Sekuel Paket cinta sang Embun.
Memiliki tiga anak laki-laki kembar tentu membuat keseharian Embuh dan Keanu jauh lebih berwarna. Tapi dari semua anaknya justru tak ada satu pun yang dekat dengan mereka melainkan sangat menempel pada kakek-kakeknya.
mau tahu keseruannya?
Like komen dan favorit ya 😘😘
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenengsusanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hujan dan Bumi.
🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂
"Camat pagi, Camat--, Camat apa lagi ya?" tanya Lintang yang bingung sendiri.
Entah ada angin apa ia sudah bangun sepagi ini dan menganggu Buaya cilik yang masih terlelap di kamar Tuan besar Rahardian Wijaya.
Angkasa yang kesadarannya belum penuh masih diam mendengarkan adiknya mengoceh, begitu pula dengan PapAynya.
"Phiumu mana, Lin. Kok bisa lepas pagi pagi begini?" tanya Si PapaAy yang rasa-rasanya mencium aroma tak sedap.
"Tanyanya Phiu mahu iyok iyok, udah buta baju dia," sahut Lintang polos, susah susah gampang memang mengkadali bocah yang satu ini jika sedang eror, tapi jika sedang baik akan semudah membalikkan telapak tangan meski nanti ujung-ujungnya Sam akan kena ocehan panjang kali lebar karna PapAynya harus mengasuh dua bocah sedangkan putra semata wayangnya justru enak-enak maju mundur cantik sampai mabok dan muntah.
"Lilin nda tungguin Phiu?" tanya Angkasa yang mengeratkan pelukannya.
"Nda, tanyanya Ntal kena pukul bantal."
Hujan yang mendengar celotehan dua Cicitnya hanya bisa membuang napas kasar entah mimpi apa ia semasa muda hingga memiliki mertua, suami dan anak sebegitu mesumnya sampai rasanya ia harus berdo'a agar cicitnya tak menuruni sifatnya itu.
Tapi, jika melihat Angkasa sepertinya bocah itu sudah menuruni sifat buaya papAy dan Bubunnya karna masih sekecil ini sama saja ia sudah mematenkan anak gadis orang seenaknya.
"Ya sudah, kalian mandi sama Bubun ya, Moy anterin, Ayo.".
Dua bocah itupun menggeleng kan kepala tanda tak mau, dan ingin tetap di kamar Buaya cengeng saja. Lintang yang terlajur sudah masuk kandang tentu sulit untuk di keluarkan jika bukan oleh si Tutut Markentut, dan itu entah kapan mengingat ia sedang melakukan praktek iyup meng iyup sampai besaaaal...
.
.
.
Meski harus melewati banyak drama, dua bocah itupun mau juga duduk manis di meja makan termasuk dengan Fajar.
"Napa halus mam? ntal talau nda mam acup nelaka ya?" tanya Lintang pada semua orang yang bersiap untuk menikmati sarapan pagi.
"Nah iya, bener," jawab Embun, ibu tiga anak rasa perawan itu langsung mengiyakan agar Si bungsu mau makan.
"Tapi 'tan, Lilin sama Phiu macupnya ke Culuga," timpalnya lagi.
"Kalau gak di makan, nanti nasinya nangis Lin." sambung Fajar yang sudah menguyah lebih dulu.
"Dia tinggal-tinggal ya, Acihan Sekali."
Tak akan ada habisnya jika meladeni bocah itu bicarakan, ada saja alasan dan pertanyaan baru yang kadang sulit di jawab. Dan biasanya akan berhenti jika sudah menangis.
Karna belum juga menyentuh sarapannya, mau tak mau Lintang di suapi oleh Embun. Karna ujung-ujungnya ia juga pasti menangis jika ditinggalkan.
Dan benar saja, belum juga habis sarapannya ia langsung turun dari kursi meja makan mengejar Biru yang hendak ke halaman belakang.
"Mhiu mahu mana?" tanya Lintang yang sambil menarik tangan Nona Rahardian tersebut.
"Mau kasih makanan ikan ke Phiu, Sayang," Sahut Biru seraya mengelus kepala cucu kesayangannya itu.
"Entut, buweh ya?" pinta Lintang.
"Ikut kasih makanan ke Phiu aja, Ok. jangan ikut Phiu kasih makan ke ikan-ikan, ini udah mendung banget, anginnya juga kencang," tawar Biru.
"Hem, Mhiu ungguin sini ya," ucap Lintang.
Bocah itu pun kembali masuk kedalam menuju ruang makan.
.
.
.
MiMoy anan Tulun ke Abi dulu ya, Lilin mahu acih Mam itan dulu, Ok...
Camat Aun baluuuuuuuu 🎇🎇🎇
emak emak sayangnya Lilin 😘😘😘😘
Cemoga makin Cabal ya ungguin Lilin ongol-ongol lagi 🤣🤣🤣🤣