Hidup dengan berbagai peristiwa pahit sudah menjadi teman hidup bagi seorang wanita muda berusia 22 tahun ini, Ya ini lah aku Kimi Kimura..
Dari sekian banyak kilasan hidup, hanya satu hal yg aku sadari sedari aku baru menginjak usia remaja, itu adalah bentuk paras wajah yg sama sekali tidak ada kemiripan dengan dua orang yg selama ini aku ketahui adalah orang tua kandungku, mereka adalah Bapak Jimi dan juga Ibu Sumi.
Pernah aku bertanya, namun ibu menjawab karena aku istimewa, maka dari itu aku di berikan paras yg cantik dan menawan. Perlu di ingat Ibu dan juga Bapak tidaklah jelek, namun hanya saja tidak mirip dengan ku yg lebih condong berparas keturunan jepang.
Bisa di lihat dari nama belakangku, banyak sekali aku mendengar Kimura adalah marga dari keturunan jepang. Namun lagi-lagi kedua orangtua ku selalu berkilah akan hal tersebut.
Sangat berbanding terbalik dengan latar belakang Bapak yg berketurunan jawa, begitu pula dengan Ibuku.
seperti apakah kisah hidupku?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon V3a_Nst, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 14 - Itu... Dia?
***
Sekian jam berlalu, yg dilakukan Kimi hanyalah fokus bekerja. Ia tampak sesekali membuang napas lelah saat selesai melayani tamu yg datang. Dirinya memang kurang fit akhir-akhir ini. Hampir dua bulan lamanya ia memaksakan diri, namun akhir-akhir ini terasa semakin berat saja, karena mungkin kondisi tubuh yg sudah mulai berontak meminta istirahat lebih. Namun Kimi tetaplah Kimi Kimura, yg tidak akan pantang menyerah begitu mudah.
Malam ini terhitung lebih ramai pengunjung di bandingkan hari-hari sebelumnya. Itu juga yg mungkin membuat tubuh Kimi semakin terasa lelah.
"Fiuh... Tiga jam lagi pulang. Ayo Kim! Semangat!" Ujar Kimi pada diri sendiri saat melihat angka-angka yg di susun memutar dilingkaran lengannya menunjukkan pukul 12.00 dini hari. Seolah telah mendapat doping penyemangat, Kimi menegakkan tubuh dan mulai kembali pada aktivitasnya.
***
Sudah sedari jam 7 malam hingga pukul 12 dini hari. Pria yg sejak awal memperhatikan gerak gerik Kimi, sudah mabuk total.
Dengan kondisi setengah sadar, ia hentakkan gelas yg berisikan minuman keras ke atas meja. Pandangan nya tajam pada sosok gemulai cantik dan juga bentuk tubuh yg sintal milik Kimi.
Ya, Kimi sudah membuat pria mabuk ini semakin mabuk kepayang karena membayangkan tubuh indah itu meliuk liar di atas tubuhnya, rasanya itu...
"Huh! Menyenangkan!" Gumam pria itu semakin tidak terkendali. Pemilik klub malam yg sedari tadi menemani ia duduk. Sudah pergi dari beberapa jam yg lalu. Jadilah sang pria mabuk itu hanya sendiri sambil mengoceh tentang Kimi beberapa kali.
Brak!
Pria tersebut bangkit, ia menyenggol tidak sengaja meja berisikan botol dan gelas minuman beralkohol. Hingga menjatuhkan salah satu botol ke atas lantai. Akan tetapi suasana klub malam itu bukanlah seperti kuburan yg sepi.
Klub malam di lengkapi dengan berbagai jenis manusia dan juga dentuman musik yg memekakkan telinga dan juga menusuk jantung. Jadi, walau sepuluh botol pun jatuh ke atas lantai, tidak akan menarik atensi siapapun di ruangan ini.
Bangkitnya pria tersebut ingin menghampiri Kimi. Walau sudah dalam kondisi mabuk berat. Jalan pria itu masih seimbang, ia masih tahu tujuan awalnya, yaitu Kimi.
Pandangan yg tajam dan di iringi kabut gairah. Sang pria semakin dekat dengan meja kasir. Hanya tinggal jarak dua meter saja, langkah harus terhenti karena..
"Mau kemana dude?"
Ternyata pemilik klub malam menghadang langkah pria mabuk. Bukan tanpa alasan pemilik tersebut menghadang. Melihat dari kondisi sang pria mabuk, dan juga tatapan yg tidak pernah lepas dari sosok Kimi. pemilik klub malam berusaha menahan. Ia hanya takut timbul masalah yg tidak diinginkan kalau saja ia membiarkan begitu saja. Keamanan para pekerja tentu menjadi tanggung jawabnya sebagai pemilik.
Bugh!
Kondisi yg tidak terkendali membuat pria itu memberikan bogem mentah pada pemilik klub. Ia tidak senang langkahnya dihadang. Melihat pemilik klub tumbang, membuat para pekerja menghampiri termasuk kimi.
Pria mabuk menyeringai buas. Ia senang karena tampa melangkah lebih jauh sang wanita dambaan datang dengan sendirinya.
Suasana ricuh, namun tidak dengan yg ada didalam pandangan sang pria mabuk. Ia melihat langkah Kimi bagai gerakan slow motion yg sering berada di serial-serial televisi. Padahal kenyataan, dirinya sedang ingin di amuk para pekerja karena menyakiti boss mereka.
"Kimi..." Ucapnya terpesona.
Yg di panggil sontak membeku, niatnya ingin tahu apa yg terjadi malah namanya disebut si pembuat onar.
Semua pekerja bahkan pengunjung menjadi menatap heran sang gadis. Memberanikan diri menatap ke sumber suara. kimi berdebar kencang.
'siapa? Siapa....!'
Gumaman dalam hati Kimi seolah seperti speaker rusak yg terus mengulang kata yg sama dengan kencang. Begitu terlihat...
Deg!
Bola mata Kimi melebar kala melihat sosok pria setengah sadar menatap dirinya penuh damba. Hanya dengan tatapan Kimi merasa telah ditelanjangi olehnya.
'Itu.... Dia?'
***
Sedangkan di kediaman Jimi. Tampak dua orangtua yg tidak lagi muda tengah terduduk dalam diam.
Mira tidak lagi bersuara ketika sang suami mengatakan, ingin pergi meninggalkan kota dan memilih hidup di kampung saja.
Mengingat pembiayaan dikampung tidak sebesar di kota. Jimi memutuskan akan membawa keluarganya pindah ke kampung saja.
Dan lagi disana, Jimi memiliki rumah peninggalan kedua orangtua, dan juga sebidang tanah yg akan di jadikan ladang tamanan. Ia berpikir dari sana mereka bisa mengais rejeki.
"Aku tidak yakin Kimi setuju."
Jimi menghela panjang. Ia sebenarnya menyakini kalau putrinya belum tentu mau jika di ajak berhijrah. Namun terus menerus membayangkan anak semata wayang terus saja bekerja bagai kuda. Itu membuatnya sakit. Ia merasa sebagai seorang ayah memang tidak ada guna nya lagi. Apa guna nya hidup, jika hanya menyusahkan buah hatinya.
"Aku pun berpikiran begitu , tapi aku juga tidak kuat melihat Kimi yg berjuang sendiri. Biarlah kita bicarakan ini selepas Kimi bekerja nanti."
Mira menggeleng cepat. Ia tidak mau mengganggu waktu istirahat sang anak.
"Kalau tidak waktu pulang Kimi, kita tidak akan sempat berbicara lagi. Kimi pagi sekali sudah hendak berangkat bekerja lagi." Ucap Jimi mengerti perasaan sang istri. Ia berucap lirih mengingat jam kerja sang anak yg begitu padat.
Mira terisak pilu. Ia sering tidak tidur jika Kimi belum pulang. Ia sering menunggui anaknya itu di depan dekat pintu masuk. Hanya untuk Kimi merasa dirinya peduli pada putri semata wayangnya itu.
Dan sering kali pula Kimi menegur perbuatan sang ibu dengan lemah lembut. Kimi takut sang Ibu malah berakhir sakit akibat tidur yg kurang teratur.
"Sudah sayang, ikhlaskan.. kita juga tidak bisa terus berada di kota, Hutang kita banyak."
"Aku menangis bukan karena akan pergi dari kota ini. Tapi aku menangis karena mengingat nasib putri kita yg tidak pernah indah. Aku mengira saat dulu kita ambil dia di tepi sungai, itu akan menjadi moment membahagiakan bagi Kimi. Tetapi kenyataanya hanya kita yg bahagia. Tetapi tidak dengan kehidupan Kimi yg kita buat susah seperti ini."
Mira semakin menangis dalam kesedihan dini hari ini. Ia terisak kuat. Dua bulan terakhir adalah dua bulan terbasah yg di alami Mira dan juga Jimi.
Jimi yg mendengar terhenyak. Ia tertohok mendengar ucapan sang istri. Benarkah begitu? Jika benar begitu, berarti sang istri pun juga tidak merasakan bahagiakah selama bersamanya?
Hatinya mendadak sakit, napas menjadi memburu, matanya juga melebar shock.
Perasaan makin tidak berguna menggaung keras di dalam pikirannya. Dengan pikiran yg tidak lagi jernih Jimi bangkit.
Mira menyadari sang suami tengah bangkit, namun ia memilih tidak memperdulikan. Rasa sesak dalam dadanya perlu ia tuntaskan terlebih dahulu. Masih dalam kondisi kedua telapak tangan menutup kedua mata. Mira masih terisak pedih. Jimi mengelus sejenak kepala sang istri.
"Maafkan aku Mira."Ucap Jimi lirih. Dan ucapan tersebut pun tidak di balas oleh Mira yg masih sibuk terisak. Lalu Jimi beralih kedapur mencari dan melihat benda tajam yg biasa di gunakan untuk memotong. Ketika sepasang matanya menemukan apa yg ia cari. Jimi.....
Akkhh! Maafkan Aku.. Maafkan Aku..
***
BERSAMBUNG