Ariana berjangkit kaget.
"Bibirmu basah, aku hanya ingin mengeringkannya," ucap Sean.
"A-aku bisa sendiri," balas Ariana kikuk, lalu menghapus sisa saliva kak Sean menggunakan tangannya sendiri.
Terasa begitu canggung, tapi bagaimana, apa yang telah terjadi diantara mereka tak bisa dihilangkan begitu saja dalam ingatkan.
Tubuh Ariana bahkan kembali berdesir saat adegan ciuman itu kembali terbayang. Melumaatnya dengan lembut.
Astaghfirullahaladzim, batin Ariana.
Deg deg! deg deg! jantung itu kembali berdegup soalnya tidak bisa dikendalikan.
Untunglah, diantara suasana canggung itu, tiba-tiba terdengar suara ponsel Ariana bergetar di atas meja kerja.
Seperti menemukan cara untuk mengalihkan kecanggungan ini, Ariana pun segera bangkit dari duduknya dan berlari ke arah meja,
melihat ada panggilan masuk di ponselnya itu.
Telepon dari pak Johan.
Tanpa pikir panjang Ariana pun langsung menjawabnya.
"Halo," jawab Ariana dengan raut wajah yang berubah jadi serius.
Sean bisa melihatnya dengan jelas, dia lantas memutuskan untuk bangkit juga.
Menghampiri Sherina.
karena ingin mendengar apa yang dibicarakan oleh Sherina dalam telepon itu, jadi tiba-tiba Sean memeluk sang calon istri dari belakang.
Grep! menempelkan telinganya di telepon Sherina.
Deg! Ariana tersentak kaget, tubuhnya membeku.
Dalam keadaan seperti itu, mereka berdua mendengar ucapan pak Johan di ujung sana.
Diiringi, oleh debar yang tak biasa ...
Deg deg! deg deg!