Bocil dilarang keras mampir di sini. Bijaklah mencari bacaan. Dilarang komen negatif. Ini hanya sebuah cerita yang isinya hanya haluan, jadi jangan baper.
Karena pengkhianatan istrinya, Axel terluka, hingga luka itu mendarah daging. Memperegoki istrinya yang tengah bercinta dengan sahabatnya sendiri. Tak cukup sampai disitu, Hanna yang merupakan istrinya harus pergi selama-lamanya akibat perkelahian antar suami dan selingkuhannya.
Berimbas, Axel yang menjadi tersangka akan pembunuhan yang dilakukan sahabatnya sendiri. Axel mendekam selama 15 tahun di penjara. Saat terbebas, ia akan membalaskan dendamnya pada sahabat sekaligus pembunuh yang sebenarnya. Hasil dari perselingkuhan, hadirlah sosok wanita cantik yang menjadi incaran Axel untuk membalaskan dendamnya.
RANJANG PENGKHIANTAN (balas dendam)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon febyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode_030
Sesampainya di hotel, Axel langsung mengisi batrai ponselnya. Ponselnya benar-benar mati. Selepas itu, ia pun membersihkan diri. Kamarnya bersebelahan dengan kamar yang di tempati oleh Jose.
Berendam selama beberapa menit, membuat tubuhnya rilex. Ia berharap Lory menemukan berkas-berkas itu. Seusai membersihkan diri dan memakai pakaian ia menghubungi Lory. Tapi jawaban wanita itu membuatnya bingung, mungkin sedang bersama suaminya, dan mengakhirnya begitu saja.
Scrol melihat chat.
"Daddy masih di mana? Aku pulang lebih cepat dan menuruti apa kata Daddy, tapi Daddy begitu menyebalkan." Axel tersenyum saat melihat pesan masuk dari Elle.
"Kamu kehilangan daddy ternyata," gumamnya. Axel sudah memikirkan ini matang-matang, sebentar lagi gadis itu ulang tahun. Ia akan menyiapkan sebuah pesta, dan anak gadisnya pasti menyukainya, pikirnya. Tak sabar menunggu hari itu tiba. Tapi ia ingin masalah di sini selesai, merebut kembali perusahaannya dan ia akan menikahi Elle meski umurnya baru berusia 17 tahun.
Leo pasti semakin hancur saat tahu anak gadisnya dinikahi oleh pria yang dia benci. Leo benci karena Axel memiliki segalanya. Ia benci karena ibunyalah yang merawatnya, seharusnya keluarga Axel berhutang budi dan berharap akan mendapatkan warisan dari orang tua Axel. Harapan tinggal harapan tanpa sepengetahuan Leo, ibunya memang mendapatkan bagian. Tapi wanita tua itu menyerahkannya pada panti asuhan sebelum meninggal. Wanita tua itu tahu watak anaknya, maka dari itu dirinya tidak memberitahukan soal masalah pembagian warisan.
Axel kembali meletakkan ponselnya di atas nakas, sebenarnya ia ingin menghubungi Elle. Tapi sudah terlalu larut, dan mungkin gadis itu pasti sudah tidur. Ia juga lelah karena belum mengistirahatkan tubuhnya.
_
_
_
Elle terbangun dijam tiga pagi, merasa lapar karena memang belum makan. Gadis itu pergi ke dapur.
"Mis ...," panggil Elle, "ah, aku lupa kalau mis tidak ada." Gadis itu akhirnya menghangatkan makanan yang memang sudah disiapkan Carla sebelum pergi. Saat menghangatkan makanan, Elle teringat sang daddy. "Daddy, apa daddy sudah pulang?" Elle menghentikan aktivitasnya lalu segera ke kamar Axel, pikirnya lelaki itu ada di kamarnya.
"Daddy ...," panggil Elle. Kamar terlihat kosong, seketika gadis itu nematung di ambang pintu, "daddy tidak pulang, apa daddy marah padaku karena sikapku yang manja?" Elle menutup pintu kembali, rasa lapar lebih kuat dari pada menahan rindu. Meski dadanya sesak, Elle memilih makan.
"Daddy menyebalkan." Elle melampisakan kekesalan pada makanan yang ia potong dengan sendok dan garpu di atas piring, memasukkan ke dalam mulut dengan kesal, "awas saja kalau pulang nanti, aku akan menghukum daddy," rutuknya.
Akhirnya, makanan pun ludes tak tersisa. Elle benar-benar melampiaskan kemarahan pada makanan. Karena kantuk kembali menyerang, ia pun tidur kembali. Tak berselang lama, di depan rumah sudah berisik.
"Ell, Elle ...," teriak seorang wanita, siapa lagi kalau bukan Letta.
Elle pun terbangun, mengucek kedua mata sembari beranjak.
"Grizelle ...," teriak Letta lagi.
"Apa aku salag dengar? Apa aku mimpi? Kenapa aku merasa Letta memanggilku?"
"Elle ... Bangum cepat!" teriak Letta di depan rumahnya.
"Itu Letta, iya aku yakin itu Letta." Elle menghampiri jendela, membukanya lebar-lebar. Benar saja, gadis itu mematung di depan gerbang. "Mis Carla pasti belum kembali," ujarnya, "Bentar, Ta." Elle pun keluar kamar dan menuruni anak tangga sedikit berlari.
Saat bertemu dengan Letta, gadis itu menangis.
"Ta, kamu kenapa?" tanya Elle.
"Oma, Ell. Oma ..." Letta semakin menangis
"Oma Yasmin? Kenapa dengan oma?" Elle pun dibuat panik, "oma tidak apa-apakan? Dia baik-baik saja 'kan? Jawab, Ta!!" Elle mengguncangkan tubuh Letta, memegang kedua pundak gadis itu, "Oma kenapa?" tanyanya lagi.
"Oma meninggal, Ell." Tangis Letta pecah. Elle pun seketika menjadi lemas.
"Kita temui oma, ayo?" Elle menarik tubuh Letta, ia yakin kalau temannya shock dan segera menemuinya.
Dugaan Elle, kalau oma Yasmin berada di rumah sakit. Tanpa bertanya lagi Elle menyetop taxi dan pergi ke rumah sakit.
