Rahim Bayaran Tuan Alex

Peluh membasahi tubuh kedua insan yang yang saat ini tengah bergulat mencari kenikmatan surga dunia.

Alex yang sudah lama tidak mengasah belalai nya di tempat semestinya, kini terlihat begitu semangat keluar masuk mengasah keperkasaan belalainya.

Dia mendongakkan kepalanya menikmati gerakan pinggulnya dengan ritme sedang mengikuti irama suara merdu yang keluar dari bibir Icha.

Kegiatan mereka sudah berlangsung selama dua jam, tapi sepertinya semua itu tidak cukup untuk Alex. Dia seolah balas dendam karena beberapa hari tidak bisa melakukan penyatuan.

"Tu_tuan, saya lelah." lirih Icha

"Sebentar lagi, babe." Alex mempercepat gerakannya dan pada hujaman terakhir, Alex mengeluarkan laharnya untuk pertama kalinya.

"Ah..." Alex menekan pinggulnya dalam. Dia tidak ingin benih berkualitas tinggi miliknya terbuang sia-sia. Nafasnya terengah-engah. Dia menatap Icha yang berada dibawahnya. Wanita itu terlihat sangat cantik dan seksi dengan keringat yang menetes di pelipisnya. Apalagi suara deru nafas Icha yang memburu, membuat hasratnya kembali naik. "Apa kau lelah?" Alex mendekatkan wajahnya dan mencium mesra bibir Icha.

"Iya, Tuan. Saya lelah dan lapar." jawab Icha

Alex tersenyum. Dia melepas penyatuan mereka dan menggendong Icha ala bridal ke kamar mandi.

Dia belajar untuk tidak egois hanya demi mencari kepuasan sendiri. Apalagi Icha baru sembuh dari sakitnya. Dia tidak mau karena melayaninya, Icha kembali sakit. Dua jam yang mereka lalui sudah cukup membuat nya puas walaupun dia baru mencapai pelepasan satu kali.

Setelah menyelesaikan ritual mandi mereka, Alex membantu Icha berpakaian dan meminta wanita itu untuk diam di kamar.

"Tunggu disini!! Aku akan memasak untukmu." seru Alex

"Tapi tuan, saya sudah memasak tadi. Tapi sepertinya makanannya sudah dingin."

"Kalau begitu biar aku hangatkan." Alex keluar dari kamar dan pergi ke dapur. Dia mengambil makanan yang tersaji di meja makan dan menghangatkan semua makanan buatan Icha.

Alex tersenyum teringat tindakan Icha yang berinisiatif untuk melayaninya. Sungguh, dia sangat senang. Perlakuan wanita itu saat memanjakannya benar-benar membuat Alex melayang.

Tapi tiba-tiba senyuman pria itu luntur, dia teringat ucapan Ridwan yang mengatakan jika dirinya jatuh cinta pada Icha. Alex memegang dadanya dan merasakan detak jantungnya yang berdetak tidak beraturan.

"Apa benar aku jatuh cinta pada Icha?" lirih Alex. Dia menggeleng-gelengkan kepalanya mencoba menepis pemikirannya akan hal itu. "Tidak! Itu tidak mungkin. Aku tidak mungkin mencintai nya."

Tanpa Alex sadari, dari tadi Icha mendengar ucapan Alex. Dia meremas gaun tidurnya dan memilih kembali ke kamar.

Dia membaringkan tubuhnya di tempat tidur dan tak terasa, air matanya jatuh tanpa seijinnya. Sungguh, hatinya merasa dihujam ribuan pisau. Sangat menyakitkan.

Awalnya, Icha merasa senang karena bisa melayani Alex dan kali ini dia berharap bisa segera hamil. Tapi mengingat perlakuan manis Alex, membuat jantung Icha berdetak kencang. Dia mencoba meyakinkan dirinya jika dia tidak mungkin jatuh cinta pada pria itu. Tapi semakin keras dia menyangkal, semakin besar perasaan yang ia rasakan.

Untuk itu, dia menyusul Alex untuk memastikan perasaannya. Apalagi dia merasa jika Alex terlalu lama di dapur. Padahal dia sudah sangat lapar.

Tapi belum sempat Icha mendekat, Dia justru mendapat kenyataan bahwa Alex tidak mencintainya. Dia mendengar dengan jelas ucapan Alex dan hal itu membuat dada Icha terasa sesak.

"Harusnya kau sadar, Kau siapa, Icha? Kau hanya wanita yang di sewa Tuan Alex untuk melahirkan keturunan untuknya. Jadi jangan terlalu berharap untuk bisa mendapatkan cintanya. Kau hanya barang, yang jika sudah tidak berguna maka kau akan di buang." Icha berkali-kali meyakinkan dirinya. Tapi semakin dia berusaha, hatinya semakin terasa sakit. Padahal dia sempat berfikir jika Alex mempunyai perasaan yang sama dengannya.

"Kau tidak boleh menangis, Icha." Wanita itu menghapus air matanya bertepatan dengan Alex yang masuk ke kamar dengan nampan di tangannya

"Makanan datang!!!" seru Alex. Dia meletakan nampan di atas meja dan meminta Icha untuk mendekat.

"Aku sudah menghangatkan semua masakan mu, jadi ayo kita makan bersama!!" ajak Alex

Icha tersenyum dan duduk didekat Alex. Dia berusaha bersikap biasa dan sedikit menjauh agar tidak terlalu terbawa perasaan dengan sikap Alex yang baik padanya.

"Iya, aku harus menjauh. Aku tidak mau perasaan ini semakin tumbuh untuknya." batin Icha

Mereka makan tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Tapi walaupun begitu, Alex tetap menunjukkan perhatiannya dengan menyuapi Icha.

Hal itu membuat hati Icha semakin tidak karuan. Dia terus berusaha menepis perasaannya dan mengubur dalam cintanya.

"Apa kau membutuhkan sesuatu?" tanya Alex setelah mereka selesai makan.

"Tidak Tuan, saya hanya ingin beristirahat."

"Baiklah, kau istirahat saja. Biar aku yang membawa piring kotor ini ke dapur. Setelah itu, aku akan langsung ke ruang kerja, karena pekerjaan ku sudah menumpuk." seru Alex. Icha hanya mengangguk pelan dan membaringkan tubuhnya membelakangi Alex yang berdiri di sisi tempat tidur.

Dia mengepalkan tangannya erat setelah mendengar suara pintu kamar ditutup. Dia kira Alex akan tidur memeluknya seperti biasanya. Atau jika tidak, Alex akan mengerjakan pekerjaannya di kamar sambil menemaninya.

Tapi sekarang, Icha merasa jika Alex juga berusaha menghindarinya. Makanya pria itu memilih untuk mengerjakan pekerjaannya di ruang kerja.

"Huh, baiklah jika itu mau mu. Aku akan mengikuti permainan mu. Kau hanya membutuhkan anak dari ku, maka aku akan memberikannya. Aku akan meyakinkan hatiku untuk berpaku pada kontrak kita. Dan setelah semuanya berakhir, aku akan pergi dari kehidupanmu." batin Icha