NovelToon NovelToon
1000 Hari Bersamamu

1000 Hari Bersamamu

Status: sedang berlangsung
Genre:Wanita Karir / Romantis / Cintamanis / Cinta Seiring Waktu / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Romansa
Popularitas:6k
Nilai: 5
Nama Author: Mardonii

Doni Pradipta, seorang koki berbakat yang kehilangan segalanya dalam kebakaran lima tahun lalu, tak pernah menyangka hidupnya akan berubah karena sebuah undian aneh: menjadi personal chef (Koki Pribadi) bagi Naira Adani, aktris terkenal yang tengah terpuruk setelah perceraian dan skandal besar.

Pertemuan keduanya yang semula hanya soal pekerjaan perlahan berubah menjadi perjalanan penyembuhan dua hati yang sama-sama retak mencoba untuk bertahan. Di dapur itu, Naira menemukan kembali rasa aman, sementara Doni menemukan alasan baru untuk percaya pada cinta kembali.

Ikuti kisah mereka yang penuh emosi, tawa, dan luka yang perlahan sembuh.
Jangan lupa dukung karya ini dengan Like, Comment, dan Vote agar cerita mereka bisa terus berlanjut. 🤍✨

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mardonii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 18. KONFRONTASI DENGAN RENDRA

..."Kadang, yang menyelamatkan kita bukan keberanian besar, melainkan tangan yang tetap tinggal, saat seluruh dunia memilih pergi."...

...---•---...

"Sesuatu yang aku pikir sudah mati. Sesuatu yang aku pikir Rendra bunuh waktu dia pukul aku pertama kali."

Kamu tidak perlu takut. Tidak dengan aku. Tidak pernah.

Mata Naira berkaca, tapi air mata tidak jatuh. "Harapan. Bahwa mungkin, suatu hari, aku bisa mencintai lagi tanpa takut. Bahwa mungkin ada lelaki di dunia ini yang tidak akan menyakiti aku."

"Naira..."

"Ini terasa cepat. Aku masih dalam masa pemulihan. Dan kamu… kamu juga punya kontrak dan batas yang harus dijaga."

Doni membuka mulut, ingin membantah, tapi Naira menggeleng.

"Tapi aku perlu kamu tahu..." Suaranya bergetar. "Kamu menyelamatkan hidup aku. Benar-benar. Kalau kamu tidak datang malam itu dengan nasi goreng, aku tidak tahu apakah aku masih di sini atau tidak."

Doni merasakan sesuatu retak di dadanya. Tenggorokannya terasa sesak. Semua pertahanan yang ia bangun, semua dinding yang ia pasang untuk menjaga jarak profesional, runtuh dalam satu momen.

"Kamu tidak hancur," katanya dengan nada dalam, membuat Naira menatap langsung ke matanya. "Kamu terluka, dan itu beda. Dan tentang yang aku rasakan..." Ia berhenti, menimbang kata yang sekali keluar tidak bisa ditarik kembali. "Aku juga merasakan sesuatu. Sesuatu yang aku pikir terkubur bersama Sari. Dan itu menakutkan, tapi juga... membebaskan."

Maafkan aku, Sari. Tapi aku pikir kamu akan senang aku bisa hidup lagi. Kamu selalu bilang, jangan ikut mati bersamaku.

Mereka terdiam. Udara di antara mereka penuh kata yang tidak terucap. Lalu Naira tersenyum, rapuh tapi nyata.

"Kalau kita bisa bertahan hari ini, kalau aku bisa hadapi Rendra dan tetap berdiri, boleh kita bicarakan ini lagi?"

"Boleh."

"Janji?"

"Janji."

Siang itu makan siang berjalan lebih santai. Salmon panggang dengan saus lemon butter, sayuran hijau panggang dengan cuka balsamik, dan quinoa berbumbu herbal. Naira duduk di ruang makan yang biasanya ia hindari, memaksa diri keluar dari zona nyaman. Doni menemani, lagi-lagi melanggar protokol dengan makan bersama klien. Tapi hari itu bukan tentang aturan. Hari itu tentang bertahan.

"Salmonnya sempurna," kata Naira sambil memotong daging ikan yang lembut dan flaky. "Tidak terlalu matang, tidak juga mentah. Dan sausnya pas banget, seimbang antara asam dan gurih."

"Kamu yang fillet. Aku cuma masak hasil kerja kamu."

"Kerja sama bikin semua terasa lebih ringan." Naira tertawa kecil, lalu wajahnya berubah serius. "Doni, kalau nanti sore aku mulai panik atau tidak bisa kendali, kamu akan..."

"Aku akan ada di sana. Tidak jauh." Doni meletakkan garpu. "Kamu cukup lihat ke arah dapur, aku di situ. Dan kalau kamu butuh alasan buat akhiri pembicaraan, bilang saja harus konsultasi soal menu makan malam. Aku yang tangani sisanya."

"Kamu sudah siapkan rencana cadangan?"

"Aku koki. Kami dilatih punya rencana dari A sampai Z untuk segala kemungkinan." Doni tersenyum, mencoba meringankan suasana. "Ini cuma kemampuan yang aku terapkan ke bidang lain."

Setelah makan, Naira kembali ke kamar untuk istirahat dan menyiapkan diri secara mental. Aku bisa. Aku harus bisa. Doni di dapur. Ratna di sini. Aku tidak sendirian.

Doni ke dapur, melanjutkan rebusan kaldu soto yang sudah empat jam mendidih. Aroma ayam dan rempah memenuhi rumah, membawa kehangatan yang terasa berlawanan dengan ketegangan yang menggantung di udara.

Kalau aku tidak bisa tenang karena khawatir, setidaknya kekhawatiranku harus produktif. Setidaknya harus ada yang bisa kulakukan.

Sekitar pukul tiga sore, Ratna masuk ke dapur. Ia memakai blazer hitam dan rok pensil, rambut diikat rapi, wajahnya tampak tenang meski matanya bergerak sedikit terlalu cepat, mencari sesuatu untuk difokuskan.

"Nona Naira sudah turun ke ruang tamu," lapornya. "Beliau minta Pak Doni buatkan teh."

"Chamomile latte sudah siap." Doni sudah menyiapkannya sejak tadi, hangat di termos. Ia menuang ke cangkir keramik putih, menambahkan sedikit madu dan taburan lavender kering. "Ada yang lain yang dia butuh?"

"Keberadaan Bapak. Dia bilang, selama Bapak ada di rumah ini, dia merasa lebih aman."

Doni mengambil nampan, menaruh cangkir chamomile latte dan sepiring kecil cokelat hitam yang dipotong-potong. "Aku antar sekarang."

Langkahnya pelan menuju ruang tamu, seolah memberi waktu untuk menyiapkan diri. Naira duduk di sofa putih besar, memakai gaun midi biru navy yang sederhana tapi elegan. Rambutnya diblow lurus, riasan tipis tapi rapi. Dari luar ia tampak tenang, tapi Doni melihat jemarinya meremas ujung gaun, tanda gugup yang tidak bisa disembunyikan.

"Chamomile latte dan cokelat hitam," kata Doni sambil meletakkan nampan di meja. "Bisa bantu menenangkan dan memperbaiki mood."

"Terima kasih." Naira mengambil cangkir, menghangatkan tangannya yang dingin. "Kamu akan di dapur?"

"Pintu terbuka. Kalau butuh apa pun, panggil saja."

"Doni." Tatapan Naira rapuh tapi jujur. "Jangan pergi jauh-jauh."

"Tidak akan."

Tepat pukul empat, bel pintu berbunyi. Pak Hendra yang membukakan. Suara langkah berat dan percaya diri terdengar masuk.

Udara berubah saat Rendra masuk. Seperti temperature drop, meski AC tidak lebih dingin. Tension mengental.

Lalu suara itu. Suara yang smooth, terlalu halus, seperti minyak yang melapisi racun. Suara yang membuat Doni ingin melempar pisau terdekat: suara Rendra Wiratama.

Jangan panggil dia begitu. Kamu tidak punya hak lagi.

"Naira, sayang. Kamu kelihatan kurus. Apa kamu sakit?"

Dari dapur, lewat pintu yang sengaja dibiarkan terbuka, Doni bisa melihat sebagian ruang tamu. Rendra tampak tinggi, berpostur tegap, mengenakan setelan mahal, rambut klimis ke belakang. Wajahnya, kalau dilihat sekilas, tampan. Tapi matanya dingin meski mulutnya tersenyum. Seperti ular yang menaksir kelinci. Tatapan pemangsa yang sedang menilai mangsanya.

"Aku baik, Rendra. Terima kasih sudah datang, tapi aku tidak yakin ada yang perlu kita bicarakan." Suara Naira terdengar tenang, lebih kuat dari yang Doni kira.

"Oh, sayang. Jangan sedingin itu. Aku cuma ingin pastikan kamu baik-baik saja. Kita pernah menikah, aku masih peduli."

Doni mencengkeram gagang pisau koki, kuku jarinya memutih. Rahangnya mengeras.

Tetap di sini. Biarkan dia membuktikan pada dirinya sendiri bahwa dia bisa. Jangan rebut kemenangannya.

Ia harus tetap di dapur. Ia harus biarkan Naira hadapi ini sendiri dulu. Kalau dia campur tangan terlalu cepat, Naira tidak akan sempat berdiri di atas kekuatannya sendiri.

"Perceraian kita sudah final, Rendra. Tidak ada 'kita' lagi."

"Kamu berubah, Naira. Dulu tidak sedingin ini. Apa ada orang lain yang mengisimu dengan kebencian terhadapku?"

Di dapur, genggaman Doni pada pisau mengencang.

"Tidak ada yang mengisi apa pun. Aku cuma ingat dengan jelas apa yang kamu lakukan."

Tapi kalau Rendra berani menyentuhnya, kalau ada tanda sekecil apa pun bahwa Naira dalam bahaya...

Lima ratus juta. Restoran. Karier. Tidak ada yang lebih penting dari dia.

Persetan dengan kontrak.

Doni akan pastikan Rendra tidak pernah bisa menyentuh Naira lagi.

Apa pun yang terjadi.

...---•---...

...Bersambung...

1
Ikhlas M
Loh Naira, jangan banyak makan-makan yang pedes ya nanti sakit perut. Kasian perutnya
Ikhlas M
Bisa jadi rujukan nih buat si Doni ketika dia ingin makanan sesuatu yang dingin
Ikhlas M
Pinter banget sih kamu Don. Aku jadi terkesan banget sama chef terbaik kayak kamu
Ikhlas M
Akhirnya dia mau makan juga. Terbaik banget sih kamu Don. Chef paling the best se jagat raya
Ikhlas M
betul banget. Memang makanan lokal juga gak kalah hebatnya di bandingan makanan luar
Iyikadin
Biasanya orang yang paling kita cintai adalah orang yang paling menyakiti juga😭
☠ ⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘAthena
ada mslh apa sebenrnya sama naira, hingga dia jd terpuruk kyk gtu, smg masskanmu bs mmbuat naira kmbli hidup Doni
☠ ⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘAthena
krn selera mknnya udh nggk ada doni, coba km buat mdkn yg baunya menggugah selera, jd nnt saat namira mencium bau mskn km dia jd ingin mkn
Rezqhi Amalia
nah betul. si pemilik rumah aja gak masalah tu
Rezqhi Amalia
ya gtu sih, satu laki laki saja berbuat kesalahan, pasti semua laki laki disamakan. begitu pula sebaliknya😭🤣
Rezqhi Amalia
seperti biasa Thor, pbukaan yg bagus🥹
Cahaya Tulip
Asal Ratna ga tau..klo pun tau tenang aja don, Naira pasti membelamu. yang penting nasi gorengnya jangan lupa pakai terasi 😁👍
@dadan_kusuma89
Ternyata kau sudah memikirkan sampai sedalam itu, Don. Aku salut denganmu, bukan hanya rasa di lidah yang kau utamakan, namun lebih dari itu, selain enak juga harus sehat.
@dadan_kusuma89
Filosofi dalam setiap resep racikan yang kau ciptakan selalu mengandung unsur penawar, Don. Meski tanpa kata ataupun ramuan herbal, namun jika rasa yang ditimbulkan memiliki kekuatan hakiki, maka semua itu bisa menjadi pendorong semangat hidup.
☕︎⃝❥Ƴ𝐀Ў𝔞 ⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ℘ℯ𝓃𝓪 🩷
mungkin krn klean mulai dekat, jd Naira ingin lebih kenal, paham & berempati sama kmu Don 🤭
Muffin
Betul mereka punya luka kehilangan yang sama. Hanya beda cara bersikap aja. Kalau naira lebih menutup diri
Muffin
Teratur sekali yaa hidup naira. Aku aja kadang makan pagi dirapel makan siang 🤣
LyaAnila
dia goreng nasi goreng lagi kah? kalau iya, pasti baunya harum. ahjadi pengen🤭
PrettyDuck
hwaaaa kalo ketauan pengacaranya jadi masalah gak nih? tapi syukur2 naira gak jadi mati kelaperan kann 😭
PrettyDuck
akhirnya makan kau nairaa! udah 8 bab si doni nungguin biar kamu makan 🫵
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!